Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

fisiografis pulau jawa





1.    Jelaskan tentang fisiografis, tektonik dan geologi Jawa!
Jawab:
a.    Fisiografis Pulau Jawa

Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu di antaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciri-ciri geografisnya disebabkan karena merupakan geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah mengakibatkan Pulau Jawa berbentuk memanjang dan sempit. Pulau Jawa memiliki kemiripan dengan pulau Sumatera yang dihubungkan olehSelat Sunda, sehingga fisiografinya mengikuti fisiografi Dataran Sunda Tengah.

Jawa memiliki luas 127.000 Km, sehingga total luas dari pulau Jawa ± 4 kali dari luas Belanda. Pulau Jawa memiliki panjang 1.000 Km. Unsur struktur utama pulau Jawa adalah geantiklin Jawa Selatan yang menyebar sepanjang pantai Selatan, setengah dari Pulau Jawa dan geosinklin Jawa Utara yang menempati setengah Pulau Jawa di Utara. Melalui Semarang ke arah Timur, cekungan geosinklin ini semakin melebar, membentuk percabangan. Percabangan ke arah Utara menempati perbukitan Rembang dan Madura, serta percabangan ke arah Selatan terdiri dari Punggungan Kendeng dan Selat Madura. Geantiklin Jawa Selatan terus berkembang dibandingkan dengan Pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatera yang menjadi geantiklin utama (backbone) pulau Sumatera. Hal ini disebabkan karena bagian puncak dari geantiklin Jawa telah longsor, sekarang membentuk fisiografi zona depresi dengan ketinggian Pulau Jawa seperti membentuk puncak geantiklinal. Sayap Selatan geantiklin Jawa adalah Pegunungan Selatan yang merupakan blok kerak dengan kemiringan ke arah Samudera Hindia, seperti blok Bengkulu di Sumatera. Pegunungan Selatan di Jawa Tengah telah tenggelam di bawah permukaan laut, sehingga batas depresi dibatasi oleh Samudera Hindia. Fenomena yang sama seperti di Sumatera Utara, depresi Semangko dibatasi oleh Singkil dan Meulaboh didalam laut pada pantai Barat.

Fisiografi dan struktur di pulau Jawa dibedakan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut:
·      Jawa Barat dan Banten (Sebelah Barat Cirebon)
·      Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang)
·      Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya)
·      Fisiografi Lekukan Jawa Timur dengan Selat Madura dan Pulau Madura











Gambar 1. Keadaan Fisiografis Pulau Jawa

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa fisiografis pulau jawa dibedakan menjadi tiga zona pokok yang memanjang sepanjang pulau, walaupun banyak yang tidak utuh. Ketiga zona ini sangat berbeda karakteristiknya baik di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ketiga zona tersebut ialah sebagai berikut:
Ø Zona selatan,
Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju Laut Hindia dan di sebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang zona ini begitu terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Di Jawa tengah bagian dari zona ini telah ditempati oleh dataran aluvial.

Ø Zona tengah,
Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Ditempat-tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian dari zona tengah ditempati oleh rangkaian pegunungan serayu selatan, berbatasan disebelah utaranya dengan depresi yang lebih kecil, lembah serayu. Juga di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.

Ø Zona utara,
Terdiri dari rangkaian gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran aluvial.

b.   Tektonik Pulau Jawa

Pulau Jawa berada di tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland). Pada Daratan Sunda ini terdapat dua sistem gerak lempeng; Lempeng Laut Cina Selatan di utara dan Lempeng Samudera Hindia di selatan. Lempeng Laut Cina Selatan (Eurasia) bergerak ke tenggara sejak Oligosen (Longley, 1997), sedangkan Lempeng Samudera Hindia yang berada di selatan bergerak ke utara sejak Mesozoikum dan menunjam ke bawah sistem busur kepulauan Sumatra dan Jawa (Liu dkk., 1983).

Pulau jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang bergerak saling mendekat dan mengalami tabrakan, dimana proses tersebut relatif bergerak menyerong (oblique) antara lempeng samudra hindia pada bagian barat daya dan lempeng Benua Asia bagian tenggara (eurasian), dimana lempeng samudra hindia akan menyusup ke lempeng asia tenggara. Pada zone subduksi akan dihasilkan palung jawa (Java trench) dengan pergerakan relatif 7 cm/tahun. Pada zone subduksi terdiri dari “Acctionary Complex ” yang materialnya secara garis besar dari lantai samudra india pada busur muka Jawa.

