KEDATANGAN SEKUTU DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
1.1 Latar belakang
masalah
Perang Pasifik semakin berkecamuk. Tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika serikat semakin mantap,
sementara Jepang mengalami
kekalahan di mana-mana.
Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-siap mempertahankan diri.
Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945, Indonesia dibagi dalam dua wilayah
kekuasaan berikut.
a. Wilayah Komando
Angkatan Laut yang berpusat di Makasar, meliputi
Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku,
dan Irian Jaya.
b. Wilayah Komando Angkatan Darat yang berpusat di Jakarta, meliputi Jawa, Madura, Sumatra dan Malaya. Pusat komando untuk seluruh
kawasan Asia Tenggara terdapat di Dalat (Vietnam).
Serangan tentara
sekutu sudah mulai diarahkan
ke Indonesia. Setelah menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan Maluku pada tanggal
20 Oktober 1944. Jendral Douglas Mac Arthur, Panglima armada Angkatan
Laut Amerika
Serikat di Pasifik,
menyerbu Kepulauan leyte (Filipina).
Penyerbuan ini adalah
penyerbuan terbesar dalam Perang Pasifik.
Pada tanggal 25 Oktober
1944 Jenderal Douglas
Mac Arthur mendarat di pulau Leyte.
Untuk menarik
simpati rakyat Indonesia,
Jepang mengijinkan pengibaran bendera Merah Putih di samping
bendera Jepang. Lagu kebangsaan
Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu kebangsaan Jepang Kimigayo.
Pada akhir tahun
1944, kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik sudah sangat terdesak. Angkatan perang
Amerika Serikat sudah tiba di daerah Jepang sendiri dan secara teratur mengebom kota-kota utamanya.
Ibukotanya sendiri, Tokyo, boleh dikatakan sudah hancur menjadi tumpukan
puing. Dalam keadaan terjepit, pemerintah Jepang memberikan
“kemerdekaan” kepada negeri-negeri yang merupakan front terdepan,
yakni
Birma dan Filipina. Tetapi kemudian kedua bangsa itu memproklamasikan
lagi kemerdekaannya lepas dari Jepang.
Adapun kepada Indonesia
baru diberikan janji “kemerdekaan” di kelak kemudian
hari. Dengan cara demikian
Jepang mengharapkan bantuan
rakyat Indonesia menghadapi
Amerika Serikat, apabila mereka menyerbu Indonesia. Dan saat itu tiba pada pertengahan
tahun 1945 ketika tentara Serikat
mendarat di pelabuhan minyak Balikpapan.
Dalam keadaan yang gawat ini, pemimpin pemerintah pendudukan Jepang di Jawa membentuk sebuah Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Cosakai). Badan itu beranggotakan tokoh- tokoh utama Pergerakan Nasional Indonesia dari segenap daerah dan aliran dan
meliputi pula Soekarno-
Hatta.
Sebagai ketuanya
ditunjuk dr. Radjiman Wedyodiningrat seorang
nasionalis tua, dengan dua orang
wakil ketua, yang
seorang dari Indonesia dan yang lain orang Jepang.
Pada tanggal 28 Mei 1945 dilakukan upacara pelantikan anggota
Dokuritsu Junbi Cosakai,
sedangkan persidangan pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan tanggal 1 Juni 1945. Persidangan
pertama itu dipusatkan kepada usaha merumuskan
dasar filsafat bagi negara Indonesia Merdeka. Dalam sidang 29 Mei, Mr. Muh. Yamin di dalam pidatonya mengemukakan lima azas dan dasar negara kebangsaan Republik Indonesia berikut
ini.
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5.
Kesejahteraan Rakyat
Kemudian pada tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya mengenai dasar filsafat
negara Indonesia Merdeka
yang juga terdiri
atas 5 azas berikut.
1. Kebangsaan Indonesia
2.
Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4.
Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ia menambahkan pula nama Pancasila
kepada kelima azas itu yang dikataknnya “atas usul seorang
teman ahli bahasa”.
