MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
Metode adalah cara yang
digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Metode ceramah.
Dalam metode ceramah
proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan
cara ceramah. Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa
motode yang umum digunakan, diantaranya adalah :
a. Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah
suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan
menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan
memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi
pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan
pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta
disajikan dengan cara yang menarik.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah
suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan
masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat
terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu
melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola
dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi.
Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang
menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima
dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas
adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk
melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau
kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat
pula berbeda.
Agar pemberian tugas dapat
menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa
dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2) hasil dari kegiatan ini dapat
ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi
oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 3)
di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
d. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah
suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode
ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri
dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan
dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK,
percobaan banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem
terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan
melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan
makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan
dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada
siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang
sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik
yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi
aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh
siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi
akan dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
f. Metode
Tutorial/Bimbingan
Metode tutorial adalah
suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui proses bimbingan
yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara perorangan atau
kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan
Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan, khususnya pada saat siswa
sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi
fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa
untuk mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya Penyelenggaraan
metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
- Misalkan sebuah kelas
dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam
bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan
prinsip.
- Kemudian para siswa
dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya
dilakukan rotasi antar kelompok.
- Sementara para siswa
mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara para
siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan
problemanya.
- Dengan bantuan guru, para
siswa memperoleh kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan,
belajar sendiri dan berfikir sendiri.
Perhatian guru dapat
diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat yang
belum biasa digunakan.
Metodolgi mengajar adalah
ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari
sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran
tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu
mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat
mengajar.
Beberapa metode mengajar
1. Metode Ceramah
(Preaching Method)
Metode ceramah yaitu
sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara
lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin
Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang
paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya
beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode
ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur
paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis
siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih
tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap
auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e. Sukar mengontrol
sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f. Kegiatan pengajaran
menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g. Bila terlalu lama
membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode
ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai
kelas.
b. Guru mudah menerangkan
bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak
didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi (
Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga
disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (
socialized recitation ). Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar
mengajar untuk :
a. Mendorong siswa
berpikir kritis.
b. Mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa
menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif
jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi
sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik
bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik
bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif
sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik
untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan
membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi
sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai
dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi
mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh
orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang
menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
3. Metode demontrasi (
Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah
metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan
melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu
benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis
pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
a. Perhatian siswa dapat
lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa
lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode
demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu anak didik
memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai
jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan
yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh
konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode
demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang
sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat
didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila
didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah
metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah
gabung dengan metode lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam
metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus
tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode
mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini
idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi
oleh guru.
2). Pemberian peluang
bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada
siswa.
b. Metode ceramah plus
diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan
secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru
menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi
tugas.
c. Metode ceramah plus
demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan
kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan
memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi (
Recitation method )
Metode resitasi adalah
suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat
sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi
sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan
dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi
sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru
hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Terkadang tugas
dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan (
Experimental method )
Metode percobaan adalah
metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk
dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan
dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan
sebagai berikut :
a. Metode ini dapat
membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat
mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu
dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan
terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan
sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
hidup manusia.
Kekurangan metode
percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya
alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan
ekperimen.
b. Jika eksperimen
memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan
pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai
untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah
(2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru.
Penggunaan teknik ini
mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan
eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya.
Agar penggunaan metode
eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b)
Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau
mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan
yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti
dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang
cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang
dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih ,
maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh
pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu
diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua
masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi
kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat
terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan
karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen
menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang
tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui
eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta
bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c)
Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu
memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
(d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut
Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses
belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati
suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk
mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau
dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen
mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :
Kelebihan metode
eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat
terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat
dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode
eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai
untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai
fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala
mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap
percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada
factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau
pengendalian.
Menurut Schoenherr (1996)
yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang
sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan
kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas
secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep
dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen,
guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa.
Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh
hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat
tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa
diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan
kreatif.
Pembelajaran dengan metode
eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya
dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti
tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri
konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode
eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
(1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang
didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini
menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan
dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan
percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
(3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil
pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari
dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa
diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat
dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan
menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan
pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir
setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran
dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman
konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan,
, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki
kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan
konsep terkait dengan pokok bahasan .
Metode Eksperimen menurut
Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang
hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode
ilmiah.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah
suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan
diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik
yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode
karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan
prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang
dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang
ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih
merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode
karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan
yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan
dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada
tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik
anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata
dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses
belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat
tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan
sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan
melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti
meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah
(2001:85) ,teknik karya wisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai
berikut: Dengan melaksanakan karya wisata diharapkan siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya, dapat turut menghayati tugas
pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab mungkin dengan jalan
demikian mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapinya dalam pelajaran,
ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa melihat, mendengar, meneliti dan
mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan, dan
sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik
karya wisata dapat efektif, maka pelaksanaannya perlu memeperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut: (a) Persiapan, dimana guru perlu menetapkan
tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik,
menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya,
penyusunan rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana,
pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya
wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya dibantu petugas-petugas
lainnya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi
petugas-petugas pada setiap seksi, demikian pula tugas-tugas kelompok sesuai
dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya
wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai segala hal hasil karya
wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat kesimpulan yang diperoleh,
menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata seperti membuat grafik, gambar,
model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya
wisata dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat
berpartisispasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada
obyek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan
mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan
tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa
dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara
kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas
pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab,
menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang
dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau
mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa
dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi,
yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya
wisata ini masih juga ada keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi
agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai
berikut: Karya wisata biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin
jarak tempat itu sangat jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan
transportasi, dan hal itu pasti memerlukan biaya yang besar. Juga pasti
menggunakan waktu yang lebih panjang daripada jam sekolah, maka jangan sampai
mengganggu kelancaran rencana pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi
kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila
tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa
untuk menempuh jarak tersebut, perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku
khusus di proyek ataupun hal-hal yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85)
mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a)
Memberikan informasi teknis, kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan
kesempatan untuk melihat kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan
yang sebenarnya, (c) Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang
dipelajari sehingga lebih berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk
melihat dimana peserta ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode
Field Trip menurut Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi
yang dikunjungi jauh dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat
ijin dari pimpinan kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya
transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah
(2002:105), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah,
untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar
rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya.
Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar
sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian.
Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya
wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat,
dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata
mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a) Karya wisata memiliki prinsip
pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran, (b)
Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang
kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya
wisata adalah: (a) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit
untuk disediakan oleh siswa atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan
perencanaan yang matang, (c) memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang
studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya
wisata, (d) dalam karya wisata sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas
daripada tujuan utama, sedang unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit
mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan mengarahkan mereka kepada
kegiatan studi yang menjadi permasalahan.
Metode field trip atau
karya wisata menurut Mulyasa (2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar
yang dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama
pengalaman langsung dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
Meskipun karya wisata memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan
umum pendidikan dapat segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan
wawasan pengalaman tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata
digunakan dan dikembangkan sebagai metode pembelajaran, hal-hal yang perlu
diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112) adalah: (a) Menentukan sumber-sumber
masyarakat sebagai sumber belajar mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber
belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar
berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d) Menghubungkan sumber belajar dengan
kurikulum, apakah sumber-sumber belajar dalam karyawisata menunjang dan sesuai
dengan tuntutan kurikulum, jika ya, karya wisata dapat dilaksanakan, (e)
membuat dan mengembangkan program karya wisata secara logis, dan sistematis,
(f) Melaksanakan karya wisata sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, efek pembelajaran,
serta iklim yang kondusif. (g) Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah
tercapai atau tidak, apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau
kunjungan, memberikan surat
ucapan terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan
karyawisata dan catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.
8. Metode latihan
keterampilan ( Drill method )
Metode latihan
keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat
latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana
cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh
latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan
keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh
kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan
alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh
kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian,
tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk
kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan
keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan
inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian
dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian
secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan
tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah
membosankan.
d. Dapat menimbulkan
verbalisme.
9. Metode mengajar beregu
( Team teaching method )
Metode mengajar beregu
adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang
masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama
teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama
teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode pemecahan
masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu
metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan (
projeck method )
yaitu suatu metode
mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti
sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode
perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola
pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam
memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini,
anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode
perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku
di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum
menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan
pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan
keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih
topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan
memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering
menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
13. Metode Bagian (
Teileren method )
yaitu suatu metode
mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian
disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze
method )
yaitu suatu metode
mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar
yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah
metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan
suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan
lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi
penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat
dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan
metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan
proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut
Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai
kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan
komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai
cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193)
mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah
pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip
pendapat Gilstrap (1975) adalah:
(1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar
untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan
penemuan,
(2) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa,
prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang
akan dipelajarai,
(3) Mengatur susunan kelas
sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam
belajar dengan penemuan,
(4) Berkomunikasi dengan
siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan,
(5) menyiapkan suatu
situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan,
(6) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk
merangsang belajar dengan penemuan,
(7) Menambah berbagai alat
peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan,
(8) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan
bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok
dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut,
(9) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan
kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum,
(10) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya,
walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri,
(11) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan
informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya,
(12) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya
sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses,
(13) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang
diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan,
(14) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan
strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul,
(15) Mengajukan pertanyaan
tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana,
(16) Bersikap membantu jawaban
siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara
kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar,
(17) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan
fakta,
(18) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya
seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat
kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya
sendiri,
(19) membantu siswa menulis atau
merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat
dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan,
(20) Mengecek apakah siswa
menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam
situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah
menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah :
(1) identifikasi kebutuhan
siswa,
(2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari,
(3) Seleksi bahan, dan
problema serta tugas-tugas,
(4) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa,
(5) Mempersiapkan setting
kelas dan alat-alat yang diperlukan,
(6) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugas siswa,
(7) Memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penemuan,
(8) Membantu siswa dengan
informasi, data, jika diperlukan oleh siswa,
(9) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses,
(10) Merangsang terjadinya
interaksi antar siswa dengan siswa,
(11) memuji dan
membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan,
(12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki
kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu:
(a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan
terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha
untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu,
(b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan
mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman
dari pengertian retensi dan transfer,
(c) Strategi penemuan
membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan,
(d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri,
(e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling
sedikit pada suatu proyek penemuan khusus,
(f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,
(g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada
siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang
jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
(h) Membantu perkembangan siswa
menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery
Suryosubroto (2002:2001) adalah:
(a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar
ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling
ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya
menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai
mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang
lain,
(b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan
teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
(c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru
dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara
tradisional,
(d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap
dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh
pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan,
(e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide,
mungkin tidak ada,
(f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi
terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut
Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa
peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka
memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus
dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta
didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.
Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin
pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas
bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode
discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu:
(a) Perumusan masalah
untuk dipecahkan peserta didik,
(b) Penetapan jawaban
sementara atau pengajuan hipotesis,
(c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk
menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis,
(d) Menarik kesimpulan
dari jawaban atau generalisasi,
(e) Aplikasi kesimpulan
atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut
Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan.
Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep
atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan,
dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Pada metode discovery,
situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning
menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan
metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan
mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode
discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20)
memiliki keunggulan sebagai berikut:
(a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa,
(b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi /
individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut,
(c) Dapat meningkatkan
kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut
Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman
langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses
daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan
metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
(a) Adanya masalah yang
akan dipecahkan,
(b) Sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik,
(c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui
kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas,
(d) harus tersedia alat
dan bahan yang diperlukan,
(e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya
arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
(f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data,
(g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta
informasi yang diperlukan peserta didik.
14. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah
metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah
didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek
belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini
berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting
sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta
didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
Inquiry pada dasarnya
adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut
peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar
menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui
metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam
proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan
suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk
menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan
inquiry adalah:
(1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi
yang akan diajarkan.
(2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang
jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
(3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin
membingungkan peserta didik.
(4) Resitasi untuk
menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
(5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut
Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah
ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan
baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan
hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut
yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik
bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta
meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka
belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat
berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang
disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa
sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini
memiliki keunggulan yaitu :
(a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
(b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
(c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
(d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif
dan merumuskan hipotesanya sendiri.
(e) Memberi kepuasan yang
bersifat intrinsik.
(f) Situasi pembelajaran
lebih menggairahkan.
(g) Dapat mengembangkan
bakat atau kecakapan individu.
(h) Memberi kebebasan
siswa untuk belajar sendiri.
(i) Menghindarkan diri
dari cara belajar tradisional.
(j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut
Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan,
dan sebagainya.
Post a Comment for "MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN"