Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

BAB 14 BENTUK ARSITEKTONIK KERAK BUMI



GEJALA TEKTONIK
            


 Dalam mempelajari dasa-dasar sedimentasi atau pengendapan, pada umumnya sedimen-sedimen itu diendapkan dalam posisi mendatar atau horizontal. Dalam hal ini terdapat beberapa terkecualian, apabila terjadi pengendapan pada tepi-tepi yang miring maka sedimen-sedimen tersebut akan sedikit miring, dan jika letaknya tidak teratur maka endapan akan silang siur. Ini terjadi disebabkan oleh perbedaan jurusan air yang mengalir ditepi pantai atau yang mengalir dimuara sungai.gerak-gerak berasal dari bumi, yang menimbulkan bentuk-bentuk tertentu adalh gaya-gaya endogen yang disebabkan karena tegangan-tegangan yang terdapat pada kerak bumi. Asal usul gaya endogen ditunjukkan pada bangunan-bangunan arsitektonik yang dihasilkan oleh gerak-gerak tersebut. Perubahan kedudukan sedimen-sedimen disebut deformasi tektonik yang dihasilkan oleh gerak-gerak tersebut. Ilmu yang mempelajari dislokasi ialah segala perubahan dari posisi mendatar sedimen-sedimen. Gaya tekanan pada umumnya tekanan tangensial (tekanan arah mendatar) dapat menghasilkan gejala-gejala pelekungan dan gejala-gejala patahan pada sedimen-sedimen sedangkan gaya tarikan biasanya hanya menghasilkan patahan.

GEJALA PELEKUNGAN (LIPATAN)
            Pada lapisan-lapisan sedimen yang letaknya mendatar, bekerja tekanan-tekanan tangensial maka biasanya pada stadium pertama akan terbentuk sebuah lipatan. Jikalau gaya yang bekerja pada sebelah menyebelah lapisan-lapisan tadi tak begitu besar maka pada awalnya akan berbentuk lipatan tegak. Panggung lipatan tadi disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal.dalam penampang sebuah lipatan tegak maka bidang porosan (bidang simetri) merupakan garis tegak lurus yang membagi sebuah antiklin/sinklin dalam bagian yang sama. Jika poros lipatan jalanya tidak selalu sejajar dngan bidang mendatang akan tetapi kadang-kadang hilang menjelam. Lipatan-lipatan demikian disebut lipatan tujam. Jikalau batuan-batuan sedimen itu mengalami tekanan terus, maka akan terbentuk lipatan miring. Sehingga bidang porosan juga akn miring letaknya. Pada tekanan yang terus menerus bekerja akan membentuk lipatan isoklin serta lipatan rebah. Lama kelamaan sayap tengah akan menipis dan kemudian akan dibentuk bidang sesaran. Struktur demikian dinamakan sesar sungkup.
            Posisi sebuah lipatan ditetapkan dengan mengukur kemiringan serta jurus dari lipatan tersebut. Pengukuran-pengukuran demikian dapat dilakukan dengan kompas geologi. Hukum superposisi mengatakan bahwa lapisan yang terletak diatas itu dibentuk kemudian, jadi mempunyai umur yang lebih muda. Syarat superposisi itu berlaku pada sedimen-sedimen yang letakya mendatar atau pada sedimen-sedimen yang hanya mengalami gaya-gaya lipatan yang lemah. Lembah serta bukit topografi adalah gejala permukaan sedangkan antiklin dan sinklin adalah struktur dari batuan besar, yang disebabkan oleh gaya-gaya endogen.
            Pada pegununagan-pegunugan yang masih muda biasanya kita lihat persamaan struktur tektonik dengan bentuk luar atau morfologi. Sebuah gunung yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur struktur lipatan disebut pegunungan lipatan. Jikalau sebuah lapisan yang terdiri dari bahan-bahan yang berlainan, misalnya batuan lunak bergantian dengan batuan yang keras. Mengalami tekanan maka akan terbentuk lipatan disharmoni atau lipatan yang tidak teratur hal ini disebabkan karena sebegian dari batuan-batuan itu akan patah dan sebagian akan terlipat secara intensif karena sifatnya yang cair-liat. Lipatan-lipatan disharmoni terdapat juga batuan cair liat misalnya lapisan-lapisan garam. Satuan atau kumpulan antiklin-antiklin dalam sebuah lipatan disebut antiklinorium, dan jikalau unsur-unsur struktur ini terdiri dari sinklin-sinklin maka disebut sinklinorium. Lipatan kaskade biasanya  terjadi karena pelongsoran sedimen-sedimen.