Sesudah persidangan pertama itu, Dokuritsu
Junbi Cosakai menunda persidangannya sampai
bulan juli. Sementara itu pada tanggal
22 Juni 1945,
9 orang anggotanya yaitu : Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad
subarjo, Mr. A.A. Maramis, Abdulkahar
Muzakkir, Wachid hasyim, H.
Agus salim dan Abikusno TjokroSuyoso membentuk suatu panitia kecil.
BAB
II
Pembentukan dan Perkembangan Awal RI
Proklamasi dan Kehidupan Politik
Sejak pagi hari pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diadakan
persiapan- persiapan di rumah Ir. Soekarno
di Pegangsaan Timur 56 untuk menyambut
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Lebih kurang 1000 orang telah hadir
untuk menyaksikan peristiwa
yang maha penting itu. Pada pukul 10 kurang
lima menit Hatta datang dan langsung masuk ke kamar Soekarno. Kemudian kedua pemimpin itu menuju ke
ruang depan, dan acara segera dimulai tepat pada jam 10 sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Soekarno membacakan naskah proklamasi yang sudah diketik dan ditandatangani
bersama dengan Moh. Hatta :
Sehari setelah
Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Dalam sidang itu mereka
menghasilkan beberapa keputusan penting berikut.
1. Mengesahkan UUD yang sebelumnya
telah dipersiapkan oleh Dokuritsu
Junbi Cosakai
(yang sekarang dikenal
dengan nama UUD 1945)
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil
presiden.
3. Dalam masa eralihan Presiden untuk sementara
waktu akan dibantu oleh
sebuah Komite Nasional.
Pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden dan
wakil presiden memanggil beberapa anggota PPKI beserta golongan
cendekiawan dan pemuda untuk
membentuk “Komite Nasional Indonesia Pusat” (KNPI). KNPI akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sebelum terbentuknya DPR hasil
pilihan rakyat. Sejak hari itu sampai awal September, Presiden
dan wakil Presiden membentuk
kabinet yang sesuai dengan UUD 1945 dipimpin oleh
Presiden sendiri dan mempunyai 12 departemen serta menentukan wilayah RI dari Sabang sampai Merauke
yang dibagi menjadi
8 propinsi yang masing-
masing dikepalai oleh seorang Gubernur.
Propinsi-propinsi itu adalah Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).
Untuk menjaga keamanan, telah dibentuk
Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada masing-masing daerah sebagai munsur dari pada KNI
daerah. Pemerintah dengan sengaja tidak mau segera membentuk
sebuah tentara nasional,
karena khawatir bahwa hal itu akan menimbulkan kecurigaan dan sikap permusuhan dari pihak serikat. Para pemuda merasa tidak puas dengan kebijaksanaan pemerintah ini. Mereka berpendapat bahwa Pemerintah harus segera
membentuk sebuah tentara nasional sebagai aparat kekuasaan
negara yang
baru itu. Golongan pemuda yang tidak puas itu sebagian membentuk
badan-
badan perjuangan. Sebaliknya pemuda-pemuda bekas PETA, Heiho,
KNIL dan anggota badan-badan semi militer, memutuskan
untuk memasuki BKR di
daerahnya masing-masing dan menjadikan badan itu wahana bagi perjuangan bersenjata menegakkan kedaulatan Republik Indonesia. Mereka menganggap
dirinya pejuang, sama dengan pemuda-pemuda yang membentuk badan- badan perjuangan.
Pada bulan oktober golongan
sosialis dibawah pimpinan
Sutan Sahrir dan Amir
Syarifudin berhasil menyusun
kekuatan di dalam KNIP dan mendorong
dibentuknya sebuah Badan Pekerja yang kemudian dikenal
dengan sebutan BP-KNIP. Langkah
berikutnya adalah mendesak
terbentuknya sebuah kabinet parlementer di bawah pimpinan seorang Perdana Menteri (suatu hal yang menyimpang dari UUD 1945). Tidak mengherankan bahwa yang diangkat sebagai perdana menteri adalah tokoh sosialis,
mula Syahrir dan kemudian
Amir Syarifudin.
