Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kegiatan Penelitian Laut di Indonesia

Kegiatan Penelitian Laut di Indonesia


Lembaga penelitian laut di Indonesia mula-mula didirikan oleh Dr. J. C.
Koningsberger (Direktur Kebun Raya Bogor) di Pasar Ikan Jakarta pada tahun 1904,
merupqkqn stasion perikanan yang bertujuan mengadakan penelitian perikanan laut. Pada
tahun1919 ditambah dengan aquarium sebagai gambaran keindahan biota laut. Aquarium
ini dipamerkan dan untuk menternakan ikan hias tropika untuk export.
Stasion perikanan ini kemudian diganti namanya menjadi “Laboratorium voor het
onderzoek derzee yang secara organisatoris ada di bawah Kebun Raya Bogor.

Laboratorium ini menyelidiki Planktonologi, Benthologi, Biologi lainnya, Fisika air laut
dan lain-lain. Kemudian diserahkan kepada LIPI bagian dari Lembaga Biologi Nasional
dengan diberi nama Lembaga Penelitian Laut, sekarang menjadi Oceanologi dibawah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan bermacam-macam laboratorium,
seperti :
1). Laboratorium Zoologi: (a) Bagian Ichthyologi (bangsa ikan), (b) Molacologi (bangsa
keong dan kerang-kerangan), (c) Carcinilogi (bangsa udang dan kepiting), (d) Aquaro
logi (mengenai aquarium), (e) Corallia (bangsa karang).
2). Laboratorium Botani: (a) Bagian Algologi (bangsa ganggang, agar-agar), (b) Bagian
Bakteriologi .
3). Laboratorium Produktivitas lautan dan Planktonologi: (a) Marine productivity
(produksi lautan), (b) Bagian Phytoplanktonologi, (c) Zooplanktonologi.
4). Laboratorium Oseanografi : (a) Bagian Kimia air laut, (b) Fisika air laut.
Dilihat dari perkembangannya penelitian kelautan di Indonesia dapat dibagi
menjadi empat periode yaitu:
Periode I (1600 – 1850)
Tokoh yang penting pada perode ini adalah Georgius Everhandus Rumphius
(biologiwan Belanda). Ia membuat mengenia flora dan fauna dari wilayah Ambon dan
sekitarnya baik yang hidup di darat maupun di laut. Pada periode ini pula berdatangan
atau melintas ekspedisi-ekspedisi ilmiah dari negara lain ke Indonesia, misalnya dari
Prancis ekspedisi Physicienne (1817 – 1820), ekspedisi Coquille (1822 -1825), ekspedisi
Astrolabe (1826 – 1829), ekspedisi Bonite (1836 – 1837). Demikian juga ekspedisi yang
dilakukan oleh bangsa Inggris seperti ekspedisi Beagle (1832 – 1836) yang membawa
biologiwan Charles Darwin, kemudian juga ekspedisi Sulphur (1836 – 1842).
Periode II (1850 – 1905)
Tokoh panting pada periode ini adalah Pieter Bleeker (1819 -1878) seorang dokter
tentara ahli iktiologi (ilmu mengernai ikan). Pada tahun 1870 an mulai timbul perhatian
kea rah laut dalam, seperti ekspedisi keliling dunia yang dilakukan oleh kapal Inggris
Challenger (1872 – 1876) yang juga masuk ke perairan Indonesia.

