MODEL SISTEM TUMBUKAN LEMPENG 2
sumber: google |
3.2.3 PENGERTIAN
LEMPENG MIKRO (PULONGGONO
dan CAMERON)
Lempeng
Mikro didefinisikan sebagai bahagian yang terpisah dari lempeng-lempeng utama ;
yakni suatu mintakat (“terrain”) yang secara regional bersifat homogen yang
dipisah-pisahkan oleh sesar-sesar besar yang memotong hingga dasar litosfer.
3.2.5 BATUAN
PREMOKARBON TAPANULI GROUP :
A.
Formasi Bohorok
Formasi
ini terutama terdiri dari breksi konglomeratan yang tidak berlapis dan lazim
disebut “pebbly mudstone”. Dalam jumlah yang terbatas terdapat pula
sisipan-sisipan batulampung, batu lanau, batu pasir kwarsa dan kadang-kadang
sekali batu gamping. Matrik (masa dasar) dari pada “pebbly mudstone” ini adalah
batu pasir halus
B. Formasi Kluet
Terdiri dari urutan-urutan yang tebal
terutama batu pasir kwarsa dan batu lempung tils dan batu lanau. Kadang-kadang
dijumpai batu gamping klastik dan batu lanau gamping fosil didalamnya.
C. Formasi Alas
Formasi ini menutupi Formasi Kluet dan
terutama terdiri dari batuan yang sama juga, tetapi dengan jumlah batu gamping
yang lebih banyak lagi. Di bagian utara, batuan ini mengalami proses malihan
dengan fasies sekis hijau sampai amfibolit.
Perkembangan tektonik selama tersier
dari Indonesia Bagian Barat merupakan pencerminan daripada interaksi antara
lempeng SAMUDRA HINDIA-AUSTRALIA yang bergerak ke utara dengan lempeng ASIA
(LEMPENG MIKRO SUNDA). Selama jaman Tersier gerak daripada lempeng-lempeng
tersebut telah mengalami perubahan baik ara maupun kecepatannya. LEMPENG MIKRO
SUNDA, menurut DAVIES (1984.1987), selama Tersier telah mengalami gerak rotasi
kearah yang berlawanan dengan gerak jarum jam sebanyak kurang lebih 42”.
DAVIES (1984) berpendapat bahwa
lempeng mikro sunda memulai dengan rotasinya kearah berlawanan dengna jarum jam
pada Oligosen akhir sebagai akibat daripada regangan dan pemekaran kerak yang
terjadi di Cekungan-cekungan Thai dan Malaya.
P. Sumatra terletak pada bagian tepi
selatan dari pada lempeng Benua Eurasia, yang berinteraksi dengan lempeng
SAMUDRA INDIA – AUSTRALIA yang bergerak ke arah utara timur laut.
Telah lama diketahui bahwa tektonik
P.Sumatra dianggap sebagai produk daripada interaksi konvergen antara lempeng
INDIA – AUSTRALIA dan ASIA, dan pola serta ragam tektoniknya dipengaruhi oleh
besarnya sudut interaksi serta kecepatan daripada konvergensi lempengnya.
4.2.1 JALUR SUBDUKSI TERSIER
Bentuk morfologi dan struktur geologi
daripada tepi barat Sumatra mencerminkan pengaruh kumulatif daripada gejala
subduksi dan gerak sesar mendatar dextral, khusunya yang namapak adalah sejak
Oligosen.
4.2.2 CEKUNGAN MUKA BUSUR (“Fore-Arc Basin”)
TERSIER
Sifat daripada bagian paling dalam
dari cekunganmuka busur belum diketahui secara pasti. Penampang solemik
pantulan melalui bagian tengah dari cekungan, tidak memberikan bukti adanya
batuan sesar dengan kecepatan rambat 4 sekon. Lapisan sedimen paling bawah dan
cekungan ini.