Perkembangan politik
selanjutnya adalah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang ditandatangani oleh wakil presiden Hatta yang mencanangkan pembentukan partai-partai politik. Maka terbentuklah partai-partai seperti cendawan
di musim hujan.
Kehidupan Ekonomi
Pada zaman pendudukan Jepang, seluruh potensi ekonomi Indonesia diarahkan kepada kepentingan perang.
RI yang baru berdiri mewarisi
keadaan ekonomi yang sangat kacau dari zaman pendudukan Jepang itu. Inflasi
yang hebat diwarisi oleh negara yang baru berumur
beberapa hari itu. Sumber inflasi adalah beredarnya uang rupiah Jepang secara tidak terkendali, sedangkan Republik belum dapat menyatakan bahwa uang Jepang tidak berlaku,
karena belum memiliki uang sendiri sebagai penggantinya. Kas pemerintah kosong, pajak-pajak dan bea masuk sangat kurang, sedangkan p[engeluaran negara semakin bertambah.
Untuk sementara waktu, Pemerintah mengambil kebijaksanaan mengakui beberapa
macam uang sebagai tanda pembayaran yang sah di wilayah RI yakni : uang De Javasche
Bank, uang pemerintah Hindia Belanda dan uang Jepang. Keadaan yang sulit ini
ditambah lagi dengan dilakukannya blokade laut oleh Belanda.
sambutan dari rakyat sehingga jumlah
uang terkumpul meliputi 500 juta rupiah. Jumlah sebanyak ini tentu menambah kas
pemerintah dan juga menunjukkan kepercayaan rakyat kepada Pemerintah dan
aparatnya. Dalam pada itu pihak serikat mengumumkan berlakunya uang NICA
sebagai pengganti uang
Jepang. NICA adalah Netherlands
Indies Civil Administration, yang merupakan
pendahulu dari pada pemerintah
kolonial Hindia Belanda yang ingin kembali ke Indonesia. PemerintAh menyarankan
kepada rakyat untuk tidak menggunakan uang NICA sebagai alat pembayaran.
Selanjutnya pemerintah pada bulan oktober 1946 mengeluarkan uang kertas RI yang
terkenal dengan nama ORI. Karena uang Jepang telah merosot harganya maka nilai
tukarnya disesuaikan, yaitu 1000 rupiah uang Jepang ditukar dengan 1 rupiah
uang ori. Dalam pada itu ekonomi Indonesia semakin payah. Pendapatan Pemerintah
tidak sebanding dengan pengeluaran. Hasil produksi pertanian dan perkebunan
sebagian besar tidak dapat dieksport. Pemerintah semata-mata
bergantung pada produksi petani.
Produksi pertanian merupakan dasar pokok dari pada kehidupan ekonomi Indonesia.
Bahkan pada waktu itu hasil
pertanian Indonesia mencapai
kelebihan sebanyak 400.000 ton beras. Itulah
sebabnya pemerintah memberikan
bantuan kepada India yang sedang dilanda oleh bahaya kelaparan sebanyak 500.000
ton. Tindakan pemerintah ini lebih didasarkan kepada segi kemanusiaan. Namun
secara politis tindakan tersebut mdenegaskan kehadiran Republik Indonesia di
dunia. Apalagi karena India paling aktif membantu perjuangan Indonesia di forum
internasional, terutama dalam rangka solidaritas bangsa-bangsa Asia. Usaha lain
dari Pemerintah adalah mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
antara lain dengan jalan mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri
antara lain dengan jalan mengadakan kontak dengan perusahaan swasta Amerika.
