TRANSPORTASI UDARA
1.
Kelebihan dan Kelemahan Transportasi Udara
Kelebihan transportasi
udara dibandingkan dengan transportasi lainnya antara lain :
1)
Kapal terbang/
pesawat hampir tidak mengenal barrier atau hambatan rintangan, sehingga pesawat
terbang lebih bebas untuk mengatasi kesukaran topografis yang merupakan penghambat
alat transportasi darat. Bisa bergerak di udara yang sifatnya relatif uniform
dan dapat bergerak dalam tiga dimensi. Bisa terdapat di negara maritim atau
negara kontinen. Bila transportasi air hanya bisa mengarungi perairan, dan
tranportasi darat hanya bisa menjalani daratan, maka transportasi udara bisa
terbang diatas perairan maupun diatas daratan.
2)
Lebih menghemat
waktu dan jarak ; karena lebih cepat dan menempuh jarak yang relatif jauh.
Sehingga hampir semua tempat di dunia seolah-olah diperdekat dengan pesawat
terbang.
3)
Penerbangan
tidak membutuhkan jalan, seperti jalan kereta api atau mobil ; sehingga daerah
terpencil bisa dicapai dengan pesawat terbang, dan sumber daya yang baru bisa
di eksploitir dengan melalui hubungan udara. Sehingga tiklah mengherankan bila
pesawat terbang menyaingi alat transportasi lainnya untuk angkutan surat,
penumpang dan berbagi muatan yang relatif ringan dan kecil ; yang diangkut
dengan cepat dalam jarak jauh. Pesawat udara transoseanik menyaingi
kapal laut (ocean liner). Transeontinental
maupun local air liner menyaingi
kereta api, truk, bus, dan jenis kendaraan bermontor lainnya. Sangat penting transoceanic
airlines , yaitu bisa mengikuti yang hampir samadengan Oceanship ,
malah dapat menggunakan arah yang lebih efektif daripada kapal samudera.
Kelemahan Pesawat Terbang antara lain :
1)
Untuk bisa
terbang mebutuhkan bahan bakar yang banyak dan baik. Sehingga memperkecil daya
angkut bila dibandingkan dengan transportasi laut dan darat. Makin jauh
penerbangan makin banyak bahan bakar yang harus dimuat, dan makin sedikit daya
angkut muatannya berarti makin mahal ongkos angkutnya.
2)
Pesawat terbang
memerlukan landasan ( air port ) yang khusus, tetapi berkembangnya helikopter,
persoalan landasan sudah agak bisa diatasi; meskipun daya angkut helikopter
kecil sekali.
3)
Ongkos
transportasi udara per-ton-mil, sangat mahal. Tetapi mahalnya ongkos sesuai
dengan service yang cepat dan baik.
Studi geografi dari pada lapangan
terbangdiantaranya menyangkut :
1)
Fasilitas
terminal sebagai aspek land use kota;
2)
Arah landasan
dan hubungan dengan keadaan topografi setempat atau dengan arah angin tetap.
3)
Pola hubungan
suatu kota dengan daerah lainnya.
4)
Potensi wilayah dimana
lapangan terbang itu di tempatkan.
5)
Fungsi daripada
kota dimana lapangan terbang itu berada.
2.
Unsur Geografis Fisis yang Mempengaruhi Transpotasi
Udara antara lain:
·
Keadaan Atmosfir
(cuaca dan iklim) dan
·
Topografi muka
bumi
a.
Unsur Cuaca
Karena medium tempat terbang pesawat
adalah atmosfir, maka problem penerbangan yang utam adalah cuaca dan iklim. Keadaan
cuaca jauh lebih banyak harus mendapat perhatian untuk penerbangan. Umumnya
lapisan atmosfir yang terendah saja yang penting untuk kehidupan manusia,
tetapi untuk kepentingan penerbangan modern, sampai ketinggian 30.000 kaki dpl.
Keadaan cuaca dipermukaan bumi pun penting bagi penerbangan, karena pesawat
harus mendarat ke lapangan terbang, sedangkan lapisan atmosfir yang lebih
tinggi penting untuk berlangsungnya penerbangan.
Pada permulaan abad penerbangan hanya
sedikit pengetahuan manusia tentang keadaan atmosfir diatas 10.000 kaki, tetapi
berkat kelmajuan teknologi penerbangan dan meteorologi, telah diadakan
penyelidikan lapisan atmosfir yang lebih tinggi lagi, yang banyak menolong kita
untuk mengerti tentang mekanisme cuaca di lapisan bawah. Karena banyak gangguan
yang terjadi di lapisan atmosfir bawah asalnya di lapisan atmosfir yang lebih
tinggi.