A. Tektonik Cekungan Muka Busur
Tersier SUmatra
Perkembangan tektonik dan
bentuk-bentuk struktur yang terdapat pada cekungan yang terletak disebelah
barat P. SUmatra dan berada diantara jalur pemisah palung dan daratan Sumatra
ini ditentukan oleh :
a. Besarnya
sudut pertemuan antara lempeng INDIA – AUSTRALIA dan lempeng SUNDA di sebelah
barat SUmatra, dan
b. Kecepatan
daripada gerak lempeng SAMUDRA INDIA – AUSTRALIA
Jalur pertemuan konvergen antara
lempeng-lempeng INDIA-AUSTRALIA dan ASIA TENGGARA, memang dari kaki pegunungan
Himalaya di Birma Utara sampai ke tempat dimana benua Australia dan Indonesia
Timur saling bersentuhan.
Cekungan muka busur dengan pengendapan
yang telab merupakan bentuk yang penting di dalam sistim palung busur pada tepi
benua yang mempunyai tingkat sedimentasi yang cepat. Apabila dalam sistim ini
terdapat suatu busur luar (“outer-arc-ridge”), maka sedimen-sedimen yang
berasal dari busur vulkanik akan tertahan dibelakang punggungan dan terkumpul
dalam jumlah yang sangat tebal didalam cekungan muka busur.
Bentuk cekungan muka busur disebelah
barat P.Sumatera ini oleh DICKINSON dan SEELY 1979 dinamakan “constructed
basin”. Busur magmatik dan cekungan belakang busur memotong hampir sepanjang
pulau Sumatera dari Sumatera Utara sampai ke Sumatera Selatan, adalah sesar
mendatar “dextral” yang dikenal sebagai “sesar Semangko, Sesr besar SUmatra
atau Jalur sesar Sumatra”
Sesar mendatar ini terbentuk sebagai
akibat dari sifat interaksi lempeng HINDIA-AUSTRALIA dengan lempeng MIKRO SUNDA
yang menyerong.
4.2.3 TATANAN GEOLOGI UMUM TERSIER
A. Stratigrafi
Cekungan-cekungan Tersier menempati
bagian sebelah timur pulau Sumatera. Seluruhnya terdiri dari 1. Cekungan
Sumatra Utara, 2. Cekungan Sumatera Tengah dan 3. Cekungan Sumatera Selatan.
Cekungan-cekungan tersebut umumnya dicirikan oleh endapan tersiernya yang
sangat tebal dan diendapkan dalam waktu yang relatif singkat.
A.1 Cekungan Sumatera Utara
Mempunyai bentuk segitiga yang membuka
ke utara dibatasi oleh tinggian ASAHAN disebelah tenggara dari cekungan Sumatra
tengah. Tidak dijumpainya endapan volkanik yang tersebar luas merupakan
indikasi bahwa busur luar yang berada disebelah barat Sumatra utara, sebagian
besar adalah tidak bergunung api, yang juga berarti bahwa tidak ada atau hanya
sedikit saja terjadi proses subduksi pada kala itu.
1. Oligosen akhir hingga miosen
awal
2. Miosen awal-Miosen tengah
Dicirikan oleh adanya ketidakselarasan
yang dapat diamati di cekungan Sumatra Utara. Diseluruh cekungan terjadi susut
laut sebagai akibat pengangkatan, kecuali dibagian-bagian yang dalam seperti
depresi Tamlang dan Jawa.
3. Miosen akhir hingga sekarang
Dicirikan oleh pendangkalan dari Fm.
Baong serta dimulainya pengendapan klasik kasar dari FM. Keutapang, yang kemudian
disusul oleh endapan-endapan yang melimpah dari sedimen-sedimen yang sangat
kasar.
A.2 Cekungan Sumatera Tengah
Dipisahkan oleh tinggiha ASAHAN dari
cekungan Sumatra Selatan di sebalah tenggara. Dasar daripada cekungan ini
diperkirakan terdiri dari kerak benua yang tipis dan sangat terpatahkan
(“Fractured”).
A.3 Cekungan Sumatera Selatan
Cekungann Sumatra Selatan membentang
mulai dari tinggian Asahan di barat laut sampai ketinggian Lampung yang
terletak di bagian paling selatan pulau. Dibatasi oleh pegunungan Barisan di
sebelah barat daya, dan daratan pra-Tersier di sebelah timur laut.
B. Struktur Geologi
B.1 Sumatera Utara
Menurut DAVIES (1984) ada
kecenderungan bahwa cekungan Sumatra Utara ini suatu saat pernah menjadi satu
dengan cekungan-cekungan Aceh Barat dan Sumatra Barat, dimana sekarang telah
menjadi terpisah oleh cekungan barisan.
Pada saat permulaan rotasi, Sumatra
mulai bergerak menjauh dari semenanjung Malaya. Cekungan Sumatra Utara pada
saat itu berkembang dalam lingkungan tektonik
regangan.
B.2 Sumatera Tengah
Tektonik dari cekungan Sumatra Tengah,
tidak lepas dari pengaruh interaksi dan subduksi dari lempeng Samudra Hindia
dengan tepi lempeng Sunda. Subduksi tersebut di Sumatra Tengah ini menimbulkan
terbentuknya “Sell Konveksi Mantel-Bumi” dan “diapir”. Cekungan Sumatra Tengah
ini mempunyai gradien geothermal yang tertinggi dari cekungan-cekungan belakang
busur yang terdapat pada bagian tepi daratan SUNDA.
B.3 Sumatera Selatan
Secara Fisiografis bagian selatan dari
Sumatra ini dapat dibagi menjadi 4 (Empat) bagian, yaitu :
1. Cekungan Sumatra Selatan
2. Bukit Barisan dan Tinggian Lampung
3. Cekungan Bengkulu, meliputi lepas pantai antara daratan Sumatra
dan rangkaian pulau-pulau disebelah barat Sumatra, dan
4. Rangkaian kepulauan di sebelah barat Sumatra, yang membentuk
suatu busur tak bergunung api di sebelah barat P. Sumatra
Merupakan bagian daripada cekungan
Sumatra Timur, dan dipisahkan dari cekungan Sumatra tengah di utaranya, oleh
pegunungan duabelas/tiga puluh, yang merupakan singkapan batuan pra-Tersier.
Cekunga ini dikenal sebagai cekungan
yang kaya minyak bumi dan terdiri dari 2 (dua) sub cekungan, yaitu sub cekungan
Palembang, dan sub cekungan Jambi.
2. Pola Struktur
Seperti juga pada bagian lain di
Sumatra Timur, disini dapat diamati adanya 3 (tiga) pola sesar utama yang
sebahagian besar di rekam dari data geofisik.
4.2.3 Perkembangan
Tektonik Tersier
A. Eosen Awal Oligosen Awal
SUMATRA, SEMENANJUNG MALAYA dan
KAMPUCHIA, masih merupakan bagian daripada lepeng ASIA, dan arah daripada
P.SUMATRA pada waktu itu, dalah utara, selatan.
B. Oligosen Akhir Miosen Awal
Terjadi gerak rotasi yang pertama dari
lempeng MIKRO SUNDA sebesar 20” kearah yang berlawanan dengangerak jarum jam,
disertai dengan pemisahan SUMATRA dari semenanjung MALAYA.
C. Miosen Tengah
Rotasi daripada lempeng mikro SUNDA
terhenti, yang disusul oleh pengangkatan regional. Dalam periode ini terjadi
pengaktifan kembali daripada sesar-sesar, dan penurunan cekungan semakin cepat.
D. Miosen Atas sampai Sekarang
Rotasi yang kedua dimulai sebesar 20 –
25” ke arah yang berlawanan dengan jarum jam, yang diacu oleh membukanya laut
Andaman.
Pada garus besarnya perkembangan
tektonik daripada P. Jawa itu tidak berbeda banyak dengan perkembangan di P,
Sumatra. Hal ini disebabkan, disamping keduanya masih merupakan bagian daripada
balas tepi LEMPENGAN MIKRO SUNDA, juga karena disini kita masih berada dalam
sistim yang sama, yaitu interaksi konvergen antara LEMPENG INDIA AUSTRALIA dan
LEMPENG EURASIA dalam hal ini dengan LEMPENG MIRKO SUNDA.
Sebagai produk daripada perbedaan itu,
maka beberapa gejala geologi yang agak berlainan dengan di Sumatra adalah:
1. Produk
gunung api muda mempunyai susunan yang jauh lebih basa bila diperbandingkan dengan
di Sumatra.
2. Gunung
api berumur Tersier Akhir kebanyakan terletak atau bertengger diatas endapan
marin berumur Neogen, sedangkan di Sumatra terletak diatas batuan Pra-Tersier.
3. Batuan
dasar di P. Jawa terdiri dari komplek melanga berumur kapur – tersier awal, dan
4. Di
P. Jawa tidak dijumpai adanya tanda-tanda unsur kerak benua.
Unsur-unsur tektonik yang membentuk P.
Jawa adalah :
a. Jalur subduksi Kapur Paleosen yang memotong Jawa Barat, Jawa
Tengah danterus ke timurlaut menuju Kalimantan Tenggara.
b. Jalur magma Kapur di bagian utara P. Jawa
c. Jalur magma Tersier yang meliputi sepanjang pulau terletak agak
ke bagian selatan.
d. Jalur subduksi Tersier yang menempati punggungan bawah laut di
selatan pulau Jawa, dan
e. Palung laut yang terletak di selatan P. Jawa, dan merupakan batas
dimana lempeng/kerak samudra menyusup ke bawah pulau Jawa (jalur subduksi
sekarang).
Pola struktur regional dari P. Jawa
dapat dilihat dari hasil penelitian gaya berat. Gaya berat Bouguer akan
memberikan gambaran mengenai struktur yang letaknya dalam dan tidak teramati.
Di P. Jawa, data gayaberat Bouguer
akan mencerminkan bentuk dan konfigurasi daripada batuan dasar, dibawah tutupan
tebal sedimen-sedimen Tersier dan Kwarter terutama endapan volkanik muda. Penelitian
gayaberat yang dilakukan oleh DIREKTORAT GEOLOGI sejak tahun 1965, yang
meliputi seluruh pulau Jawa, menunjukkan adanya 3 (tiga) jalur utama anomail
gaya berat, masing-masing :
a. Jalur selatan dengan anomail + 90 hingga + 170 mgi, yang berimpit
dengan Pegunungan Selatan.
b. Jalur tengah dengan anomail + 10 - + 110 mgi, yang hampir
berimpitan dengan jalur pluton/gunung api, dan
c. Jalur utara dengan anomail + 10 - + 50 mgi, yang mengikuti jalur
sedimen yang terlipat di cekungan utara Jawa.
Penafsiran data gaya berat itu
ternyata dapat memberikan 2 (Jenis) struktur geologi, yaitu yang relatif
dangkal (kurang lebih 1 – 2 Km dibawah permukaan), dan yang dalam hingga
mencapai 30 Km.
5.2.1. PENAFSIRAN
DATA GAYABERAT
Dari pola struktur regional yang dapat
diamati dari data gaya berat baik yang dalam maupun yang dangkal itu, pada
garis besarnya dapat di tarik suatu korelasi dengan kedudukan daripada P.Jawa
terhadap perkembangan interaksi konvergen antara lempeng INDIA AUSTRALIA dengan
lempeng MIKRO SUNDA.
Pola Struktur yang arahnya baratlaut
tenggara (atau arah Sumatra, mungkin dapat dianggap sebagai produk daripada
peristiwa subduksi kasozoik dan Tersier di Sumatra, sedangkan yang arahnya
timurlaut baratdaya (atau dikenal juga sebagai arat Luh Ulo Meratus), dapat
dikaitkan dengan jalur subduksi Kapur Paleoson, dan yang arahnya barat timur,
mungkin dapat dihubungkan dengan pengaruh jalur subduksi Tersier dan Kwaerter
di Selatan Jawa.
Secara regional di P. Jawa dapat
dibedakan adanya 3 (Tiga) satuan tektonik, yaitu :
(a) Cekungan Jawa Utara, yang terdiri dari Cek. Jawa Barat Laut (NW
Java Basin) dan Cek. Jawa Timur Laut (NE Java Basin).
(b) Daerah cekungan Bogor, Kendeng, dan
(c) Daerah cekungan Pegunungan Selatan
Meskipun Secara regional seluruh pulau
mempunyai perkembangan tektonik yang sama, tetapi karena pengaruh daripada
jejak tektonik yang lebih tua yang mengontrol struktur daripada batuan dasar
maka, khusunya pada perkembangan tektonik yang lebih muda terdapat perbedaan
antara Jawa Barat, Jawa Tengahm dan Jawa Timur.
Post a Comment for "MODEL SISTEM TUMBUKAN LEMPENG 2"