Tetapi karena kuatnya blokade Belanda maka sebagian dari kapal dagang swasta
yang dikirimkan itu ditangkap oleh Belanda. Sebagai jalan keluar maka
pemerintah mengalihkan kegiatan perdagangannya dari pulau Jawa ke pulau
Sumatra. Selama tahun 1946 pelabuhan di Sumatra yang dikuasai penuh oleh
Belanda baru pelabuhan Belawan saja. Dari Sumatra dieksport karet ke Singapura
dalam jumlah yang besar, yang hasilnya ikut membantu keuangan pemerintah. Juga
diusahakan kembali pabrik-pabrik gula yang menghasilkan bahan eksport
terpenting. Hasil eksport gula kemudian ditukar dengan kebutuhan seperti
pakaian dari luar negeri. Seluruh perkebunan bekas milik Belanda dan Jepang
diusahakan kembali oleh pemerintah untuk ikut memperbaiki ekonomi Indonesia.
Pada tahun 1948 pemerintah melancarkan rekonstruksi-rasionalisasi Angkatan
Perang. Tenaga bekas Angkatan Perang ini kemudian disalurkan ke bidang
pembangunan, antara lain untuk membuka tanah yang kosong di Sumatra Timur. Juga
direncanakan
untuk mengadakan transmigrasi ke
daerah luar Jawa. Dalam waktu 10 tahun sebanyak 20 juta penduduk Jawa harus
dipindahkan ke Sumatra dalam rangka transmigrasi. Tetapi rencana itu belum
sempat dilaksanakan selama Republik masih diancam oleh kolonialisme Belanda.
Sementara itu pemerintah juga menggiatkan kembali bidang perdagangan. Impor
hanya dibatasi pada barang-barang yang penting saja seperti bahan pakaian,
bahan baku untuk industri dan alat transport. Eksport meliputi hasil
perkebunan, hasil hutan dan tambang. Karena pengaturan ekonomi Indonesia
didasarkan kepada pasal 33 UUD 1945, maka semua perusahaan yang vital dikuasai
oleh negara. Pemerintah juga mengawasi seluruh kegiatan ekonomi termasuk
kegiatan swasta. Pengusaha swasta mengadakan kongres di Malang dengan membentuk
“Persatuan Tenaga Ekonomi” (PTE). Dihadapan kongres itu, Wakil Presiden Moh.
Hatta menganjurkan agar pengusaha swasta memperkuat persatuannya dan PTE terus
meningkatkan kegiatannya untuk membantu perkembangan ekonomi Indonesia.
Kegiatan PTE juga ikut terpukul akibat dari agresi Belanda. Dalam rangka memajukan
perdagangan nasional, pihak swasta juga mendirikan Bank perdagangan. Beberapa
perusahaan swasta lainnya juga bergerak dalam bidang perindustrian, perusahaan
tembakau dan perusahaan rokok. Walaupun telah diadakan usaha dalam berbagai
bidang, tetapi keadaan ekonomi Indonesia pada umumnya tetap payah. Pada waktu
pengakuan kedaulatan tanggal 27 desember 1949, kemerosotan ekonomi Indonesia
sudah sangat parah dan memerlukan kerja keras untuk memperbaikinya.
Kehidupan Sosial Budaya
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945 terjadi perubahan kehidupan sosial budaya dalam
masyarakat Indonesia. Susunan masyarakat kolonial Hindia Belanda, menempatkan
golongan Belanda sebagai warga negara kelas satu, kemudian diikuti oleh
golongan Timur, dll) dan terakhir barulah golongan pribumi Indonesia sebagai
warganegara kelas III. Pada zaman pendudukan Jepang, Jepang muncul sebagai
warga negara kelas I. Kaum pribumi Indonesia naik menjadi warga negara kelas
II, sedangkan golongan cina dan Indo Eropa merosot menjadi kelas III.