Kubah dan Cekungan
            Bentuk lipatan yang lipatan-lipatannya menunjukkan kemiringan menurun kesegala jurusan, disebut kubah. Pada umumnya kubah mempunyai bentuk pajang atau bundar telur  dan jarang sekali berbentuk bundar. Contoh kubah di Indonesia adlah kubah sangiran dimana di temukan sisa-sisa fosil manusia.
            Cekungan adalah bentuk kebalikan dari sebuah kubah. Bentuk demikian merupakan depresi dimana kemiringan lapisan-lapisan menurun menuju kesuatu titik tengah. Kubah dan cekungan yang di bentuk oleh gaya endogen tidak selamanya berimpit dengan bukit dan depresi yang dibentuk oleh erosi, sehingga adalah sangat penting untuk membedakan kedua gejala ini. Titik hitam adalah kubah dan yang di tinggalkan putih adalah cekungan-cekungan.
Geosinklin dan Geantiklin
            Pada tempat-tempat yang tertentu dikerak bumi ditemukan endapan-endapan yang luar biasa tebalnya beberapa ribu meter sampai berpuluh ribu meter. Cekungan yang mengandung lapisan-lapisan tebal ini disebut geosinklin. Jenis endapan-endapan yang ditemukan dalam cekungan-cekungan ini biasanya adalah sedimen-sedimen yang dibentuk dilaut yang dalamnya tidak melebihi 1000 m. untuk menerangkan prngendapan pada lekungan yang 10.000 m dalamnya tidak mungkin, sebab bagaimanatelah diutarakan semula, maka sedimen-sedimen ini tidak merupakan endapan-endapan laut dalam. Dari geosinklin-geosinklin inilah kemudian lahir rantaian pegunungan-pegunungan, karena gerak-gerak lipatan dan pengungkatan yang terjadi pada palung-palung.
            Geantiklin merupakan bentuk yang positif dari geosinklin. Bentuk-bentuk ini adalah pengembungan kerak bumi yang telah meliputi daerah luas, dan contohnya adalah geantiklin barisan yang merupakan tulang punggung dari pulau Sumatra dan geantiklin di jawa dan nusa tenggara. Struktur geantiklin ini pulau jawa tidak seberapa jelas karena tertutup oleh hasil-hasil bahan peledakan gunung api- gunung api muda.
Lipatan tanpa diastrophisma.
            Jikalau batuan endapan dibentuk pada lereng-lereng dengan kemiringan-kemiringan tertentu, maka ada kemungkinan bahwa batuan sedimen ini tidak akan stabil lagi letaknya, akan tetapi akan melengser, lepas dari dasar tempat diendapkanya semula. Getaran yang mendadak terjadi, seperti gempa bumi, juga dapat menimbulkan pelengseran pada batuan sedimen. Pelengseran dalam air atau subakwatik biasanya berlaku pada sudut-sudut kemiringan yang lebih besar dari 10 atau 15 akan tetapi dari penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan, diketahui juga gerak-gerak lengser dan rajapan pada sudut-sudut yang kecil misalnya lapisan tanah liat yang cair-liat dan lapisan tufa yang lebih keras.
            Pelengseran-pelengseran mungkin juda terjadi pada bidang diskordansi, pada dasarnya sedimen yang tidak stabil, akan tetapi biasanya gerak-gerak demikian terjadi sepanjang bidang lapisan yang miring letaknya. Pada lapisan-lapisan yang tidak stabil biasanya terbentuk struktur-struktur lipatan dan sesaran yang tidak teratur. Sedangkan lapisan bawahnya yang lebih tetap, tidakbegitu menunjukkan gejala-gejala perlipata. Dan kemudian di tutup kembali oleh lapisan-lapisan yang lebih muda, maka akan terbentuk struktur-struktur yang dikenal debgan lipatan antarformasi. Lipatan-lipatan juga dapat terjadi selama sedimentasi itu berjalan. Lipatan-lipatan antarformasi yang disebabkan karena pelengseran dapat kita lihat pada sedimen-sedimen bersifat cair-liat.
