Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

teori terjadinya samudra

Hipotesis, Teori Terjadinya Samudera
Dalam membicarakan tentang terjadinya lautan, para ahli biasanya tidak terlepas
dari hipotesis terjadinya bumi itu sendiri. Menurut hipotesis Nebula, bumi berasal dari
pecahan matahari yang panas dan pijar terlempar kemudian membeku di Jadat raya ini
serta mengorbit (beredar) mengelilingi matahari sebagai induknya.
Bumi pada mulanya viscous seperti magma yang dikelilingi atmosfer yang
merupakan gas. Dalam waktu yang lama bumi kehilangan gasnya sehingga bumi
mendingin dan pada permukannya terbentuk kulit bumi.
Menurut Hill (geolog Inggris) kulit bumi itu mula-mula terjadi di kutub yang terdiri
dari feldspar yang tebalnya kira-kira 1,5 km. Sesudah meluas di permukaan bumi ini
maka terbentuklah kontinen-kontinen. Akibat proses radio aktif yang sangat kuat
dibarengi dengan panas yang terdapat di bawah muka bumi mengakibatkan permukaan
bumi tersebut mengmbung dan terjadilah kontinen. Magma basaltis yang lebih berat
terdapat di bawah benua dan menjadi dasar samudera.
J.H.F.Umgrove berpendapat bahwa asal mula kulit bumi itu tidak hanya di daerah
kutub saja tetapi seluruh permukaan bumi, kemudian menekan permukan bumi yang
menyebabkan kulit bumi ini retak-retak. Menurutnya retakan-retakan inilah yang
kemudian menjadi samudera.
V.J. Vernansky (sarjana geochemist Uni Sovyet) menduga bahwa pemisahan bulan
dari kulit bumi yang masih plastis. Karena rotasi bumi sejumlah massa magma dan kulit
bumi tersebut terlempar keruang angkasa, akibatnya pada kulit bumi tersebut terdapat
basin yang luas yang kemudian menjadi samudera Pasifik.
V.V. Belousov (sarjana Geophysika Uni Sovyet) menduga bahwa dasar samudera
terjadi akibat pemerosotan tanah daratan. Karena itu samudera meluas kearah daratan
Menurutnya samudera Atlantik dan Hindia meluas pada periode Tertier, sedangkan
samudera Pasifik pada periode Quarter.
Hipotesis lain berpendapat bahwa kapasitas ocean basin tetap, tetapi hanya
bentuknya yang berubah-rubah sesuai dengan perubahan kontinen yang terapung di atas
magma. Pada mulanya hanya ada satu kontinen yang kemudian pecah dan terjadi gerakan
10
akibat dari perubahan gravitasi dan perbedaan kekuatan yang timbul didalam rotasi bumi.
Menurut hipotesis ini Amerika Selatan berasal dari pecahan Afrika dan Amerika Utara
dari pecahan Eropah.
2. Teori Terjadinya Samudera
Ada bebera teori tentang terjadinya samudera, antara lain adalah sebagai berikut :
1). Contraction theory (teori kontraksi)
Beberapa waktu setelah bumi terbentuk, bumi masih dalam keadaan panas. Kemudian
mulai mendingin dan terbentuklah kulit bumi. Dalam waktu jutaan tahun terjadi
perubahan-perubahan di dalam bumi di bawah kulit bumi. Karena terjadi pengerutan
kulit bumi menyebabkan batuan yang ringan dari kulit bumi melengkung dan retak
maka magma keluar ke permukaan bumi. Semua perubahan-perubahan tersebut
menyebabkan terjadinya continent dan cekungan samudera. Kita mengetahui bahwa
kulit bumi di bawah samudera yang dalam sangat tipis. Di bawah batuan kulit bumi
itu terdapat batuan yang lebih berat yang disebut Astenosfer (mantel).
2). Gravity theory (teori Gravitasi)
Beberapa sarjana mengira bahwa cekungan samudera terbentuk ketika suatu bintang
besar melintas dekat bumi. Karena gravitasi maka terjadi tarik menarik antara
bintang tersebut dengan bumi. Diduga karena bumi masuh panas dan lunak maka
sebagian kulit bumi tertarik ke angkasa luar. Bekasnya menjadi cekungan samudera
yang menurut teori ini adalah cekungan samudera Pasifik. Sedangkan bagian bumi
yang terlepas adalah bulan.
3). Meteorit theory (teori Meteorit)
Menurut teori meteorit terjadinya cekungan samudera akibat jatuhan dari meteor.
Diduga bahwa lekukan-lekukan danau kawah di bulan dan samudera di bumi terjadi
oleh hal yang sama. Karena adanya benturan meteor yang begitu kuat maka pinggirpinggir
tempat meteor itu jatuh terjadi peninggian. Itulah yang menyebabkan
terjadinya pegunungan pantai di sekitar beberapa samudera, seperi pegunungan
Andes yang memanjang di sepanjang pantai Pasifik di Amerika Selatan.
11
4). Contonental Drift theory (teori pergerakan benua)
Teori ini dikembangkan oleh Alfred Wegener. Dalam teorinya ia mengatakan bahwa
ketika kulit bumi mendingin terjadi satu kontinen besar. Karena kontinen itu ringan
maka terapung di atas batuan yang lebih berat yang ada di bawahnya. Setelah itu
mulai terbagi menjadi dua blok. Satu blok di belahan utara dan yang lain di belahan
selatan. Kedua blok itu dipisahkan oleh samudera yang disebut Tethys. Karena blokblok
ini terapung dan bergerak maka pecah menjadi bagian yang lebih kecil.
Blok Utara membentuk Amerika Utara dan Erasia. Blok Selatan menjadi Amerika
Selatan, Afrika, Australia dan Antartika. Pada waktu itu laut thetys dipersempit dan
memjadi laut Mediteran, laut Hitam dan laut Kaspia. Teori ini dapat dilihat dari
bentuk-bentuk pantai kontinen, misalnya bentuk pantai antara Afrika dengan Amerika
Selatan dan antara Erasia pernah satu blok. Sekitar 180 juta tahun lalu benua Afrika
dan Amerika Selatan merupakan satu daratan. India diduga dari potongan-potongan
benua kuno Gondowana land. Potongan-potongan ini bergerak kearah Utara sejauh
5.000 kilometer dan ahirnya bertamrakan dengan benua Asia. Proses tabrakan ini
menghasilkan tekanan ke atas yang amat besar yang mengakibatkan terbentuknya
pegunungan Himalaya.
Alasan lain untuk membuktikan teori ini adalah fosil-fosil tumbuh-tumbuhan dari
batuan purba. Ternyata fosil tumbuh-tumbuhan tertentu terdapat di dalam batuan
purba baik di Amerika Selatan, Afrika India dan Siberia. Bukti ini memperkuat
dugaan bahwa daerah-daerah tersebut pernah bersatu (berhubungan).
Para ahli geologi percaya bahwa terjadi daerah-daerah aktif dimana sering terjadi
retakan-retakan besar pada kulit bumi. Retakan-retakan ini mencakup seluruh permukaan
bumi dan karena itu mereka membagi kerak bumi menjadi enam bagian lempeng besar
yang dinamakan tectonic plates. Keenam lempeng tersebut sebagai berikut: (1) Eura
sian plate, (2) Australian plate, (3) Pasific plate, (4) American plate, (5) African plate,
dan (6) Antartic plate. (lihat peta lempeng benua)
12
Bentuk lempeng-lempeng itu tidak rata, tetapi setiap lempeng cenderung untuk
membentuk suatu batas dengan system mid-oceanic ridge, yaitu satu sisi dengan massa
benua dan sisi yang lain dengan batas lempeng tektonik. Lempeng tektonok ini bergerak
secara perlahan-lahan melintasi dasar lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa
centimeter setiap tahunnya. Gerakan lempeng ini sulit untuk diukur secara langsung
oleh karena jarak yang terjadi sangat kecil dan memerlukan waktu yang lama. Walaupun
demikian para ahli geologi telah membuktikan secara meyakinkan tentang terjadinya
kejadian-kejadian ini dengan mengadakan penelitian terhadap jenis batuan dari mana
lempeng tektonik dibentuk.
Dari gerakan lempeng dibelokan ke arah bawah yang kemudian bertemu dengan
kerak benua melalui proses yang dinamakan subduction (lihat peta di bawah ini). Batasbatas
lempeng yang merupakan subduction juga merupakan pusat dari aktivitas gunung
api dan gempa bumi sehingga menyebabkan terjadinya jajaran/rangkaian gunung-gunung
di berbagai tempat di muka bumi ini.
3. Perubahan Bentuk Laut/Samudera
Umur bumi berdasarkan penyelidikan batuan adalah lebih dari 2.000 juta tahun.
Laut tentunya lebih muda dari bumi, tetapi lebih dahulu dari gunung/pegunungan. Bentuk
laut/lautanpun dari dulu berubah-rubah karena gaya endogen (pelipatan, orogenesa, dll).
Perubahan laut/lautan itu juga terjadi karena perubahan air yang membeku berupa gletser
dan es yang meliputi daratan seperti terjadinya zaman es.
Contoh-contoh perubahan laut/lautan:
a. Pada akhir Mesozoikum awal Paleosin: Selat Malaka, selat Karimata, laut Jawa, laut
Flores, laut Banda bagian Selatan, laut Arafura merupakan daratan yang disebut
Paparan Sunda, Paparan Banda, dan Paparan Sahul. Sebaliknya pulau Irian sebagian
besar merupakan laut (Geosinklin Irian). Juga sebagian pulau Sulawesi dan
Kalimantan Utara (Geosinklin Banda dan Rejang).
b. Eosin Ta-b: Terjadi laut Jawa dan pulau Jawa bagian Utara merupakan laut. Pulau
Jawa pada masa itu berada agak ke Sealatan (Geosinklin Jawa).
13
c. Oligosin Tc-d : Sebagian dari Irian telah menjadi daratan. Sedangkan Kalimantan
Timur menjadi lautdan sebagian Sumatra merupakan laut (Geosinklin Aceh).
d. Dan seterusnya pada zaman Pleosinpun selalu berubah (lihat Geologi Sejarah IV: P.
Marks hal. 34-41).
Perubahan-perubahan laut/lautan ini bukan saja terjadi di Indonesia tetapi hampir di
seluruh dunia, seperti: Pada Zaman Kapur Bawah dan Zaman Kapur Tengah, Australia
dipisahkan oleh suatu genangan laut opikontinen. Malah menurut penyelidikan
Paleogeografi zaman Kambrium Pegunungan Himalaya merupakan laut (Geosinklin
Himalaya dan Tethys Timur). Daratan Asia lainnya pernah tergenang laut seperti di
daerah Altai dan Siberia. Sebaliknya laut Tengah merupakan daratan. Antara Eropah
dengan Amerika hanya dipisahkan di sebelah Utaranya oleh laut yang sempit (Geosinklin
Kaledonia). Pegunungan Rocky pernah mengalami penggenangan.
Jadi kebanyakan muka bumi telah pernah diliputi lautan pada masa lalu. Sebaliknya
banyak daratan yang telah pernah menjadi laut/lautan.

Post a Comment for "teori terjadinya samudra"