Keadaan cuaca bukan saja membahayakan
tetapi juga menguntungkan, misalnya angin dapat mempercepat atau memperlambat penerbangan.
Dengan kemajuan teknologi, kecelakaan yang diakibatkan oleh keadaan cuaca ada
kecenderungan berkurang persentasenya.
Unsur cuaca yang besar pengaruhnya terhadap
penerbangan :
a.
Angin : angin
akan mempengaruhi kecepatan pesawat. Arah landasan lapangan terbang harus
disesuaikan dengan arah angin tetap. Karena pesawat terbang bila akan Take Off (lepas landas) atau Landing (mendarat) biasanya harus melawan
arus angin. Meskipun hal ini bagi pesawat yang lebih modern lagi kurang
pengaruhnya, tetapi perlu pula diperhatikan. Kecepatan dan arah angin harus
diperhatikan dalam penerbangan. Kecepatan angin itu bukan hanya diakibatkan
oleh perbedaan tekanan udara, tetapi juga akibat rotasi bumi. Selain arah jalur
landasan harus memperhatikan arah pergerakan angin, juga angin harus
diperhatikan waktu pesawat sedang terbang. Pesawat terbang di dalam atmosfir,
kecepatan terbangnya harus diperhitungkan keadaan atmosfir sekelilingnya ,
untuk memperhatikan waktu penerbangan antara suatu tempat ke tempat tujuannya.
Bila pesawat terbang pada lapisan atmosfir melawan arah angin yang kecepatannya
= 20 mil/jam; dan pesawat itu berkecepatan terbang ( air speed) = 200 mil/jam;
maka kecepatan sebenarnya (ground speed) adalah 180 mil/jam.
Bila kita mengetahui sirkulasi angin,
kita akan dapat pula mengetahui rute-rute yang manakah yang bakal mendapat
angin buritan (tailwinds), dan rute yang manakah yang akan mendapat angin
sakal (headwinds) dan bagaimana frekwensinya. Telah diketahui bahwa penerbangan
ke arah Timur menyebrangi lautan Atlantik, lebih sering mendapat angin buritan,
karena mendapat pengaruh angin baratdi daerah lintang pertengahan. Dengan
berkembangnya penerbangan modernyang menggunakan pesawat Jet, maka pengetahuan
tentang atmosfer yang lebih tinggi sangat vital, karena itu telah banyak
research diadakan untuk keperluan arah penerbangan tersebut, lebih-lebih bila
penerbangan itu menyebrangi lautan yang luas, akan menguntungkan sekali bila
mengetahui angin lapisan atas. Waktu yang cepat dalam penerbanganerat
hubungannya dengan ramalan angin yang baik,atau bila diketahui rutemana yang
mendapat angin sakalyang paling sedikit (least headwinds)untuk mengetahuinya
digunakan metode yang disebut pressure
patern navigation, yang sekarang digunakan dalam penerbangan translantik. Penerbangan yang cepat akan
dipengaruhi oleh tekanan udara dan keadaan angin, yang mana hal itu akan
berbeda pada setiap rute.
Dengan
kemajuan penerbangan yang menggunakan pesawat modern, maka ketinggian terbang
pun makin tinggi pula. Pada lapisan udara yang lebih tinggi, misalnya pada
ketinggian 28.000 ft. Sampai 40.000 ft.dengan tekanan udara 200-300 milibar di
daerah lintang pertengahan ( daerah iklim sedang) di belahan bumi utara,
terdapat arus udara yang cepat, yang bergerak dari barat-timur di atas
Atlantik. Arus itu disebut arus jet atau jet stream. Jet stream itulah yang
membedakan pola sirkulasi angin di lapisan udara bagian bawah dan atas.
b. Temperatur
Distribusi
temperatur diatas atmosfir, besar pengaruhnya terhadap keadaan cuaca dunia, dan
besar sekali pengaruhnya terhadap pembentukan kabut dan proses pembekuan (icing
condition).
c.
Kepadatan Udara
Besar
pengaruhnya terhadap daya turun naiknya pesawat. Umumnya makin rendah kepadatan
udara, makin kecil daya apung pesawat pada sesuatu kecepatan udara
tertentu.jadi pesawat harus lebih cepat supaya bisa take off. Dengan kata lain
bila tekanan udara rendah, maka kecepatan pada waktu landing dan take off akan
lebih besar. Kepadatan udara akan berubah dengan berubahnya temperatur, tekanan
dan kelembabannya. Didaerah gurun panas, keadaan udara lebih rendah daripada
didaerah iklim sedang. Bagi daerah tropis, umumnya kepadatan udara juga merupakan
unsur yang harus mendapatkan perhatian. Karena itu pesawat terbang yang dibuat
di Inggris yang dikirim Sudan atau Libia harus disesuaikan dengan kondisi
tropis yang udarana panas lembab dan kepadatannya rendah.