            Disini batuan bersifat cair-liat terdiri dari tufa napal yang melengser diatas lapisan-lapisan yang lebih keras terdiri dari breksi gunung api. Terbentuknya lipatan-lipatan tersebut tidak disebabkan oleh gaya-gaya endogen atau gaya pembentukan pegunungan  akan tetapi, disebabkan oleh erosi yang telah mengeluarkan bahan-bahan tahanan ataupun kemiringan-kemiringan yang besar,yang disusul oleh pelengseran karena gaya gravitasi.

Gejala patahan
Pada umumnya batuan itu tidak merupakan massa yang padat dan homogen, akan tetapi mengalami retah-retak dan celah-celah yang bermacam-macam ukurannya. Kerak bumi tidak merupakan sesuatu monolit  (bahasa yunani : monos = satu, lithos = batuan, monolit = batuan yang padat dan tidak dipisahkan oleh bidang-bidang retak atau patahan) akan tetapi dapat kita samakan dengan suatu mozaik terbagi-bagi dalam bagian yang dipisahkan dengan yang lain bidang patahan.
Patahan dapat dibentuk oleh tekanan atau tarikan. Jika tekanan bekerja pada batuan yang tidak bersifat cair-liat, maka batuan ini biasanya tidak akan melengkung akan tetapi segera patah. Retakan  dalam batuan sering terjadi tanpa dislokasi. Misalnya oleh pendinginan ataupun pengerutan dari material yang dulu merupakan massa yang cair pijar.
Disklas atau patahan tanpa dislokasi
            Gejala pembrntukan patahan tanpa dislokasi dapat kita lihat misalnya pada lumpur yang kering, kita dapat melihat rekah kerut yang merupakan jaringan polygon, ataupun berbentuk prisma. Gejala tersebut kita temukan pula pada batuan basalt, yang selama pendinginannya dari massa yang cair pijar membentuk tiang basalt.
            Retak polygon disebabkan oleh kontraksi selama pendinginan berjalan. Batuan beku lainnya yang biasanya mengandung banyak diaklas ialah granit. Batuan granit misalnya membentuk sistem diaklas yang teratur dan terletak tegak lurus yang satu dengan yang lain. Dengan melakukan studi secara mendalam maka dapatlah kita bedakan diaklas berumur tua. Diaklaas yang lebih muda terbentuk karena pengurangan voluma dari magma.
            Dalam batuan sedimen kita temukan sistem diaklas yang terjadi sebagai reaksi atas gejala tarikan, tekanan, torsi (tegang pilin) atau geseran. Pada tempat pelengkungan sebuah antiklin misalnya, kita temukan diaklas yang terjadi oleh gaya tarikan. Diaklas dalam batuan sedimen biasanya menimbulkan kesukaran dalam pengukuran karena terkadang susah sekali dibedakannya dari bidang lapisan.
            Dalam batuan metamorfosis juga kita temukan banyak sekali sistem retak atau diaklas. Ini mudah sekali dipahami karena batuan metamorfosis telah mengalami deformasi hebat misalnya gaya tekanan yang berjalan dengan sangat lama. Sifat dari diaklas batuan metamorfosis, bisanya bergantung daripada sifat batuan tersebut. Terdapatnya diaklas itu menguntungkan benar dalam penambangan batuan material untuk jalan, pemboran, pembuatan terowongan.
            Tanpa gejala retakan itu, maka tiap batuan harus seluruhnya dihancurkan dengan dinamit ataupun bahan peledak lainnya. Diaklas juga dapat menimbulkan kesukaran, jika kita menghendaki massa batuan yang agak besar.
Patahan
            Perubahan posisi batuan sepanjang bidang patahan, berlaku pada waktu gerak itu berjalan atau lama sesudah itu. Patahan merupakan gejala yang sangat umum pada batuan. Terlebih pada batuan yang berlapis seperti batuan sedimen, gejala patahan dengan mudah dapat dilihat pada batuan masif atau batuan yang sejenis gejala demikian agak susah dilihat. Patahan ini biasanya mengganggu pekerjaan di tambang maka patahan juga disebut gangguan. Pada lapisan yang mengandung minyak bumi, terdapat patahan dapat merupakan tempat konsentrasi minyak yang mempunyai arti ekonomi yang penting. Sumber airtanah yang sering terjadi karena adanya patahan. Air yang terdapat dalam lapian yang mengandung air, dapat terlepas keluar melalui bidang patahan.
            Gerakan patahan pada umunya hanya berlaku pada sebuah bidang akan tetapi pada suatu daerah yang disebut zone patahan. Sistem patahan ini dapat membagi kerak bumi dalam bongkah-bongkah dan ada pula yang menyerupai tangga yang sering disebut patahan jenjang. Karena pergeseran yang terjadi selama gerak maka ada bidang patahan yang seperti diasah yang disebut cermin gesekan.
            Dalam zone patahan ditemukan batuan-batuan yang telah hancur, menyerupai tepung disebut milonit. Milonit tersebut disebabkan oleh panas yang terjadi selama gesekan, dapat mencair dan membentuk batuan yang menyerupai batuan vulkanik dengan struktur gelas yang disebut pseudotachylit. Karena sebagian besar dari bidang patahan itu miring kita dapat membedakan bagian atas dan bagian bawah dari sebuah patahan.
            Dibagian atas ini yang seakan-akan bergerak ke atas maka akan berbentuk sesar naik. Biasanya agak sukar menetapkan bagian mana yang naik dan bagian mana yang turun. Sebuah sesar yang naik disebut sesar sungkup. Kalau bagian yang terletak diatas bidang patahan itu seakan-akan menurun, maka akan terbentuk sesar turun atau sesar normal. Kalau jarak pergeseran sangat kecil, sehingga belum terjadi patahan, maka akan terbentuk sebuah kedik yang dinamakan fleksur.
            Pada fleksur hubungan yang satu dengan bagian yang lain masih tetap utuh. Kalau gerak-gerak ini akan bertambah besar maka akan terbentuk patahan. Dengan demikian maka fleksur dapat beralih menjadi patahan.
Sesar mendatar
            Sebuah patahan yang tegak lurus dengan pergeseran transversal mendatar dapat memotong berkas lipatan suatu pegunungan. Sebuah punggung lipatan atau antiklin yang kita ikuti pada suatu ketika akan beralih menjadi sinklin dan sebaliknya. Patahan transversal ialah patahan yang memotong tegak lurus jarus lipatan, dapat pula merupakan patahan normal atau sesar turun. Sesar mensatar yang besar ukurannya dengan jurus yang hampir sejajar dengan jurus lipatan terdapat dimana-mana.
Horst dan Graben
            Sebuah jalur batuan terletak antara dua bagian yang tinggi dan masing-masing dari bagian tadi dipisahkan oleh bidang patahan, maka bagian ini disebut Graben atau traben.
Jalur batuan yang tinggi disebut Horst atau sembul. Sebuah pegunungan yang mengandung banyak patahan disebut pegunungan patahan, hal ini akan dipertimbangkan dengan panjang lebar dalam bagian mengenai dinamika endogen.

Ilmu Bentuk Batuan Beku
            Bentuk yang tertentu dari batuan beku dapat kita pelajari dalam pegunungan-pegunungan dimana batuan-batuan ini telah diangkat oleh gaya pembentukan pegunungan ataupun dilembah-lembah serta darab-darab yang curam dan dalam, karena tempat-tempat inilah yang merupakan penorehan sungai-sungai yang terdalam. Susunan magma adalah hal yang penting dalam pembentukan berbagai macam bangunan ini. Magma basa yang cair setelah beku, memberi bentuk yang lain daripada magma asam. Dalam garis besar kita kenal dua bentuk besar ialah bentuk-bentuk ekstrusi dan bentuk-bentuk intrusi.
Bentuk-bentuk Ekstrusi
            Bentuk-bentuk ekstusi ialah bentuk-bentuk yang dibangun oleh magma ketika mencapai permukaan bumi. Magma yang telah mencapai bumi disebut lava. Jika lava itu cair, maka lava itu dapat menyebar dengan luas, sedangkan lava yang kental mempunyai penyebaran yang terbatas.
            Lava yang cair biasanya membentuk lapisan-lapisan lava tebal dan luas yang dikenal dengan nama “plateu basalt” (basalt datartinggi). Kerucut-kerucut gunungapi terjadi oleh penumpukan material-material lepas dan lava, dan bentuk-bentuk demikian disebut gunung api strato. Jika sebuah gunung hanya menghasilkan lava maka biasanya bangunan yang dibentuknya mempunyai bentuk perisai dan dinamakan gunung api perisai atau aspit.
Bentuk-bentuk Intrusi
            Magma yang sedang naik menuju permukaan bumi, sering tidak sampai ke atas akan tetapi membeku dalam bumi. Batuan sekelilingnya biasanya diterobos, dimasuki ataupun diubah. Magma yang cair biasanya menyelip diantara lapisan-lapisan sedimen dan membentuk apa yang dinamakan pipih intrusi. Bentuk demikian letaknya sejajar dengan sedimen diatas atau dibawahnya.
