Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MODEL SISTEM TUMBUKAN LEMPENG 1



Tipe-tipe satuan tektonostratigrafi yang lazim kita jumpai pada suatu model pertemuan lempeng yang konvergen, yang antara lain meliputi :
sumber: google
(1)     Komplek penunjaman dan penyusupan lempeng, atau jalur subduksi.
(2)     Cekungan muka busur atau “fore arc basin”, dan mungkin juga tepi busur
(3)     Busur magmatik atau vulkanik, dan
(4)     Cekungan belakang busur atau “back arc basin”
                
Catatan :
                 Bila pada suatu gejala konvergensi ini salah satu daripada lempeng itu terdiri dari kerak samudra, maka sifat daripada gejala tektonik pada tempat pertemuan lempeng itu akan mencerminkan suatu bentuk busur kepulauan bergunung api atau pegunungan dansuatu palung yang sejajar.
Palung laut yaitu tempat atau batas dimana dua lempeng saling bertemu, salah satunya menunjam dan menyusup kedalam mantel.
          “Sistim-Palung-Busur” (Arc-Trench-System), yang terdiri dari dua bagian, yaitu busur magmatik dan palung laut dalam. “Arc-Trench-Gap” “Cekungan-Muka-Busur” (karenaletaknya berada didepan busur vulkanik, dilihat dari arah menyusupnya lempeng samudra). “Cekungan-Belakang-Busur” atau “Back-Arch-Basin”. “Sistim-Palung-Busur” terdiri dari 4 (empat) bagian unsur tektonik.

2.1.1  PALUNG LAUT (“Oceanic Trench”)
          Bagian ini merupakan bentuk topografi yang negatif dengan kedalaman samapai dari 5000 meter. Dimana dasarnya terus-menerus bergerak/bergeser selama berlangsungnya gejala penyusupan kebawah dari lempeng samudra. Merupakan salah satu ciri penciri khas dari suatu jalur subduksi atau pertemuan lempeng konvergen.
          “Melange”, didefinisikan oleh HSU (1968) sebagai sekelompok batuan yang dipetakan sebagai suatu satuan : mengalami deformasi terdiri dari kepungan-kepungan tektonik yang berwujud bongkahan-bongkahan dengan ukuran berkisar dari  beberapa cm hingga km.
          A. Susunan daripada melange
          Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis bongkah/kepungan tektonik, yaitu :
          1.           Yang berasal dari luar cekungan. Bongkah-bongkah tersebut bersumber dari bagian dalam dinding cekungan, atau dari bagian dasar cekungan yang tersugu pada saat gerak menyusupnya kerak kebawah lempeng yang menumpangnya bongkah asing atau “exotic block”.
          2.           yang berasal dari dalam cekungan sifatnya lebih tegar, seperti batu pasir atau batu gamping. Bongkah-bongkah ini dinamakan bongkah selingkungan atau “native block”

          Pada jalur subduski di sebelah barat P. Sumatera sebagai daratan pulau-pulau, sedangkan di dalam P. Jawa sebagai punggungan di bawah laut.

2.1.2  CEKUNGAN MUKA BUSUR
          Daerah yang berada di antara palung laut dan busur vulkanik pada suatu sistim palung busur, disebut sebagai daerah “muka busur” atau “Forearc region”.

2.1.3  BUSUR MAGMATIK
          Gunung-gunung api yang aktif sekarang ini dijumpai suatu busur yang terletak di atas jalur Benloff pada bagian tepat di atas kedalaman kurang lebih 100 km.
          Ciri-ciri daripada busur magmatik secara garis besar adalah didapatkannya:
          6.           Batuan vulkanik yang tergolong kedalam warga batuan dari seri kalk-alkali, dan sebagian besar berwujud batuan piroklastika.
          7.           Batuan sedimen yang sebahagian besar berupa sedimen volkanis-klastis yang diendapkan pada kedalaman yang bervariasi, sebagai lapisan-lapisan yang selaras ataupun tak selaras, dan
          8.           batuan granitis yang diintrusikan. Batolit merupakan bentuk-bentuk batuan beku yang menempati bagian atas kerak daripada busur magmatik. Yang dimaksudkan dengan pluton yang bersusunan asam sampai intermediair. Kelompok batuan ini dikenal sebagai batuan beku penyerta jalur orogen (DICKINSON, 1970).

2.1     CEKUNGAN BELAKANG BUSUR (Back Arc Basin)
          Dibagian belakang daripada busur-magmatik, juga berkembang cekungan-cekungan dibelakang busur ini dikenal sebagai Cekungan Muka Busur atau oleh Foreland Basin. Daratan Sunda, adalah Paparan Sunda (Sunda a Helf) beserta daratan-daratan yang berada di sekitarnya, yaitu :
·           Semenanjung Malaya
·           Pesisir Timur Sumatra
·           Pulau-pulau Timah Indonesia, termasuk Riau dan Lingga
·           Kalimantan Barat dan Serawak barat.
          Perkembangan tektonik dari Daratan Sunda dapat diungkapkan dengan cara mempelajari tatanan geologi dari pulau-pulau yang dianggap sebagai bahagian dari “daratan sunda” tadi atau sekarang “Lempeng Mikro Sunda”.
          Pada jaman perm, suatu jalur subduksi yang menyusup kearah Timur laut kebawah benua Asi terdapat di Sumatra bagian Barat, yang menunjukkan gejala pertemuan dan penyusupan lempeng yang tertua di wilayah Indonesia barat ini. Gejala tektonik ini menghasilkan volkanisme berkomposisi Andasitis dan intrusi-intrusi granit di Sumatra.
          Pada saat yang sama juga diduga terdapat suatu jalur penyusupan lempeng yang miring kearah Barat Daya dan terletak di Kalimantan Barat dan Malaysia Barat.
          Pada jaman Trias, Jura, jalur subduksinya bergeser kearah Samudra Hindia Jalur BENIOFFnya miring ke arahkontinen dan diperkirakan letaknya lebih dangkal.

3.2.2  KONSEP TEKTONIK PENYATUAN DAN PEMISAHAN
          LEMPENG-LEMPENG MIRKO
          Dengan semakin banyaknya data dan konsep baru, maka sekarang ini banyak yang beranggapan bahwa “daratan sunda” itu bukan merupakan suatu kesatuan, tetapi terdiri dari suatu komplek yang berupa pola Mosaik.

3.2.3  PENGERTIAN LEMPENG MIKRO
          (PULONGGONO dan CAMERON)
          Lempeng Mikro didefinisikan sebagai bahagian yang terpisah dari lempeng-lempeng utama ; yakni suatu mintakat (“terrain”) yang secara regional bersifat homogen yang dipisah-pisahkan oleh sesar-sesar besar yang memotong hingga dasar litosfer.

3.2.5  BATUAN PREMOKARBON TAPANULI GROUP :
          A. Formasi Bohorok
          Formasi ini terutama terdiri dari breksi konglomeratan yang tidak berlapis dan lazim disebut “pebbly mudstone”. Dalam jumlah yang terbatas terdapat pula sisipan-sisipan batulampung, batu lanau, batu pasir kwarsa dan kadang-kadang sekali batu gamping. Matrik (masa dasar) dari pada “pebbly mudstone” ini adalah batu pasir halus
          B. Formasi Kluet
          Terdiri dari urutan-urutan yang tebal terutama batu pasir kwarsa dan batu lempung tils dan batu lanau. Kadang-kadang dijumpai batu gamping klastik dan batu lanau gamping fosil didalamnya.
          C. Formasi Alas
          Formasi ini menutupi Formasi Kluet dan terutama terdiri dari batuan yang sama juga, tetapi dengan jumlah batu gamping yang lebih banyak lagi. Di bagian utara, batuan ini mengalami proses malihan dengan fasies sekis hijau sampai amfibolit.
          Perkembangan tektonik selama tersier dari Indonesia Bagian Barat merupakan pencerminan daripada interaksi antara lempeng SAMUDRA HINDIA-AUSTRALIA yang bergerak ke utara dengan lempeng ASIA (LEMPENG MIKRO SUNDA). Selama jaman Tersier gerak daripada lempeng-lempeng tersebut telah mengalami perubahan baik ara maupun kecepatannya. LEMPENG MIKRO SUNDA, menurut DAVIES (1984.1987), selama Tersier telah mengalami gerak rotasi kearah yang berlawanan dengan gerak jarum jam sebanyak kurang lebih 42”.
          DAVIES (1984) berpendapat bahwa lempeng mikro sunda memulai dengan rotasinya kearah berlawanan dengna jarum jam pada Oligosen akhir sebagai akibat daripada regangan dan pemekaran kerak yang terjadi di Cekungan-cekungan Thai dan Malaya.
          P. Sumatra terletak pada bagian tepi selatan dari pada lempeng Benua Eurasia, yang berinteraksi dengan lempeng SAMUDRA INDIA – AUSTRALIA yang bergerak ke arah utara timur laut.
          Telah lama diketahui bahwa tektonik P.Sumatra dianggap sebagai produk daripada interaksi konvergen antara lempeng INDIA – AUSTRALIA dan ASIA, dan pola serta ragam tektoniknya dipengaruhi oleh besarnya sudut interaksi serta kecepatan daripada konvergensi lempengnya.


4.2.1  JALUR SUBDUKSI TERSIER
          Bentuk morfologi dan struktur geologi daripada tepi barat Sumatra mencerminkan pengaruh kumulatif daripada gejala subduksi dan gerak sesar mendatar dextral, khusunya yang namapak adalah sejak Oligosen.

4.2.2  CEKUNGAN MUKA BUSUR (“Fore-Arc Basin”)
          TERSIER
          Sifat daripada bagian paling dalam dari cekunganmuka busur belum diketahui secara pasti. Penampang solemik pantulan melalui bagian tengah dari cekungan, tidak memberikan bukti adanya batuan sesar dengan kecepatan rambat 4 sekon. Lapisan sedimen paling bawah dan cekungan ini.
          A. Tektonik Cekungan Muka Busur Tersier SUmatra
          Perkembangan tektonik dan bentuk-bentuk struktur yang terdapat pada cekungan yang terletak disebelah barat P. SUmatra dan berada diantara jalur pemisah palung dan daratan Sumatra ini ditentukan oleh :
          a.       Besarnya sudut pertemuan antara lempeng INDIA – AUSTRALIA dan lempeng SUNDA di sebelah barat SUmatra, dan
          b.       Kecepatan daripada gerak lempeng SAMUDRA INDIA – AUSTRALIA
          Jalur pertemuan konvergen antara lempeng-lempeng INDIA-AUSTRALIA dan ASIA TENGGARA, memang dari kaki pegunungan Himalaya di Birma Utara sampai ke tempat dimana benua Australia dan Indonesia Timur saling bersentuhan.
          Cekungan muka busur dengan pengendapan yang telab merupakan bentuk yang penting di dalam sistim palung busur pada tepi benua yang mempunyai tingkat sedimentasi yang cepat. Apabila dalam sistim ini terdapat suatu busur luar (“outer-arc-ridge”), maka sedimen-sedimen yang berasal dari busur vulkanik akan tertahan dibelakang punggungan dan terkumpul dalam jumlah yang sangat tebal didalam cekungan muka busur.
          Bentuk cekungan muka busur disebelah barat P.Sumatera ini oleh DICKINSON dan SEELY 1979 dinamakan “constructed basin”. Busur magmatik dan cekungan belakang busur memotong hampir sepanjang pulau Sumatera dari Sumatera Utara sampai ke Sumatera Selatan, adalah sesar mendatar “dextral” yang dikenal sebagai “sesar Semangko, Sesr besar SUmatra atau Jalur sesar Sumatra”
          Sesar mendatar ini terbentuk sebagai akibat dari sifat interaksi lempeng HINDIA-AUSTRALIA dengan lempeng MIKRO SUNDA yang menyerong.

Post a Comment for "MODEL SISTEM TUMBUKAN LEMPENG 1"