Beberapa waktu kemudian datang pula ke Indonesia ekspedisi Jerman Valdivia
(1898 – 1899) dan Planet (1906 – 1907). Begitu juga ekspedisi Belanda dengan kapal
Siboga (1899 – 1900) yang memberikan tekanan utama pada penelitian biologi kelautan.
Ekspedisi ini beroperasi di perairan Indonesia bagian Timur. Dalam ekspedisi ini
menemukan banyak jenis-jenis baru. Selain dari itu peta batimetri (peta konfigurasi dasar
laut) yang pertama untuk Indonesia dihasilkan pula dari ekspedisi ini yang disusun oleh
Tyderman (1903).
Periode III (1905 – 1960)
Pada periode ke tiga, penelitian kelautan di Indonesia sudah lebih sistematis dan
mulai melembaga. Tahun 1904 merupakan tahun bersejarah, karena pada saat itu atas
prakarsa Dr. Koningsberger (Direktur Kebun Raya Bogor) didirikanlah Visscherij Station
(Stasiun Perikanan) yang pertama di Indonesia yang berlokasi di Pasar Ikan – Jakarta.
Tiga tahun kemudian stasiun ini diperkuat dengan kapal peneliti G i e r yang pada saat itu
merupakan kapal penelitian yang pertama untuk Asia Timur.
Pada tahun 1919 Stasiun Perikanan tersebut dibongkar dan dibangun gedung baru
untuk Laboratorium voor het Onderzoek der Zee (Lab. Penelitian Laut) yang mulai
berfungsi sejak tahun 1922. Lembaga ini dilengkapi dengan akuarium umum. Kegiatan
laboratorium ini sudah meliputi masalah ilmiah yang mendasar tertutama dalam bidang
biologi kelautan. Disini muncul tokoh-tokoh penting seperti Delsman dengan
penelitiannya ekologi plangton di Indonesia, Verwey dengan penelitiannya dalam ekologi
terumbu karang dan ekologi kepiting bakau, sedangkan Hardenberg dengan biologi
perikanan.
Botani kelautan terutama mengenai alga laut juga diteliti oleh Weber van Bosse
yang sebelumnya ia ikut dalan ekspedisi Siboga. Dibidang geologi kelautan dihasilkan
karya penting oleh Molengraff (1922) yang kemudian juga mengajukan teori-teorinya
tentang pembentukan terumbu karang di Indonesia dan daerah sebarannya (1929).
Salah satu karya terbesar yang dilaksanakan dalam periode ini adalah ekspedisi
Snellius (1929 – 1930) yang dilaksanakan di perairan Indonesia Timur dengan tekanan
utama dalam penelitiannya pada kondisi fisika, kimia, dan geologi kelautan.

Dengan datangnya kapal risert Samudera (1955), pelayaran oseanografi telah dapat
dilakukan dengan teratur sehingga dapat diungkap terjadinya penaikan air (upwelling) di
laut Banda oleh Wyrtki (1957).
Tahun 1952 datang pula ke Indonesia ekspedisi Galathea dari Denmark yang tujuan
utamanya memperlajari biologi yang terdapat pada laut dalam. Ekspedisi ini berhasil
memperoleh berbagai jenis fauna dari dasar palung-palung yang terdalam di perairan
Indonesia dan juga penelitian produktivitas primer fitoplankton dan bakteri laut.
Periode IV (setelah 1960)
Atas prakarsa Prof Kosnoto (saat itu Direktur Kebun Raya Bogor) didirikanlah
Akademi Biologi di Ciawi Bogor yang juga mempunyai jurusan penelitian laut. Dari sini
lahir generasi pertama putra-putra Indonesia yang menangani penelitian-penelitian dalam
ilmu kelautan.
Pada periode ini berdiri tiga lembaga yaitu Lembaga Penelitian laut (kini Lembaga
Oseanologi Nasional – LIPI), Lembaga Penelitian Perikanan Laut (kini Sub Balai
Penelitian Perikanan Laut – Departemen Pertanian) dan Dinas Hidrografi Angkatan Laut
(kini Dinas Hidro – Oseanografi TNI Angkatan Laut).
Mulai beroperasinya kapal riset Jalanidhi (1963) dan kemudian kapal Burudjulasad
(1966) makin memperkuat kemampuan Indonesia untuk melaksanakan survey dan
penelitian kelautan. Penelitian kelautan yang telah dilakunan adalah operasi Baruna I
(1964) merupakan ekspedisi ilmiah kelautan yang pertama di perairan Indonesia Timur.
Operasi Baruna II (1966), operasi Cendrawasih (1967) dan juga ekspedisi gabungan RI
dengan Belanda yaitu ekspedisi Snellius II di perairan Indonesia Timur. Sementara itu
juga ada ekspedisi-ekspedisi Indonesia yang diperkuat oleh ahli-ahli asing, misalnya
ekspedisi Rumphiuis I, II dan III yang tekanannya pada biosistematik.
Beberapa Universitas untuk mengembangkan ilmu kelautan yaitu Universitas
Hasanudin, Universitas Diponegoro, Universitas Pattimura, Institut Pertanian Bogor,
Universitas Riau dan Universitas San Ratulangi.

Post a Comment for "Kegiatan Penelitian Laut di Indonesia"