            Magma yang kental biasanya tidak membentuk lempeng intrusi tetapi mendorong batuan yang terletak diatasnya, sehingga terjadilah struktur kubah. Bentuk batuan demikian yang disebut lakolit terletak juga dengan batuan kelilingnya. Dalam antiklin serta sinkrin biasanya juga terdapat bentuk-bentuk batuan beku yang konkordan dan mereka ini dinamakan phakolit. Intrusi-intrusi yang konkordan dengan sedimen sekelilingnya dan berbentuk piring disebut lopolit.
            Disamping bentuk-bentuk konkordan ini kita kenal pula bentuk-bentuk diskordan yang masuk dan memotong batuan sampingnya. Contihnya ialah gang-gang radial diisi oleh magma yang terdapat dalam badan-badan gunung api. Gang-gang kecil yang tidak teratur dan berasal dari badan-badan batuan beku yang lebar besar, terkenal dengan nama apophyse.
Intrusi Gelang dan gang berbentuk corot
            Intrusi gelang adalah pluton-pluton (batuan dalam) yang berbentuk silinder ataupun kerucut. Badan-badan demikian ditemukan pula dalam bentuk konsentrik. Biasanya batuan yang terdapat dalam bentuk-bentuk ini adalah batuan berbutir kasar. Terjadinya intrusi gelang dan gang corot menurut beberapa ahli disebabkan oleh gaya-gaya menerobos dari magma, dan pengunduran magma itu kembali ke dalam bumi.
Batolit
            Badan-badan batuan yang disebut batolit adalah bentuk-bentuk intrusi diskordan yang tidak mempunyai dasar. Badan-badan demikian biasanya terdapat dalam inti pegunungan-pegunungan rantai dan biasanya mengikuti jurusan utama dari struktur daerah pegunugan itu.
            Bagian atas atau atap dari batolit biasanya dapat dikenal pada sisa-sisa batuan sedimen yang seakan-akan tergantung dan gejala demikian menurut istilah geologi disebut roof pendants. Terbentuknya batolit biasanaya bersamaan jalannya dengan pembentukan pegunungan. Bagian atas dari batolit mempunyai bentuk kubah yang tak teratur dan dinding samping dari batuan ini biasanya curam sekali. Massa batuan demikian mempunyai penyebaran luas ke bawah dan ke samping, akan tetapi dasarnya tidak pernah nampak. Susunan batuan ini biasanya bersifat granit atau granodiorit.
            Cara bagaimana batolit itu terbentuk, tidak kita ketahui dengan pasti. Anggapan lama mengatakan bahwa batolit terjadi karena pengisian tempat-tempat kosong (vacuum) dalam kerak bumi. Vacuum ini terjadi disebabkan oleh proses-proses perlipatan dan penyesaran. Batolit  memang umumnya mengikuti bidang-bidang yang lemah dalam kerak bumi. Sebuah teori menerangkan terjadinya batolit dengan jalan “magmatic stoping”. Batuan-batuan yang terdapat pada bagian atap dari batolit akan pecah belah oleh ekspansi panas, dan kerataan-kerataan batuan ini akan dipisahkan satu dengan yang lain oleh peresapan gas-gas dan lidah-lidah magma yang memasuki retak-retak kulitbumi. Bongkah-bongkah batuan ini kemudian akan tenggelam ke dalam magma.
            Proses yang dikemukakan diatas juga mengandung beberapa keberatan. Jika magma yang biasanya bersifat granit itu naik ke atas bumi, maka kadang-kadang magma itu dapat tembus mencapai permukaan bumi dan membentuk gunung api yang menghasilkan batuan riolit ataupun obsidian. Sebagian besar ahli dalam hal ini menganggap, bahwa pada hakekatnya batuab asal itu masih ada pada tempatnya sebagai semula, batuan itu berubah menjadi batuan yang menyerupai granit. Batuan-batuan asal itu tidak dimasuki oleh magma itu sendiri akan tetapi oleh gas-gas dan larutan-larutan cair. Material ini memasuki batuan samping tadi, mengubah susunan batuannya oleh penambahan material-material dan pengurangan bahan-bahan yang ada, sehingga terbentuknya batuan yang bersifat granit

Post a Comment for "BAB 14 BENTUK ARSITEKTONIK KERAK BUMI"