Kemerdekaan Indonesia telah mengangkat orang Indonesia menjadi warga negara
kelas I, tetapi Republik Indonesia tidak membedakan ras (warna kulit),
keturunan, keyakinan agama dan kesukuan. Seluruh rakyat mempunyai hak yang sama
dan kewajiban yang sama pula. Indonesia merdeka tidak
mengenal adanya warganegara kelas I,
kelas II maupun kelas III seperti zaman
Hindia Belanda maupun zaman
pendudukan Jepang. Para pemeluk agama
dan kepercayaan mendapatkan
kebebasan yang seluas-luasnya dalam negara
Republik Indonesia. Di dalam susunan
pemerintahan terdapat satu kementrian (departemen) agama. Perasaan toleransi
(saling harga menghargai) di antara penganut agama di Indonesia ditumbuhkan
dengan wajar. Pemerintah tidak menginginkan adanya pertentangan agama yang
dapat melemahkan persatuan nasional. Salah satu syarat mutlak untuk
mencerdaskan bangsa Indonesia adalah memajukan pendidikan. Semenjak proklamasi
segera dibentuk sebuah Departemen Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
(Departemen P.P. dan K). Yang ditunjuk menjadi menteri PP. Dan K pertama adalah
seorang tokoh pendidikan nasional yang terkenal Ki Hajar Dewantara. Tujuan
pendidikan dan pengajaran adalah untuk membimbing murid menjadi warga negara
yang mempunyai rasa tanggung jawab. Sekolah bertujuan memperkuat potensi
rakyat.
Itulah sebabnya sekolah dibuka untuk
setiap warga negara sesuai dengan azas Keadilan sosial. Supaya sekolah dapat
diikuti oleh semua warga negara, maka diadakan peraturan tentang kewajiban
belajar. Anak- anak yang telah berumur 10 tahun diwajibkan untuk memasuki
sekolah. Pendidikan terbatas atas 4 tingkatan yaitu : pendidikan rendah
(dasar), pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas dan pendidikan
tinggi. Di samping sekolah-sekolah umum, juga diadakan sekolah kejuruan yang
memerlukan keahlian khusus seperti bidang tehnik, pertanian dan ekonomi. Pada
pendidikan dasar kepada anak-anak diajarkan dasar-dasar pelajaran membaca,
menulis dan berhitung. Dengan cara ini mereka dapat mulai memahami persoalan di
sekitar mereka. Pendidikan lanjutan atas memberikan pendidikan khusus pada
kelas terakhir guna menyiapkan diri memasuki pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi juga merupakan wadah tempat mendidik pemimpin-pemimpin Indonesia di
kemudian hari. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami perkembangan
yang luar biasa pesatnya. Perkembangan itu didorong oleh semangat nasional yang
telah melampaui kedaerahan dan kesukuan. Adanya larangan penggunaan bahasa
Belanda pada zaman pendudukan Jepang memberi peluang bagi perkembangan pesat
bahasa Indonesia. Pada awal zaman kemerdekaan, bahasa Indonesia secararesmi
telah berfungsi sebagai bahasa nasional. Teks proklamasi ditulis dalam bahasa
Indonesia dan teks lagu kebangsaan Indonesia Raya juga tertulis dalam bahasa
Indonesia. Perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern berjalan sejajar
dengan perkembangan sastra Indonesia modern. Pada masa awal tampil
sastrawan-sastrawan baru seperti
Chairil Anwar dan Idrus yang kemudian
terkenal dengan nama Angkatan 45.
Orientasi sastrawan-sastrawan ini tidak lagi terbatas kepada sastra India dan
sastra Belanda, melainkan sudah meluas ke seluruh dunia. Di samping sastra,
seni drama dan film juga
berkembang. Pelopor dari
perkembangan perfilman nasional adalah Usmar
Ismail dan Djamaludin Malik. Juga
seni musik modern mengalami perkembangan dengan dipelopori tokoh Ismail Marzuki
dan Cornel Simanjuntak. Begitu juga tokoh Saiful Bahri, Iskandar dan Suwandi
tidak boleh dilupakan dalam perkembangan seni musik Indonesia. Juga nampak
perkembangan di bidang seni rupa. Pada permulaan kemerdekaan muncullah
pelukis-pelukis kenamaan yang merupakan pelopor seni lukis Indonesia modern
dewasa ini seperti Affandi, Sudjoyono, trisno Sumardjo, Rusli, Baharudin dan
lain-lain.
C. PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
INDONESIA
Usaha Belanda untuk menghancurkan RI
Untuk mendapatkan bantuan dari
rakyat di daerah-daerah yang diduduki musuh Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat, Sumner Welles menyatakan bahwa apabila Sekutu menang dalam perang,
maka semua bangsa yang terjajah akan merdeka. Pernyataan ini ternyata tidak
sama dengan pernyataan Ratu Wilhelmina pada tanggal 6 Desember 1942 yang hanya
berupa janji bahwa sehabis perang Kerajaan Belanda akan ditata kembali atas
dasar kemauan bebas untuk menjadi peserta dalam kerajaan susunan baru yang
terdiri atas Nederland, Indonesia, Suriname, dan Curacao.
Sesuai dengan politik tersebut, maka
setelah Jepang menyerah, Belanda
berkeinginan kembali ke tanah
jajahannya. Belanda mengira bahwa dengan mudah akan dapat kembali ke Indonesia
dengan jalan membonceng Sekutu. Perkiraan Belanda ini pun ternyata meleset
karena ternyata tidak mungkin dengan mudah dapat menjajah Indonesia kembali.
Adapun sebab-sebabnya sebagai berikut:
a. Mac-Arthur sebagai Panglima
Komando Sekutu untuk Asia Tenggara memerintahkan bahwa pasukan-pasukan Sekutu
baru boleh mendarat sesudah penyerahan dengan resmi oleh Jepang. Penyerahan
tersebut baru terjadi pada tanggal 2 September 1945.
b. Tepat pada tanggal 15 Agustus
1945 Komando Sekutu untuk Asia Tenggara pindah dari pasukan Amerika ke tangan
pasukan Inggris yang lemah di bawah pimpinan Marsekal Mountbatten. Rencana
pendaratan adalah Malaya, Saigon, Indonesia. Kepada Terauchi diperintahkan
bahwa pasukan-pasukan Jepang tetap bertanggung jawab sampai kekuasaannya dioper
oleh pasukan Sekutu.
c. Marsekal Mountbatten menetapkan
pendaratan di Kalimantan, Indonesia Timur, dan Nusa Tenggara kecuali Bali dan
Lombok ditugaskan kepada Australia dan sisanya kepada tentara Inggris.
Ternyata baru pada akhir bulan
September, pasukan-pasukan Australia dapat menyelesaikan pendaratannya di Nusa
Tenggara, Kalimantan, dan Indonesia Timur, sedangkan pasukan Inggris baru pada
tanggal 29
September 1945 dapat mulai
pendaratannya di Jakarta. Di antara tanggal 17
ndonesia dinyatakan bertanggung
jawab atas keamanan di daerah-daerah yang dikuasainya.
Menurut persetujuan “Civil Affairs Agreement” antara pemerintah Inggris dan
Belanda pada tanggal 14 Agustus 1945 yang boleh mendarat hanya tentara Inggris,
tetapi kepada tentara itu dapat diperbantukan pegawai-pegawai sipil Belanda
sebagai pegawai “Netherlands Indies Civil Affairs” (MCA). Dengan kedok NICA
inilah Belanda berhasil memasukkan orang-orangnya, tidak hanya pegawai sipil
bahkan juga militernya. Selain itu, juga dapat menyelundupkan orang-orangnya,
baik sipil maupun militer dalam rombongan-rombongan tenaga Inggris yang
ditugaskan mengurus para tahanan perang dan inteniran,
Mulai bulan Maret 1946, Panglima
tentara Inggris mengirimkan orang Belanda untuk menggantikan pasukan-pasukan Inggris
yang sebagian besar terdiri atas pasukan-pasukan India (Gurka) sehingga akhir
November 1946 pasukan- pasukan Inggris dapat meninggalkan Pulau Jawa.
Dua kali Belanda telah menggunakan
tentaranya untuk menghancurkan
republik Indonesia dengan serangan-serangan
yang disebut Agresi Belanda
I pada tanggal 20 Juli 1947 dan
Agresi Belanda II pada 18 Desember 1948. Kedua-duanya dilakukan secara
mendadak.