Fase Tektonika

Fase tektonik Pulau Jawa dapat diuraikan sebagai berikut:
·      Fase Tektonik Awal (Mesozoikum)
Ketika pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah timur laut menghasilkan subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang suture Karangsambung-Meratus, dan diikuti oleh fase regangan (rifting phase) selama Paleogen dengan pembentukan serangkaian horst (tinggian) dan graben (rendahan). Aktivitas magmatik Kapur Akhir dapat diikuti menerus dari Timurlaut Sumatra–Jawa-Kalimantan Tenggara. Pembentukan cekungan depan busur (fore arc basin) berkembang di daerah selatan Jawa Barat dan Serayu Selatan di Jawa Tengah. Mendekati Kapur Akhir-Paleosen, fragmen benua yang terpisah dari Gondwana, mendekati zona subduksi Karangsambung-Meratus. Kehadiran allochthonous micro-continents di wilayah Asia Tenggara telah dilaporkan oleh banyak penulis (Metcalfe, 1996).

Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zona subduksi Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat Makasar teridentifikasi di Sumur Rubah-1 (Conoco, 1977) berupa granit pada kedalaman 5056 kaki, sementara didekatnya Sumur Taka Talu-1 menembus basement diorit. Docking (merapatnya) fragmen mikrokontinen pada bagian tepi timur Sundaland menyebabkan matinya zona subduksi Karang-sambung-Meratus dan terangkatnya zona subduksi tersebut menghasilkan Pegunungan Meratus.






Gambar 2. Rekonstruksi Tektonika Pulau Jawa Akhir Kapur-Paleogen
·      Evolusi Tektonik Periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan)
Periode ini terjadi Antara 54-45 juta tahun lalu (Eosen), dimana di wilayah Lautan Hindia terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan berkurangnya secara mencolok kecepatan pergerakan ke utara India. Aktifitas pemekaran di sepanjang Wharton Ridge berhenti atau mati tidak lama setelah pembentukan anomali 19 (atau 45 jtl). Berkurangnya secara mencolok gerak India ke utara dan matinya Wharton Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda kontak pertama Benua India dengan zona subduksi di selatan Asia dan menyebabkan terjadinya tektonik regangan (extension tectonics) di sebagian besar wilayah Asia Tenggara yang ditandai dengan pembentukan cekungan-cekungan utama (Cekungan-cekungan: Natuna, Sumatra, Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai) dan endapannya dikenal sebagai endapan syn-rift.

Pelamparan extension tectonics ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang sesar regional yang telah ada sebelumnya dalam fragmen mikrokontinen. Konfigurasi struktur basement mempengaruhi arah cekungan syn-rift Paleogen di wilayah tepian tenggara Sundaland (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan Tenggara).




1. Jelaskan tentang fisiografis, tektonik dan geologi Jawa! Jawab: a. Fisiografis Pulau Jawa Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu di antaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciri-ciri geografisnya disebabkan karena merupakan geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah mengakibatkan Pulau Jawa berbentuk memanjang dan sempit. Pulau Jawa memiliki kemiripan dengan pulau Sumatera yang dihubungkan olehSelat Sunda, sehingga fisiografinya mengikuti fisiografi Dataran Sunda Tengah. Jawa memiliki luas 127.000 Km, sehingga total luas dari pulau Jawa ± 4 kali dari luas Belanda. Pulau Jawa memiliki panjang 1.000 Km. Unsur struktur utama pulau Jawa adalah geantiklin Jawa Selatan yang menyebar sepanjang pantai Selatan, setengah dari Pulau Jawa dan geosinklin Jawa Utara yang menempati setengah Pulau Jawa di Utara. Melalui Semarang ke arah Timur, cekungan geosinklin ini semakin melebar, membentuk percabangan. Percabangan ke arah Utara menempati perbukitan Rembang dan Madura, serta percabangan ke arah Selatan terdiri dari Punggungan Kendeng dan Selat Madura. Geantiklin Jawa Selatan terus berkembang dibandingkan dengan Pegunungan Bukit Barisan di pulau Sumatera yang menjadi geantiklin utama (backbone) pulau Sumatera. Hal ini disebabkan karena bagian puncak dari geantiklin Jawa telah longsor, sekarang membentuk fisiografi zona depresi dengan ketinggian Pulau Jawa seperti membentuk puncak geantiklinal. Sayap Selatan geantiklin Jawa adalah Pegunungan Selatan yang merupakan blok kerak dengan kemiringan ke arah Samudera Hindia, seperti blok Bengkulu di Sumatera. Pegunungan Selatan di Jawa Tengah telah tenggelam di bawah permukaan laut, sehingga batas depresi dibatasi oleh Samudera Hindia. Fenomena yang sama seperti di Sumatera Utara, depresi Semangko dibatasi oleh Singkil dan Meulaboh didalam laut pada pantai Barat. Fisiografi dan struktur di pulau Jawa dibedakan menjadi empat bagian, yaitu sebagai berikut: • Jawa Barat dan Banten (Sebelah Barat Cirebon) • Jawa Tengah (antara Cirebon dan Semarang) • Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya) • Fisiografi Lekukan Jawa Timur dengan Selat Madura dan Pulau Madura Gambar 1. Keadaan Fisiografis Pulau Jawa Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa fisiografis pulau jawa dibedakan menjadi tiga zona pokok yang memanjang sepanjang pulau, walaupun banyak yang tidak utuh. Ketiga zona ini sangat berbeda karakteristiknya baik di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ketiga zona tersebut ialah sebagai berikut:  Zona selatan, Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju Laut Hindia dan di sebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang zona ini begitu terkikis sehingga kehilangan bentuk platonya. Di Jawa tengah bagian dari zona ini telah ditempati oleh dataran aluvial.  Zona tengah, Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Ditempat-tempat tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian dari zona tengah ditempati oleh rangkaian pegunungan serayu selatan, berbatasan disebelah utaranya dengan depresi yang lebih kecil, lembah serayu. Juga di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh bukit-bukit dan pegunungan.  Zona utara, Terdiri dari rangkaian gunung lipatan berupa bukit-bukit rendah atau pegunungan dan diselingi oleh beberapa gunung-gunung api. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran aluvial. b. Tektonik Pulau Jawa Pulau Jawa berada di tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland). Pada Daratan Sunda ini terdapat dua sistem gerak lempeng; Lempeng Laut Cina Selatan di utara dan Lempeng Samudera Hindia di selatan. Lempeng Laut Cina Selatan (Eurasia) bergerak ke tenggara sejak Oligosen (Longley, 1997), sedangkan Lempeng Samudera Hindia yang berada di selatan bergerak ke utara sejak Mesozoikum dan menunjam ke bawah sistem busur kepulauan Sumatra dan Jawa (Liu dkk., 1983). Pulau jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang bergerak saling mendekat dan mengalami tabrakan, dimana proses tersebut relatif bergerak menyerong (oblique) antara lempeng samudra hindia pada bagian barat daya dan lempeng Benua Asia bagian tenggara (eurasian), dimana lempeng samudra hindia akan menyusup ke lempeng asia tenggara. Pada zone subduksi akan dihasilkan palung jawa (Java trench) dengan pergerakan relatif 7 cm/tahun. Pada zone subduksi terdiri dari “Acctionary Complex ” yang materialnya secara garis besar dari lantai samudra india pada busur muka Jawa. Fase Tektonika Fase tektonik Pulau Jawa dapat diuraikan sebagai berikut: • Fase Tektonik Awal (Mesozoikum) Ketika pergerakan Lempeng Indo-Australia ke arah timur laut menghasilkan subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang suture Karangsambung-Meratus, dan diikuti oleh fase regangan (rifting phase) selama Paleogen dengan pembentukan serangkaian horst (tinggian) dan graben (rendahan). Aktivitas magmatik Kapur Akhir dapat diikuti menerus dari Timurlaut Sumatra–Jawa-Kalimantan Tenggara. Pembentukan cekungan depan busur (fore arc basin) berkembang di daerah selatan Jawa Barat dan Serayu Selatan di Jawa Tengah. Mendekati Kapur Akhir-Paleosen, fragmen benua yang terpisah dari Gondwana, mendekati zona subduksi Karangsambung-Meratus. Kehadiran allochthonous micro-continents di wilayah Asia Tenggara telah dilaporkan oleh banyak penulis (Metcalfe, 1996). Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zona subduksi Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat Makasar teridentifikasi di Sumur Rubah-1 (Conoco, 1977) berupa granit pada kedalaman 5056 kaki, sementara didekatnya Sumur Taka Talu-1 menembus basement diorit. Docking (merapatnya) fragmen mikrokontinen pada bagian tepi timur Sundaland menyebabkan matinya zona subduksi Karang-sambung-Meratus dan terangkatnya zona subduksi tersebut menghasilkan Pegunungan Meratus. Gambar 2. Rekonstruksi Tektonika Pulau Jawa Akhir Kapur-Paleogen • Evolusi Tektonik Periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan) Periode ini terjadi Antara 54-45 juta tahun lalu (Eosen), dimana di wilayah Lautan Hindia terjadi reorganisasi lempeng ditandai dengan berkurangnya secara mencolok kecepatan pergerakan ke utara India. Aktifitas pemekaran di sepanjang Wharton Ridge berhenti atau mati tidak lama setelah pembentukan anomali 19 (atau 45 jtl). Berkurangnya secara mencolok gerak India ke utara dan matinya Wharton Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda kontak pertama Benua India dengan zona subduksi di selatan Asia dan menyebabkan terjadinya tektonik regangan (extension tectonics) di sebagian besar wilayah Asia Tenggara yang ditandai dengan pembentukan cekungan-cekungan utama (Cekungan-cekungan: Natuna, Sumatra, Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai) dan endapannya dikenal sebagai endapan syn-rift. Pelamparan extension tectonics ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang sesar regional yang telah ada sebelumnya dalam fragmen mikrokontinen. Konfigurasi struktur basement mempengaruhi arah cekungan syn-rift Paleogen di wilayah tepian tenggara Sundaland (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan Tenggara). Gambar 3. Rekonstruksi Tektonika Pulau Jawa Pada Eosen



Gambar 3. Rekonstruksi Tektonika Pulau Jawa Pada Eosen

Post a Comment for "fisiografis pulau jawa"