Tekanan
udara makin kecil, semakin tinggi suatu tempat, dan juga kepadatannya makin
rendah (kecil). Pengurangan kepadatan itu kira-kira 10% setiap kenaikan 3000
ft. Sehingga pada ketinggian 20.000 ft, kepadatan udara kira-kira setengahnya
daripada kepadatan udara dipermukaan laut. Kenyataan ini tidak hanya
berpengaruh terhadap penerbangan tinggi, seperti diatas gunung yang tinggi juga
berpengaruh terhadap lapangan terbang di daerah paling tinggi.
d.
Visibility (Jarak Pandangan)
Selama
air yang terkandung dalam atmosfir masih berbentuk uapmaka air itu tidak
tampak, sehingga tidak ada pengaruhnya bagi pengelihatan. Tetapi akan terjadi
masalah, bila terjadi pengembunan dan curah hujan, yang melahirkan awan,
sehingga visibilitynya terganggu. Jika temperatur terlalu rendah, memungkinkan
pembentukkan es dan kabut. Keadaan yang menyukarkan itu sering timbul pada
daerah front atau ditempat-tempatyang keadaan udaranya tidak stabil, karena
konveksi, dan akibat pengaruh lereng yang memaksa udara naik.
Jarak
pandang semakin berkurang di dalam awan, yang bisa terjadi pada lapisan
atmosfir Troposfir sampai Tropopause, yang erat hubungannya dengan pergerakkan
turbulensi dan konveksi. Kabut yang terjadi disekitar lapangan terbang
merupakan gangguan yang membingungkan, disamping curah hujan, salju, atau hujan
es yang juga mengganggu visibility.
Visibility
juga terganggu oleh adanya asap atau debu, yang sering terjadi diatas kota-kota
Industri. Karena itu gangguan visibility itu harus sudah bisa diramalkan ketika
lapangan terbang akan dibangun. Gangguan asap dan debu itu juga bisa terjadi di
daerah pembakaran hutan dan semak seperti pernah terjadi di perairan
Canada.juga di daerah gurun sering terjadi debu dan pasir halus yang tertiup
angin, yang membumbung tinggi hingga 10.000 ft, yang mengurangi jarak pandang
sampai 1 mil.
e.
Pembentukan Es
pada
bagian luar dari pada pesawat terbang, karena kondisi tertentu, bisa
menimbulkan masalah. Bila es terbentuk, maka daya apung dari pada sayap
terganggu, dan mengurangi daya kerja mesin. Kapal terbang dilengkapi dengan
alat pencegah terjadinya pengerasan (icing), dengan memasang alat pemanaspada
bagian karburator. Tetapi masalah icing masih ada.
Terjadinya
pengesan di atmosfir, karena massa udara yang basah yang berasal dari atas
samudera, mengandung banyak uap air lebih –lebih yang berasal dari atas
samudera tropis. Sedangkan massa udara yang berasal dari atas kontinen lintang
tinggi relatif kering. Makin tinggi suhu udara pada lapisan udara yang rendah
(di muka bumi), makin banyak mengandung uap air, dari pada lapisan udara yang
lebih tinggi, (misalnya di lapisan tropopause) yang temperaturnya hanya sekitar
-60°F dan hanya berisi uap air 0,02 gram/m3. Pengerasan terjadi, bila udara
terdingin akan sampai dibawah titik beku, tetapi masih bertahan dalam bentuk
cair sehingga terjadi apa yang disebut supercooling. Bahaya bisa terjadi bila
pesawat melalui awan atau hujan yang sedang membeku yang butiran-butirannya
dingin sekali antara 32 sampai 10ºF. Dalam keadaan yang demikian pesawat bisa
terbang pada lapisan udara yang lebih tinggi lagi, yang berarti temperature
lebih rendah dan titik rendah dimana temperature masih diatas titik beku.
Tetapi hal itu hanya bisa dilakukan, bila lapisan udara telah diketahui. Perlu
pula diketahui pada kecepatan pesawat terbang yang melebihi 500mil/jam, pesawat
akan imun terhadap pergesekan dengan cepatnya itu menyebabkan gesekan pesawat
dengan udara menghasilkan panas.
Research
telah dilakukan untuk meramalkan cuaca sehubungan dengan pergesekan itu, tetapi
menemui banyak tiga hal, yaitu :
1. Kandungan
air pada awan;
2. Ukuran
butiran air yang mengalami pendinginan itu;
3. Temperature.
Mengenal
hal-hal tersebut para forecaster hanya mengetahu secara umum. Umumnya
pergesekan terjadi pada temperature disekitar titik beku, dan lebih kuat pada
tipe awan konveksi. Pengesan terus - menerus terjadi bila udara mengandung air
paling sedikit 0,305 gr/m3, dengan ukuran butiran = 13,7 micron, temperature
-64,4ºC.