Di samping serangan-serangan
militer, Belanda juga menjalankan politik memecah belah dengan mendirikan negara-negara
Boneka. Begitu Belanda berkuasa pada tanggal 15 Juli 1946 atas daerah Indonesia
Timur setelah tentara Australia menyerahkan kekuasaannya, Letnan Jenderal Van
Mook segera membuka Konferensi Malino para wakil-wakil daerah tersebut.
Konperensi tersebut mengambil
keputusan:
a. negara Indonesia nanti harus
berbentuk federal;
b. sebelum negara federal terbentuk
harus melalui masa peralihan, pada masa peralihan tersebut kedaulatan tetap di
tangan Belanda; dan
c. meskipun negara Federal itu
merdeka tetapi tetap berhubungan dengan
Belanda.
Tanggal 1 Oktober 1946, Van Mack pun mengadakan Konferensi
Pangkalpinang antara golongan peranakan Cina, Peranakan Arab dan golongan
Belanda. Konferensi Pangkalpinang menyatakan setuju dengan keputusan Konferensi
Malino. Pada tanggal 7 Desember 1946 di Denpasar Bali Van Mook diadakan
Konferensi pembentukan Negara Indonesia Timur. Hadir dalam konferensi tersebut
wakil-wakil dari daerah-daerah wilayah Indonesia Timur dan wakil dari
golongan-golongan kecil. Demikianlah Van Mook secara berangsur-angsur
mendirikan negara-negara Boneka antara lain Madura, Negara Pasundan, Negara
Sumatera Selatan, Negara Jawa Timur. Di samping itu, berturut-turut dibentuk
daerah otonom : Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar,
Kalimantan Tenggara, Bangka, Belitung, Riau, dan Jawa Tengah.
Perjuangan Diplomasi untuk
Mempertahankan Kemerdekaan RI
Kabinet pertama Republik Indonesia
bersifat Kabinet Presidentil dipimpin oleh Presiden Soekarno sendiri sebagai
Perdana Menteri dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Pada tanggal 14
November 1945, Presiden membubarkan Kabinet Pertama dan membentuk kabinet baru
yang bersifat parlementer dengan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri
merangkap Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri. Perundingan pertama
penyelesaian perselisihan Indonesia-Belanda dilakukan antara Van Mook dengan
Sutan Syahrir dengan pimpinan Letnan Jenderal Christison yang
terjadi pada tanggal 17 November
1945. Perundingan ini gagal. Pada tanggal 2
Februari 1946, tiba di Jakarta duta
besar Inggris untuk Amerika Serikat Sir Archibald Clark Kerr yang ditugaskan ke
Indonesia untuk membantu penyelesaian perselisihan Indonesia-Belanda sebelum
memangku jabatannya sebagai duta besar di Amerika.
Sementara itu, Pemerintah Belanda
mengumumkan sebuah pernyataan pada tanggal 10 Februari 1946 yang intinya
sebagai berikut :
a.atas dasar pidato radio Ratu
Wilhelmina tanggal 6 Desember 1946
b. dijanjikan kepada rakyat
Indonesia, setelah melalui masa persiapan tertentu, dengan bebas dapat
menentukan nasibnya sendiri sesuai dengan Pasal 73 Piagam PBB; dan
c. untuk kebahagiaan rakyat
Indonesia sendiri sebaiknya dengan suka rela dilanjutkan perhubungan erat dalam
lingkungan “Kerajaan Belanda bentuk baru” yang pesertanya terdiri dari Nederland,
Indonesia, Suriname, dan Curacao.
Atas pernyataan Pemerintah Belanda,
Pemerintah RI pada tanggal 13 Maret
1946 memberikan balasan:
a. menuntut pengakuan kedaulatan RI
di atas seluruh wilayah bekas Hindia Belanda;
b. menjamin hak dari
golongan-golongan kecil dan politik pintu terbuka untuk modal asing;
c. sanggup mengambil alih semua
hutang dari Hindia-Belanda yang terjadi sebelum Maret 1942; dan
d. bersedia menjadi peserta dalam
Federasi Nederland-Indonesia,
dengan hubungan luar negeri dan
pertahanan diurus bersama Pada tanggal 6 Maret 1946, Van Mook menyampaikan usul
kepada Syahrir yang berisi : pengakuan Republik Jawa sebagai negara bagian
Republik Federal Indonesia Serikat yang menjadi peserta dalam Kerajaan Belanda
bentuk baru.
Atas usul Van Mook itu, pada tanggal
27 Maret 1946 Sutan Syahrir memberikan jawaban yang disertai naskah persetujuan
bentuk traktat yang antara lain disebutkan:
a. supaya Belanda mengakui RI de
facto berdaulat atas Jawa dan
Sumatera;
b. supaya Belanda dan RI bekerja
sama membentuk Republik Indonesia Serikat;
c. Republik Indonesia Serikat
bersama dengan Nederland, Suriname, dan
Curacao menjadi peserta dalam suatu
ikatan. kenegaraan.
Oleh karena ternyata bahwa pendirian
kedua belah pihak telah saling mendekati maka pemerintah RI awal bulan April
1946 mengutus delegasi ke Negeri Belanda yang terdiri atas Dr. Soedarsono, Mr.
A.K. Prinagodigdo, Mr. Soewandi. Delegasi ini dengan bantuan Sir Archibald Kerr
mengadakan perundingan di Hoge Veluwe yang ternyata gagal juga. Pemerintah
Belanda hanya bersedia rnengakui RI berdaulat atas Jawa dan Madura. Pada awal
November 1946 kedua pihak memutuskan untuk melanjutkan perundingan di daerah
yang dikuasai oleh RI agar dapat dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Hatta. Perundingan kemudian diadakan di Linggarjati. Dengan campur
tangan aktif Presiden Soekarno, pada tanggal 12 November 1946 telah tercapai
persetujuan yang akan diparaf di Jakarta. Pada tanggal 15 November
1946 ketua dari kedua delegasi yaitu
Sutan Syahrir dan Prof. Chermerhorn mendapat Naskah Perjanjian Linggarjati. Isi
pokok naskah perjanjian tersebut sebagai berikut.
a. Pemerintah Belanda mengakui
kekuasaan de facto Republik
Indonesia atas Jawa, Madura, dan
Sumatra.
b. Pemerintah Indonesia dan Belanda
akan mendirikan Negara Indonesia
Serikat pada tanggal 1 Januari 1949.
c. Negara Indonesia Serikat
dihubungkan (dengan Belanda dalam suatu Uni
Indonesia-Belanda (Uni = gabungan
negara-negara). Kepala Uni adalah
Raja Belanda. Persetujuan
Linggarjati ditandatangani pada tanggal 15 Maret 1947.
Sebelum naskah persetujuan
ditandatangani, timbul pertentangan hebat, baik di dalam Parlemen Nederland
maupun dalam Komite Nasional Indonesia Pusat. Oposisi dalam Parlemen Belanda
terutama menentang kemungkinan Uni menjadi Superstate sehingga Nederland tidak
lagi berdaulat penuh. Oposisi dapat diatasi setelah dinyatakan bahwa Uni yang
akan dibentuk adalah Uni personil. Naskah tersebut baru disetujui oleh Parlemen
Belanda pada tanggal 20 Desember 1946. Di dalam KNIP, anggota-anggota terutama
menentang penetapan Raja Belanda sebagai Kepala Uni. Akhirnya KNIP menyetujui
pada tanggal 25 Februarii 1947.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Amrin
Imran (ed), Peranan Tentara Pelajar dalam
Perang Kemerdekaan, Jakarta: Pusat Sejarah dan Tradisi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, 1985.
Nasution. A. H, Pokok-Pokok Perang Gerilya dan Pertahanan
RI di Masa Lalu dan Masa Yang Akan Datang, Jakarta: Bagian Penerbitan Buku
Ketentaraan, 1953.
Internet
:
http://markas-darurat-tp-di-kompleks-GKJ-kebumen-generasi-muda-tentara-
pelajar.html,
diakses pada 17 Juni 2013 pukul 08.56.
Post a Comment for "KEDATANGAN SEKUTU DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN"