zaman es
· Es di Kutub mencair dan runtuh: akibat pemanasan global.
·
Nah… sebelum terlambat, mari
kita peduli
Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya, kurangi pemakaian kertas atau tissue, hematlah terhadap energi.
Tanamlah pohon sebanyak-banyaknya, kurangi pemakaian kertas atau tissue, hematlah terhadap energi.
·
jangan biasakan menggunakan
kendaraan saat bepergian dengan jaak yang dekat.
siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi selain kita yang menghuninya, demi masa sekarang dan masa yang akan datang, masa dimana anak-anak kita akan tumbuh.
let’s start global cooling…(Sumber: http://yukez.wordpress.com/2009/01/25/es-di-kutub-mencair-dan-runtuh-akibat-pemanasan-global/)
siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi selain kita yang menghuninya, demi masa sekarang dan masa yang akan datang, masa dimana anak-anak kita akan tumbuh.
let’s start global cooling…(Sumber: http://yukez.wordpress.com/2009/01/25/es-di-kutub-mencair-dan-runtuh-akibat-pemanasan-global/)
·
Video Es di Kutub Utara
Mencair
· Betapa Dahsyat Bila Kutub Es Mencair
·
·


·
Image NASA
·
·
·
Dampak efek rumah kaca yang
menyebabkan terjadinya pemanasan global bukan permainan kata untuk
menakut-nakuti manusia. Selain akan terjadi hujan asam, di hampir sebagian
besar belahan dunia, dampak paling buruk peristiwa memantulnya sinar matahari sebelum
sampai ke bumi, yaitu mencairnya dataran es di dua kutub. Akibatnya jangan
tanya. Gelombang pasang air laut akan segera menyapu separuh daratan se jagad
raya.
·
Peneliti di Badan Antariksa
Nasional Amerika Serikat, NASA dan National Snow and Ice Data Center di
Colorado, menipisnya lapisan es di Kutub Utara, melansir temuan yang membuat
kita was-was. Lapisan es di Kukub Utara yang tadinya setebal 680.400 kilometer
persegi menyusut drastis 43 persen dibanding tahun lalu. “Tahun lalu jumlah es
dengan struktur bentukan kategori muda berkisar 70 persen, saat ini telah
mencapai 90 persen,” kata peneliti Ice Data Center, Walt Meier.
·
Padahal, masih menurut para
peneliti ahli, pada musim dingin bertambah 15 juta meliputi 150.000 kilometer
persegi. Atau sekitar 720.000 kilometer persegi lebih kecil dibandingkan dengan
kondisi rata-rata daratan es di wilayah Kutub utara pada tahun 1979 dengan
tahun 2000.
·
Kondisi semacam itu, papar
Meier dalam makalahnya, menyebabkan air laut meninggi dan akan menyapu hampir
sebagian luas daratan pantai di belahan bumi. Bisa dibayangkan bila ketebalan
es tiga meter atau lebih yang berada di Kutub Utara tiba-tiba mencair bersamaan
akibat pemanasan global, berapa meter persegi luas daratan terendam. “Kita
tidak siap menghadapi hal-hal terburuk ketika bencana itu datang pada musim
panas tahun depan. Kita benar-benar dalam situasi yang sangat genting saat
ini,” ujarnya.
·
Peringatan bernada mengancam
dari para ilmuwan itu bukanlah mengada-ada. Sebab mereka memiliki data akurat
tentang proses melelehnya es di belahan Kutub Utara. Kecerobohan para pemilik
modal di negara-negara industrialis dituding menjadi salah satu penyebab utama
melelehnya lapisan es di Kutub Utara maupun Selatan.
·
Mereka dituduh menjadi salah
satu pelaku perusakan ekosistem global yang mengakibatkan temperatur planet
bumi semakin bertambah panas setiap tahun. Mestinya, papar peneliti dan
sekaligus Manager Program Wilayah Kutub NASA Tom Wagner, mereka menyadari
fungsi bongkahan es di dua Kutub Utara-Selatan sebagai pemantul sinar matahari
dari Bumi.
·
“Mestinya mereka menyadari
kalau bongkahan daratan es, yang menyerupai lautan, sebenarnya berfungsi
sebagai pemantul alami sinar matahari dari Bumi. Kalau esnya mencair, sinar
matahari tidak akan terpantulkan kembali ke udara. Dengan demikian panas
matahari akan langsung terserap oleh lautan dan menambah panas temperatur
planet,” tandas Tom.
·
Kecepatan melelehnya bongkahan
es di Kutub Utara juga dialami di belahan Kutub Selatan. Bahkan tidak sampai
puluhan tahun, bongkahan “cadas es” yang kokoh di kutub ini telah lenyap disapu
panas. Cadas es yang dulunya merupakan tonggak keperkasaan Kutub Selatan di
ujung bumi wilayah Selatan tampaknya tidak tahan terhadap gempuran sinar
matahari. Tidak hanya itu, gletser di daerah tebing pegunungan es Kutub Selatan
pun juga ikut-ikutan mencair terimbas pemanasan global. Kondisi semacam, ujar
peneliti kawasan kutub dari Inggris, tentu sangat memprihatinkan.
·
“Apalagi daerah Wordie Ice
Shelf yang rontok sejak tahun 1960-an, juga telah lenyap dari pandangan mata.
Selain itu ditemukan di bagian Utara “Larsen Ice Shelf” juga telah raib.
Sementara itu luas daratan es sekitar 8.300 kilo meter persegí, kini mulai
terpisah dari induknya “Larsen Shelf” sejak tahun 1986 lalu,” tulis laporan
ilmiah US Global Survey (USGS) dan British Antartic Survey.
·
Keadaan mencemaskan itu tak
urung mengundang kecemasan kalangan pemerintah Amerika Serikat, Australia dan
Ingris sebagai negara industrialis perusak lingkungan terbesar dunia. Menteri
Dalam Negeri AS Ken Salazar dalam suatu kesempatan dalam pertemuan kepala
pemerintahan negara-negara maju di London baru-baru ini, ia mengungkapkan
kecemasannya mengenai pemanasan global.
·
“Berkurangnya gletser di dua
kutub yang sangat cepat, memperlihatkan ancaman nyata yang sedang dialami
planet kita. Kita tidak memperkirakan perubahan ekosistem global lebih cepat
dari yang diperkirakan sebelumnya. Salah satu solusi mengerem dampak yang jauh
lebih besar, kita harus segera menghentikan efek rumah kaca,” kata Ken Salazar.
·
Imbauan Ken Salazar, sebagai
Menteri Dalam Negeri AS, tentunya tidak ngawur begitu saja. Sebab jauh-jauh
hari, peneliti gletser ternama dari US Global Survey (USGS) telah mewanti-wanti
tidak lama lagi gletser akan segera mencair dengan kecepatan tak terpikirkan
oleh manusia sebelumnya. “Kecepatan gletser mencair akibat pemanasan global
jauh dari perkiraan para ahli. Bahkan jauh lebih besar dari perhitungan kami,”
ujar Jane Ferrigno.
·
Itulah sebabnya dalam pertemuan
para pemimpin negara-negara maju dunia baru-baru ini sepakat untuk menekan
emisi buangan yang dapat memperparah efek rumah kaca. Sebab bila tidak
dilakukan, efek yang jauh lebih besar tentu akan melanda benua Australia dan
dataran lain di kawasan Asia. “Kalau ini terjadi, Australia dan dataran lain
negara-negara di kawasan Asia akan tersapu air pasang laut yang sangat
dahsyat,” kata Mc Kahin peneliti senior kawasan Antartika.
·
Laporan lain yang menguatkan
efek mencairnya lapisan es di dua kutub Utara-Selatan dalam waktu dekat datang
dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilansir di
jurnal Geophysical Letters. Para ahli yang tergabung dalam NOAA memperkirakan
es di Kutub Utara diperkirakan akan mencair seluruhnya dalam waktu tidak
terlalu lama lagi.
·
“Kalau tidak ada upaya pencegahan
pemanasan global, es di Kutub Utara dapat dipastikan akan meleleh lebih cepat
dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Tidak akan lama lagi akan terjadi,”
ujar peneliti kepala Ekspedisi Kutub Utara Jane Ferrigno.
·
Dalam pertemuan UN Climate
Panel memproyeksikan temperatur atmosfer dunia akan naik 1,8 sampai 4,0
deratjat celsius akibat buangan gas rumah kaca. Bila hal ini dibiarkan terus,
ujar Jane Ferrigno, akibat yang lebih dahsyat akan terjadi melibihi bencana
badai Tsunami beberapa waktu lalu.
“Bila
tidak dicegah, bisa jadi badai Tsunami akan kalah dahsyat dengan efek yang
ditumbulkan mencairnya lapisan es di dua kutub. Selain banjir, kemarau
menyengat dan gelombang arus panas disertai badai akan menyapu dataran rendah
di beberapa belahan dunia. Sementara itu gletser dan lapisan es mencair,
keadaan itu dapat menaikkan seluruh permukaan air samudra dan merendam daerah
dataran rendah,” tandasnya. Nah bagi berhati-hatilah.
Post a Comment for "zaman es"