Karena
pesawat harus menggunakan lapangan terbang, maka masalah kedua setelah setelah
faktor cuaca ialah menyangkut topografi muka bumi. Bentuk muka bumi yang
mempengaruhi pesawat itu dalam dua hal, yaitu disekitar lapangan terbang itu
sendiri, dan pada waktu terbang.
Karena
kebanyakan lapangan terbang melayani daerah yang padat penduduknya, daerah yang
demikian kebanyakan dataran rendah, maka problem yang timbul terutama sekitar
topografi lokal.
Pengaruh
relief muka bumi terhadap actual transit, pada waktu berlangsungnya penerbangan
kurang penting, tetapi gunung yang tinggi seperti Himalaya, masih tetap
merupakan hal yang ditakuti. Bukan karena tingginya saja, tetapi juga karena
keadaan cuacanya, akibat daripada ketinggian tersebut. Arah pegunungan
mempengaruhi arah route, misalnya :
a) Pegunungan
Himalaya, Pamir, dan Nan Shan Range di Asia yang memanjang Timur-Barat, disamping
mengurangi Route Utara-Selatan.
b) Hal
yang hampir sama ialah pengaruh pegunungan Kordilera Barat dikontinen Amerika
yang arahnya Utara-Selatan. Hanya ketinggiannya tidak setinngi Himalaya
sehingga disini tidak ada unsur yang penting. Tetapi karena arahnya
Utara-Selatan itu melewati garis pergerakan massa udara yang kuat, maka
pengaruhnya terhadap keadaan cuaca lebih besar daripada ketinggiannya.
Pengaruh
pegunungan yang tinggi bukan karena tingginya saja, tetapi karena relief yang
tinggi itu menyukarkan untuk didiami penduduk, sehingga kurang settlement
disamping keadaan cuaca. Dengan tingginya tempat, kurangnya tekanan udara,
sehingga buila pesawat untuk take of dan landing (fall off), akan ada perbedaan
dengan didaerah dataran rendah, yang berarti kurangnya daya muatan dari pada
yang semestinya, seperti didaerah plateau Afrika Timur, dimana lapangan udara
berada pada ketinggian 2000ft diatas muka laut.
Daerah
pegunungan juga ada tendensi dapat mengganggu gelombang radio dan sinar radar,
yang disebabkan karena adanya rintangan relief yang curam atau karena harus
memantulnya sinar karena bentuk relief itu bisa menyebabkan kurang baiknya
penerimaan gelombang tersebut oleh alat-alat, sehingga alatnya harus
disesuaikan. Lapangan terbang yang ditempatkan dekat pegunungan juga banyak
mendapat gangguan gelombang radio, demikian dikemukakan oleh Keneth R.Sealy,
dengan mengambil contoh yang ia alami pada waktu perang dunia kedua disekitar
Vancouver.
Sebagai
gambaran pengaruh relief terhadap penerbangan dapat diberikan contoh route dari
Busnos Aires ke Santiago melalui pegunungan Andes. Ada tiga route yang bisa
ditempuh, satu yang langsung, dan yang lainnya melalui route Utara dan Selatan
dari route kesatu itu.
a) Route
yang langsung menempuh jarak : 606 nautical miles (1 nautical mil = 1855m);
pesawat harus terbang diatas pegunungan Andes pada ketinggian 22.500 ft-24.500
ft, diatas muka laut. Karena santiago terletak pada ketinggian 1.700 ft yang
dekat kepada pegunungan pesawat datang dari atas kota itu dengan ketinggian
sampai 20.000 ft. Sehingga untuk mendarat kelapangan terbang harus
perlahan-lahan, yang memakan waktu kira-kira 1 jam. Karena bila turun dengan
cepat bisa menyebabkan kurang menyenangkan bagi para penumpang, akibat tekanan
udara yang berbeda.
b) Route
Selatan harus menempuh jarak 716 nautical miles, tetapi melalui bagian
pegunungan Andes yang lebih rendah daripada route kesatu (kira-kira 120 mil
sebelah Selatan Santiago). Route ini cuacanya bai, tinggi terbang kira-kira
14.000 ft (diatas muka laut). Tetapi kecepatan angin pada ketinggian 26.000 ft
sampai 100 knot, karena itu harus menempuh ketinggian minimum 18.000, supaya
menghindari angin jatuh dilereng Timur dan angin naik dilereng Barat dari
pegunungan tersebut.
c) Route
Utara lebih jauh lagi sampai 799 mil, tetapi cuaca lebih baik dari kedua route
tersebut diatas. Ketinggian Andes pada route ini, dimana pesawat harus
menyebranginya kira-kira antara 21.000 ft dan 24.000 ft.
Bila
keadaan cuaca baik, route selatan lebih disukai, dan yang biasa digunakan,
tetapi bila keadaan cuaca kurang baik maka jalan utara biasanya lebih aman.
Disini jelas bahwa relasi antara ketinggian pegunungan dan cuaca merupakan hal
yang penting dan harus diperhatikan oleh pilot.
Gurun
berpengaruh terhadap penerbangan. Dengan banyaknya debu di udara akibat gerakan
konveksi udra yang tidak stabil bisa membentuk hazo ( semacam sesuatu yang
menghamburkan pandangan, sehingga jarak pandangan dekat sekali). Keadaan
tersebut bisa sampai ketinggian 10.000 ft. Jadi tidak mengherankan jika rute
diatas gurun sedikit sekali, kecuali di Sahara barat. Rute kapal terbang yang
disebut flying boat (pesawat terbang yang mendarat diatas air), dari Kairo ke
Afrika Selatan mengikuti garis sunga Nil dan danau di Afrika Timur dan Tengah,
rupanya alasannya karena menghindari debu dari bentuk haze tersebut, disamping
yang landingnya harus di atas air.
Hutan
(Tropis dan Taiga) hanya sedikit pengaruhnya terhadap penerbangan. Dengan adanya
danau dan sungai besar di hutan memperkecil biaya, terutama di daerah Glacial
di Kanada ataupun Rusia. Danau-danau di daerah ini merupakan penolong tetapi
penerbangan melalui hutan lebat seperti di daerah Amazone, masih di hindari
alasannya sama dengan menghindari daerah gurun. Sehingga tidak ada rute yang
melalui hutan lebat. Tetapi jika penerbangan tinggi, hutan itu tidak ada
pengaruhnya.
3. Rute- Rute Penerbangan Dunia
Rute-rute
penerbangan dunia bisa dikelompokkan atas penerbangan nasional dan internasional.
Penerbangan nasional ada yang sifatnya lokal yaitu penerbangan dalam suatu
daerah, ada pula yang sifatnya antar daerahdi dalam suatu negara. Sedangkan
dilihat dari segi frekuensi dan keteraturan penerbangannya ada penerbangan
regular (yaitu yag telah teratur waktu dan arah penerbangannya), dan ada
penerbangan perintis (yang sifatnya masih dalam permulaan, dan mungkin beberapa
belum teratur), ada pula penerbangan yang diadakan menurut kebutuhan
sewaktu-waktu. Dan penerbangan internasional bisa juga dikelompokkan kepada
penerbangan transoceanic dan transcontinental. Penerbangan transoceanic yaitu
penerbangan antar benua yang menempuh jarak jauh menempuh samudera, seperti: transatlantic airlines dan transpasific
airlines. Penerbangan transcontinental merupakan penerbangan antar negara
yang menempuh jarak sebagian besar benua. Sebenranya transcontinental airlines
itu juga bisa merupakan pnerbangan domestic bagi negara-negara yang luas, yang
meliputi benua, seperti di Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Soviet.
3.1
Penerbangan Transatlantik
a. Penerbangan
transatlantik yang teramai (di dunia), ialah antara benua Amerika Utara Bagian
Timur (terutama New York) dengan Eropa via Gander (New Foundland) dan Shannon
(Irlandia). Kedua lapangan terbang tersebut menggambarkan betapa pentingnya put
ports dan island ports untuk keperluan pengisian bahan bakar dan untuk tempat
servis pesawat. Karena itu Gander dan Shannon banyak disinggahi kapal
transatlantik. Di dalam prakteknya ada rute yang langsung dari New York ke
Shannon atau London tanpa mendarati Gander, dan ada yang dari Gander langsung
ke Glassow (Skotlandia) atau dari Gander ke Roykjavik terus ke negara-negara
Skandinovia.
b. Rute
New York – Eropa Selatan via Azoros ke Lisbon, Madrid , Barcelona, Palma. Selain
itu juga ada rute yang lebih panjang yaitu dari New York – Burmuda – Azoros
terus ke Lisabon. Burmuda dan Azoros juga merupakan tempat pemberhentian yang
fungsinya sama seperti Gander dan Shannon.
c. Rute
transatlatin lainnya, menghubungkan Amerika Selatan dengan Eropa dan Afrika
seperti :
1) Rute
Caracas Azores Lisbon
2) Rute
George Town – P.Cape Vorde – Madrid.
3) Rute
Buenos Aires, Porto Alegro, Reognero, Salvador – via Dakkar ke Lisabon
4) Rute
Natal (Amerika Selatan) via Cape Verde ke Madrid.
3.2 Penerbangan Transpasifik, antara Amerika
Utara bagian barat dengan Asia dan Australia, yang terdiri dari dua rute utama
yaitu :
a.
Antara San Fransisko atau Los
Angeles via Honolulu (Hawai). Honolulu merupakan Island Port yang kedudukannya
hampir sama dengan Gander dan Shannon di Atlantik. Dari Honolulu diteruskan
dengan tiga jalur penerbangan yaitu (1) Honolulu – Tokyo – Okinawa – Hongkong.
(2) Honolulu – P. Wako – P. Guam – Manila – Hongkong – Bangkok – Singapura –
Jakarta. (3) Honolulu – Kanton – P. Fiji – New Zealand atau Brisbane
(Australia).
b.
Rute dari Amerika Barat ke Asia via
alaska – Aluvian Island – Tokyo. Penerbangan tersebut jarang menjauhi dataran,
tetapi kadang-kadang mengalami cuaca buruk.
Honolulu
yang merupakan pelabuhan antara tempat mengisi bahan bakar dan servis di
Samudera Pasifik iyalah Pulau Wako dan Pulau Guam.
3.3. Penerbangan Transcontinental
Amerika Utara
Amerika
utara mempunyai beberapa jalur transcontinental air lines, baik di Kanada, USA
maupun di Mexico. Amerika serikat merupakan kontinen yang paking banyak lalu
lintas udaranya. Ada dua arah utama penerbangan transcontinental disana, yaitu
arah timur, barat dan utara-selatan.
Routo
timur-barat menghubungkan kota-kota dipantai timur hingga kota-kota dipantai
barat, seperti :
a)
New York-datroit-Minneapolis-Seatle.
b)
Jacksenville-Dallas-Los Angeles atau San Franscisco
Routo
Utara-selatan menghubungkan kota-kota :
a)
Winnipeg-Minneapolis-Kansas-Dallas-Mexico
b)
Chicago-Atlanta-Jacksonville-Miami dan lain-lain
3.4 Penerbangan Transcontinental di
Amerika selatan
Amerika
selatan mempunyai dua jalur transcontinental air lines, yaitu dari Buenos Aires
ke Satiago dan dari Rio de janeiro ke Lima,. Tetapi selain kota-kota tersebut,
masih banyak kota-kota yang telah mempunyai hubungan udara seperti :
a) Kota-kota
pantai timur : Bahia Blanoa, Buenos aires, parto alegre, Paulo, Bele
Harizente-salvado
b) Daerah
bagian utara seperti : Caracas-Barranculla-Panam (amerika tengah)-Bogata
c) Kota
pantai barat : Panama-Lima-Punta Arenas
3.5. Penerbangan Transcontinental
di Eropa
Umumnya
kota-kota besar di Eropa barat mempunyai hubungan udara yang regular satu
dengan lainnya, seperti : London, Paris, Brussol, Amesterdam, Hanburg,
Copnehagen, Oslo, Stock-holm, Holsinlgi, berlin dan lain-lain.
Routu
kapal laut yang melalui Suez di ikuti oleh banyak jalur penerbangan yang
mengubungkan kota-kota eropa hingga kota-kota asia seperti : Roma, Athena,
Kairo, Damascus, Karaci, Bombay, Calcuta, Bangkok, Singapura, Jakarta dan
lain-lain.
3.6. Penerbangan Transcontinental
Eropa-Afrika
Penerbangan
laut tengah, kota-kota yang dihubungkan antara lain :
Roma-Kalta-Tripoi-Kano-Brazzavilla-Leopoldvilla; atau antara
Roma-Kairo-Kethum-Entebe-Nairobi-Nombazza-Darres Salam.
Route-route
lalu lintas udara yang agak banyak di Afrika, selain yang tersebut diatas,
terdapat juga di Afrika Bagian selatan, seperti antara pantai danau Nyassa
dengan Salasburg, Johannesburg-Durban-Fort Elizabeth dan Cape Town.
3.7 Penerbangan Transcontinental di
USSR
Route
utama penerbangan di USSR mengikuti jalan kereta api Trans-Siberia dari
:Laningrad-Moscow-Gorsky-Kazani-Sverdlovsk-Omsk-Krasneyarsk-Irkutsk. Dari
Irkutsk ada tiga jalur utama :
a)
Ke utara yaitu ie Vitim-Yakutsk
b)
Ke timur ke Vladivostok dan Magadan
c)
Ke selatan ke paking
jalur
yang frekuensinya tinggi di Uni soviet ialah antara :
1)
Leningrad-Moscow-Tashkent
2)
Moscow-Kiev
3.8 Penerbangan di Asia
Lalu
lintas udara yang ramai untuk di Asia terdapat di Asia timur yang menghubungkan
kota-kota : Tokyo-Okinawa-Taipeh dan Hongkong. Kemudian yang juga agak tinggi
frekuensi penerbangannya ialah di kawasan timur tengah-asia selatan-asia
tenggara, seperti :
a) Antara
Beirut-Bagdad-Karachi-Delhi
b) Bombay-Nagpur-Calcuta
c) Katmandu-Calcuta-Madras-Kolombo
d) Calcuta-Rangoon-Bangkok-Penang-Singapura-Jakarta-Surabaya-Ujung
pandang.
3.9 Penerbangan Trnascontinental di
Australia
Australia
mempunyai tiga jalur transcontinental air lines :
a)
Sydney-darwing
b)
Sydney-Perth
c)
Adelaide-Darwin.
Tapi
yang teramai yaitu penerbangan kota-kota C rns-Brisbane-Sydney-Melbourne dan
Hobart (di Tasmania) di New Zealand yang cukup ramai antara :
Auckland-Wollington, kedua kota itu dihubungkan dengan Sydney.
3.10. Lalu-lintas Udara di
Indonesia
Jakarta
merupakan pusat penerbangan nasional maupun internasional untuk Indonesia. Hampir
seluruh kota-kota besar di Indonesia dihubngkan dengan Jakarta langsung maupun
tidak langsung. Bagi kota-kota yang telah lama berkembang lalu lintas udaranya
dan penduduknya padat serta tingkat sosial ekonominya relative maju, telah
mempunyai hubungan udara regular, tetapi frekuensinya bermacam-macam, ada yang
beberapa kali dalam sehari, ada yang hanya sekali setiap hari, ada juga yang
dua hari sekali dan sebagainya. Kota-kota yang telah mempunyai hubungan lalu
lintas udara yang tetap antara lain : Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru,
Muntok, Palembang, Jambi, Tanjungpinang, Tanjungpandan, Pangkal pinang
(sumatera), Jakarata, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya (di
jawa). Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan (Kalimantan). Denpasar (Bali), Ujung
pandang, Manado, Kendari (Sulawesi); Ambon (Maluku), Biak, Jayapura (Irian
jaya).
Kota-kota
lainnya dihubungkan pula dengan pesawat udara tetapi kurang regular dan
merupakan penerbangan perintis, seperti di beberapa tempat di Irian Jaya, Nusa
tenggara, Sulawesi dan Kalimantan.
No
|
Lapangan
Terbang
|
Letaknya
|
Provinsi
|
||
P.
Sumatra
|
|||||
1.
|
Blangbintang
|
Banda
Aceh
|
D.I.Aceh
|
||
2.
|
Poloni
|
Bedan
|
Sumatra
Utara
|
||
3.
|
Simpang
|
Pekanbaru
|
Riau
|
||
4.
|
Pangkalan
Air
|
Tanjungpinaang
|
Riau
|
||
5.
|
Japura
|
Rongat
|
Riau
|
||
6.
|
Lapus
Debo
|
P.
Singkop
|
Riau
|
||
7.
|
Tabing
|
Padang
|
Sumtra
Barat
|
||
8.
|
Palmorah
|
Jambi
|
Jambi
|
||
9.
|
Telengbatutu
|
Palembang
|
Sumatra
Selatan
|
||
10.
|
Muntok
|
Muntok/Bangka
|
Sumatra
Selatan
|
||
11.
|
Pangkal
Pirang
|
Pangkalpinang
|
Sumatra
Selatan
|
||
12.
|
Baluhtambang
|
Tanjungpadang
|
Sumatra
Selatan
|
||
13.
|
Padangkemiling
|
Bengkulu
|
Bengkulu
|
||
14.
|
Beranti
|
Tanjung
Karang
|
Lampung
|
||
P.Jawa
|
|||||
15.
|
Kemayoran
|
Jakarta
|
DKI.Jakarta
|
||
16.
|
Halim
Peredanakusuma
|
Jakarta
|
DKI.Jakarta
|
||
17.
|
Atang
Sanjaya
|
Bogor
|
Jawa
Barat
|
||
18.
|
Kalijati
|
Subang
|
Jawa
Barat
|
||
19.
|
Hasan
|
Bandung
|
Jawa
Barat
|
||
20.
|
Sulasnan
|
Bandung
|
Jawa
Barat
|
||
21.
|
Astanajapura
|
Ceribon
|
Jawa
Barat
|
||
22.
|
Ahmad
Yani
|
Semarang
|
Jawa
Tengah
|
||
23.
|
Adi
Sucipto
|
Yogyakarta
|
D.I.
Yogyakarta
|
||
24
|
Panasari
|
Surakarta
|
Jawa
Tengah
|
||
25
|
Iswahyuni
|
Surakarta
|
Jawa
Tengah
|
||
26
|
Juanda
|
Madiun
|
Jawa
Timur
|
||
27
|
Abdul
Rahman Saleh
|
Surabaya
|
Jawa
Timur
|
||
P.
Kalimantan
|
|||||
28
|
Supajo
|
Pontianak
|
Kalimantan
Barat
|
||
29
|
Panarung
|
Palangkaraya
|
Kalimantan
Tengah
|
||
30
|
Pangkalanbuun
|
Pangkalanbuun
|
Kalimantan
Tengah
|
||
31
|
Sampit
|
Sampit
|
Kalimantan
Tengah
|
||
32
|
Muaratawoh
|
Muaratawoh
|
Kalimantan
Tengah
|
||
33
|
Smsudin
Noor
|
Banjarmasin
|
Kalimantan
Selatan
|
||
34
|
Harukin
|
Tanjung
|
Kalimantan
Selatan
|
||
35
|
SS.
Tangan
|
Kotabaru
|
Kalimantan
Selatan
|
||
36
|
Lengnawan
|
Muller
|
Kalimantan
Timur
|
||
37
|
Sapinggan
|
Balikpapan
|
Kalimantan
Timur
|
||
38
|
Samarinda
|
Samarinda
|
Kalimantan
Timur
|
||
39
|
Tarakan
|
Tarakan
|
Kalimantan
Timur
|
||
Nusa
Tenggara
|
|||||
40
|
Ngurah
Rai
|
Denpasar
|
Bali
|
||
41
|
Rombiga
|
Matainun
|
Nusa
Tenggara Barat
|
||
42
|
Brangbiji
|
Sumbawa
Besar
|
Nusa
Tenggara Barat
|
||
43
|
Bima
|
Bima
|
Nusa
Tenggara Barat
|
||
No
|
Lapangan
Terbang
|
Letaknya
|
Provinsi
|
||
44
|
Bingte
|
Serui
|
Nusa
Tenggara Timur
|
||
45
|
Panfui
|
Kupang
|
Nusa
Tenggara Timur
|
||
46
|
Okussi
|
Okussi
|
Nusa
Tenggara Timur
|
||
47
|
Dili
|
Dili
|
Timor
Timur
|
||
48
|
Bauaru
|
Bauaru
|
Timor
Timur
|
||
P.
Sulawesi
|
|||||
49
|
Hasanidi
|
Ujung
Pandang
|
Sulawesi
Selatan
|
||
50
|
Welton
Bengansidi
|
Kendari
|
Sulawesi
Tenggara
|
||
51
|
Bubung
|
Luwuk
|
Sulawesi
Tengah
|
||
52
|
Poso
|
Poso
|
Sulawesi
Tengah
|
||
53
|
Palu
|
Palu
|
Sulawesi
Tengah
|
||
54
|
Limboto
|
Gorontalo
|
Sulawesi
Utara
|
||
55
|
Semaratulangi
|
Manado
|
Sulawesi
Utara
|
||
56
|
Pahuna
|
Kep.Pangir
|
Sulawesi
Utara
|
||
57
|
Boo
|
Kep.
Talaud
|
Sulawesi
Utara
|
||
Kep.
Maluku
|
|||||
58
|
Babulah
|
Tidore
|
Maluku
|
||
59
|
Leksula
|
P.Buru
|
Maluku
|
||
60
|
Amahai
|
Amahai
|
Maluku
|
||
61
|
Pattimura
|
Ambon
|
Maluku
|
||
62
|
Damatubun
|
Tual
|
Maluku
|
||
Irian
Jaya
|
|||||
63
|
Sorong
|
Sorong
|
Irian
Jaya
|
||
64
|
Fakfale
|
Fakfak
|
Irian
Jaya
|
||
65
|
Biak
|
Bosnah
|
Irian
Jaya
|
||
66
|
Serui
|
Serui
|
Irian
Jaya
|
||
67
|
Nabire
|
Nabire
|
Irian
Jaya
|
||
68
|
Santani
|
Jayapura
|
Irian
Jaya
|
||
69
|
Tanahmerh
|
Tanahmerah
|
Irian
Jaya
|
||
70
|
Mopah
|
Merauke
|
Irian
Jaya
|
||
71
|
Wamena
|
Wamena
|
Irian
Jaya
|
||
72
|
Minika
|
Pantai
Selatan
|
Irian
Jaya
|
Post a Comment for "TRANSPORTASI UDARA "