DISINTREGASI BANGSA INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN
Pengertian Disintegrasi
Bangsa
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) mendefinisikan disintegrasi sebagai keadaan tidak bersatu
padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.
Lebih lanjut lagi,
Soerjono Soekanto menjelaskan disintegrasi bangsa sebagai proses pudarnya norma
dan nilai di dalam masyarakat akibat adanya perubahan pada lembaga
kemasyarakatan. Pada akhirnya, muncul nilai dan norma subjektivitas kelompok
yang dilandasi oleh perasaan senasib dan seperjuangan untuk menetapkan kelompok
lain sebagai mus
1. Sebab internal
Yang pertama adalah
penyebab internal, hal ini berhubungan dengan kualitas pribadi rakyat di suatu
negara. Umumnya, penyebab internal muncul karena adanya pemahaman serta
interpretasi nilai budaya yang tidak tepat. Akibatnya muncul perilaku
intoleran, meninggikan suku bangsa masing-masing, hingga penggunaan bahasa yang
tidak sopan.
2. Sebab kultural
Kedua adalah penyebab
kultural yang berkaitan dengan pandangan mengenai nilai, mental, serta perilaku
masyarakat. Pandangan ini dapat muncul dari sistem nilai budaya yang menghargai
tanpa adanya keharmonisan dan kesenangan duniawi.
3. Sebab struktural
Penyebab struktural ada
karena kekuasaan memberikan ruang untuk lahirnya disintegrasi bangsa. Misalnya
kekacauan ekonomi, pelanggaran HAM yang terus bertambah, rendahnya legitimasi
pemerintahan hingga ketidakadilan dari pemerintah pusat terhadap daerah.
4. Perbedaan ideologi
Setiap negara tentu
mempunyai ideologi masing-masing yang harus diyakini oleh setiap warga
negaranya. Jika tidak, akan muncul berbagai ideologi yang dapat melahirkan
paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara tersebut.
5. Ketimpangan
demografi
Kesenjangan yang
timpang dalam demografis juga bisa menjadi menyebabkan disintegrasi bangsa.
Alasannya karena kebutuhan masyarakat menjadi tidak seimbang, sehingga rakyat
akan berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Hal Ini dapat
memunculkan rasa cemburu yang berujung pada perpecahan.
6. klim politik yang
tidak sehat
Hal ini merupakan salah
satu pemicu yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan karena ada banyak oknum
yang mempermainkan politik untuk kepentingannya sendiri. Alhasil, banyak
terjadi demonstrasi dan perpecahan di tengah masyarakat ketika membahas masalah
politik.
7. Tingkat toleransi
yang menurun di masyarakat
Menghormati segala
bentuk perbedaan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kita tidak seharusnya membedakan sikap kepada orang lain hanya
karena perbedaan agama, adat, ras, suku, kondisi fisik, ekonomi, tingkatan
pendidikan maupun hal lainnya.
8. Terhambatnya
kemajuan ekonomi
Aspek ini bisa
menyebabkan kesenjangan finansial antara si kaya dan si miskin. Di samping itu,
terhambatnya kemajuan ekonomi juga dapat membuat jumlah pengangguran meningkat.
Hal-hal seperti ini pada akhirnya akan menimbulkan kriminalitas dan perpecahan
di masyarakat.
Cara Mencegah
Disintegrasi Bangsa:
1. Mengajarkan
patriotisme
Pemerintah harus
mengajarkan jiwa patriotisme (cinta tanah air) kepada masyarakat demi mencegah
munculnya perpecahan di tengah masyarakat. Di samping itu, masyarakat juga akan
menyadari bahwa kepentingan negara jauh lebih penting dibanding kepentingan
kelompok maupun pribadi.
2.
Menghilangkan primordialisme
Primordialisme adalah
sebuah sikap atau pandangan yang memegang kuat hal-hal yang dibawa sejak kecil.
Misalnya seperti kepercayaan, adat-istiadat, tradisi dan sebagainya.
Primordialisme yang sempit seperti ini dapat mempengaruhi stabilitas bernegara.
Maka dari itu, kita harus meninggalkannya secepat mungkin.
Di sisi lain, pemegang
kekuasaan harus menghindari tindakan yang bisa menimbulkan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Karena, hal itu bisa memicu munculnya ketidakpercayaan
masyarakat sehingga masyarakat cenderung melakukan perlawanan dan mengakibatkan
disintegrasi bangsa.
3.
Selektif dalam memilah informasi
Saat ini ada banyak
pihak yang berusaha memecah belah bangsa dengan cara menyebarkan isu-isu
sensitif, terutama yang berhubungan dengan suku, agama, ras, dan antar golongan
(SARA).
Kondisi ini terjadi
karena setiap orang bisa dengan mudah menyebarkan isu-isu negatif melalui media
sosial. Maka dari itu, kita harus lebih selektif dan berpikir cerdas dalam
memilih dan membaca informasi yang beredar di internet.
Terutama berita yang
sedang viral, karena tidak semua berita itu terbukti benar. Kita harus selalu
mengecek kebenaran berita-berita viral yang kita temukan dan jangan sampai
mudah termakan oleh berbagai isu di internet.
4.
Meningkatkan kepercayaan masyarakat
Pemerintah harus terus
berusaha meningkatkan kepercayaan masyarakat, karena hal ini menjadi salah satu
cara untuk mencegah terjadinya disintegrasi bangsa. Jika tidak, masyarakat yang
kehilangan kepercayaan akan menilai lembaga negara sudah tidak memiliki
netralitas dan kredibilitas.
Pemerintah harus
menunjukkan dengan bukti nyata bahwa mereka hadir untuk rakyat, bukan untuk
kepentingan sendiri dan kelompoknya.
5.
Melawan Berbagai Gerakan Separatis
Selain membangun
kepercayaan masyarakat, pemerintah pun harus melawan berbagai tindakan dari
gerakan separatis yang bisa muncul dan mengganggu stabilitas negara.
Gerakan separatis
seringkali muncul akibat perpecahan di masyarakat. Perpecahan ini timbul karena
adanya rasa ketidakadilan dan tidak puas terhadap kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah.
Tak hanya itu,
pemerintah pun harus mengedukasi masyarakat tentang gerakan separatis
menggunakan bukti yang jelas dan kuat.
Di sisi lain, sebagai
masyarakat, kita juga harus mengimbangi usaha pemerintah dengan cara
membentengi diri dari informasi menyesatkan.
Perlu digaris bawahi,
gerakan separatis masih ada sampai saat ini. Buktinya bisa dilihat pada
serangan-serangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua yang ingin
melepaskan diri dari NKRI.
Serangan-serangan
tersebut mengakibatkan terganggunya keamanan negara dan memakan banyak korban
jiwa
Contoh Disintegrasi
Bangsa yang Pernah Terjadi di Indonesia
1. Pemberontakan
Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun
Pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI) Madiun terhadap pemerintahan Soekarno terjadi pada
tanggal 18 September tahun 1948. Penyebab utamanya adalah munculnya perbedaan
ideologi antara Pancasila dan Komunis.
Berawal dari Amir
Syarifuddin yang merasa sakit hati karena diberhentikan dari posisinya sebagai
menteri. Amir kemudian membentuk sebuah organisasi yang bernama Front Demokrasi
Rakyat (FDR).
Dia menggabungkan tiga
partai besar komunis, yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI), Barisan Tani
Indonesia (BTI) dan Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dengan tujuan untuk
menjatuhkan kabinet Mohammad Hatta.
Ini dilakukan agar
paham komunis dapat disebarluaskan secara maksimal hingga ke seluruh penjuru
Indonesia.
2.
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Yang kedua adalah
pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang terjadi pada tahun 1950. Pada
tanggal 25 April 1950, Dr. Christian Robert Soumokil mendirikan Republik Maluku
Selatan (RMS). Dia melakukan ini sebagai bentuk penolakan atas berdirinya NKRI.
Saat itu, Soumokil
merasa tidak setuju jika daerah-daerah di Negara Indonesia Timur (NIT)
digabungkan ke dalam wilayah NKRI. Karena itulah, dia mencoba melepaskan Maluku
Tengah dan NIT dari Republik Indonesia Serikat.
Pemerintah merasa
kehadiran RMS dapat menjadi ancaman serius untuk keutuhan Republik Indonesia
Serikat, maka dari itu dikirimlah Dr. J. Leimena dengan misi perdamaian.
Sayangnya, langkah ini ditolak oleh Soumokil.
Pemerintah lantas
memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi militer dan akhirnya kota Ambon bisa
dikuasai pada bulan November 1950. Yup, pemerintah berhasil menghentikan
pemberontakan RMS. 13 tahun kemudian, tepatnya pada 12 Desember 1963, Soumokil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.
3.
Pemberontakan Andi Aziz
Pemberontakan Andi Azis
dimulai dengan berakhirnya Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949. Dalam
konferensi itu, Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger (KNIL)–angkatan perang
Belanda dibubarkan dan Negara Indonesia Timur ditetapkan menjadi bagian dari
Republik Indonesia Serikat (RIS).
Andi Azis menentang
keputusan ini karena tidak setuju jika NIT harus menjadi bagian dari RIS. Sejak
awal dia memang ingin agar Indonesia menjadi sebuah negara federasi.
Selain itu, dia juga
tidak setuju jika KNIL harus bergabung dengan TNI dan berada di bawah Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Pada tanggal 5 April 1950, Andi Azis
dan pasukannya lalu menyerbu markas APRIS yang ada di Makassar dan berhasil
menduduki markas ini.
Dua hari kemudian, 7
April 1950, pemerintah RIS mengirimkan 12.000 pasukan ekspedisi yang dipimpin
langsung oleh Letnan Kolonel Kawilarang. Karena hal ini, kondisi di Makassar
menjadi kacau balau sehingga pada tanggal 8 April 1950, Pemerintah RIS
memberikan ultimatum kepada Andi Azis untuk melapor ke Jakarta.
Andi Azis menolak
berangkat ke Jakarta dan dia kemudian dicap sebagai pemberontak oleh Soekarno.
Soekawati yang menjadi Presiden NIT saat itu mengetahui hal ini, dia lalu
meminta Andi Azis untuk menyerahkan diri.
Akhirnya pada tanggal
15 April 1950, Andi Azis berangkat ke Jakarta dan dijatuhi hukuman 14 tahun
penjara.
4.
Pemberontakan PRRI dan PERMESTA
PRRI adalah kependekan
dari Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, sementara PERMESTA adalah
kependekan dari Perjuangan Rakyat Semesta. Dua organisasi ini melakukan
pemberontakan pada bulan Februari 1958 di wilayah Sumatera dan Sulawesi.
Mereka merasa saat itu
ada ketimpangan pembangunan di antara pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah
daerah Sumatera dan Sulawesi merasa bahwa pembangunan hanya fokus dilakukan di
pusat.
Jadi, pemberontakan
PRRi dan Permesta ini adalah upaya untuk mendapatkan otonomi daerah yang lebih
luas lagi. Pelopor utama pemberontakan ini berasal dari kalangan militer
daerah.
Untuk mencegah
pemberontakan semakin meluas, pemerintah pusat lalu mengadakan operasi militer
yang dipimpin oleh Tentara Negara Indonesia untuk memberantas PRRi dan Permesta.
Pada bulan Agustus
tahun 1958, pemerintah berhasil menghentikan pemberontakan ini. Tiga tahun
kemudian, Presiden Soekarno memberikan penghapusan hukuman atau amnesti kepada
mantan anggota PRRI dan Permesta.
5.Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI /
TII)
a. DI / TII Jawa Barat
(Kartosuwirjo)
Pemberontakan DI/TII
yang dipimpin oleh
Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirjo (S. M. Kartosuwirjo)
, pada masa pergerakan
nasional Kartosuwirjomerupakan tokoh pergerakan Islam Indonesia yang disegani.
Selama masaJepang, Kartosuwirjo menjadi anggota Masyumi. Dalam
kehidupannya,Kartosuwirjo mempunyai cita-cita untuk mendirikan Negara Islam
Indonesia.Untuk mewujudkan itu, Kartosuwirjo mendirikan sebuah pesantren
diMalangbong, Garut, yaitu Pesantren Sufah. Pesantren Sufah selain
menjaditempat menimba ilmu keagamaan juga dijadikan sebagai tempat
latihankemiliteran
Hizbullah dan sabillah
. Dengan pengaruhnya,
Kartosuwirjo berhasil mengumpulkan banyak pengikut yang kemudian dijadikan
sebagai latihan kemiliteran.
mulai merintis usaha mendirikan Negara Islam
Indonesia (NII). Proklamasi NIIsendiri baru dilaksanakan pada 7 Agustus
1949.Pemerintah RI berusaha menyelesaikan persoalan ini dengan cara
damai.Pemerintah membentuk sebuah komite yang dipimpin oleh
Mohammad Natsir
(Ketua Masyumi). Namun,
komite ini tidak berhasil merangkul kembaliKartosuwirjo ke pangkuan RI.Karena
itu, pemerintah secara resmi melakukan operasi penumpasangerombolan DI/TII yang
disebut dengan operasi pagar brtis.
Kartosuwirjo akhirnya
ditangkap pada 4 Juli 1962. b)
b. DI / TII Jawa Tengah
Dipimpin oleh Amir
fattah
yang ada di Brebes,
Tegal, Pekalongan.Gerakan ini bergabung dengan Kartosuwirjo di Ja-Bar . Amir
lalu diangkatsebagai Komandan Pertempuran Jawa Tengah & mengadakan
proklamasi NII pada 23 Agustus 1949.Untuk menumpasnya digunakan Operasi Gerakan
Benteng Negara,dengan pimpinan Letkol Sarbini, M. Bachrun, & Ahmad Yani.
Namun tidak berhasil & sekali lagi
pada Juni 1954 dengan Operasi Guntur DI / TII berhasilditumpas.
c)DI / TII Kalimantan
Selatan
Dipimpin oleh Ibnu
Hadjar (Haderi bin Umar), mantan letnan 2 TNI,dengan pasukannya “Kesatuan
Rakyat Yang Tertindas” menyerang pos-pos TNI pada Oktober 1950.Ibnu Hadjar
pernah menyerahkan diri pada pemerintah, namun saat iamemiliki lagi
persenjataan ia memulai lagi pemberontakannya (1959) & dihukummati pada 22
Maret 1965.
d)DI / TII Sulawesi
Selatan
Dipimpin Kahar
Mudzakar, ia diperintah ke Sulawesi untuk memimpinlaskar-laskar perjuangan
namun ia bergabung kedalam Komando GerilyaSulaawesi Selatan & meminta semua
anggota KGGS masuk APRIS namunmemberikan kebijakan lain. Namun, Kahar Mudzkar
menolaknya & pada Agustus 1951 menyatakanSulawesi anggota NII pimpinan
Kartosuwirjo. Gerakan ini sulit dipatahkan,naming padaFebruari 1965 ia berhasil
ditembak mati dan berakhirlah gearkan ini.
e)DI / TII Aceh
Dimulai dengan
"Proklamasi"Daud Beureuehbahwa Aceh merupakan bagian "Negara
Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo padatanggal20
September 1953.Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur
Militer Daerah Istimewa Aceh" saat agresi militer pertama Belanda pada
tahun 1947.Sebagai Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah
Aceh danmenguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer.Sebagai
seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureuhtidak sulit
memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat
Pemerintah Aceh, khususnya di daerahPidie. Untuk beberapawaktu lamanya Daud
Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusaisebagian besar daerah Aceh
termasuk sejumlah kota.
[Sesudah bantuan datang
dariSumatera UtaradanSumatera Tengah,operasi pemulihan keamanan ABRI (
TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelahdidesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh
meneruskan perlawanannya dihutan-hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan
Daud Beureuh ini dilakukandengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat
Aceh" pada 17-28 Desember 1962atas prakarsa Panglima Kodam I Iskandar
Muda, Kolonel MuhammadYasin.
3.Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA)
Dilatar belakangi
karena pembentukkan Angkatan Perang Republik IndonesiaSerikat (APRIS). Saat
pembentukkan APRIS banyak ketegangan-ketegangan antar TNI & mantan anggota
tentara Belanda.Para tentara yang kecewa lalu membentuk APRA (berjumlah sekitar
800 orang)dibawah pimpinan Kapten Raymond Westerling, pada saat 23 Januari
1950menyerang Bandung.Dalam suatu pertempuran antar APRA & TNI (24 Januari
1950) berhasilmengalahkan sisa prajurit APRA, namun Westerling melarikan diri
& ingin bekerjasama dengan Sultan Hamid II. Tapi, gagal & Sultan Hamid
II berhasil dibekuk,sedangkan Westerling kabur keluar negri menumpang pesawat
Belanda.
6.Gerakan 30 September
1965 (G 30 S/PKI)
Gerakan 30 September
1965 oleh Partai Komunis Indonesia adalah tanda awalnya berpindah masa Orde
Lama & Orde Baru.
Tindakan &
Perluasan Pengaruh PKI dalam Masyarakat
PKI mulai berpengaruh
sejah 1959, perkembangan PKI semakin pesatsejak tidak adanya lagi pesaingnya
(Masyumi & Partai Sosialis Indonesia) pada1960. Pada 1963, PKI melakukan
aksi sepihak yaitu mengambil alih lahan / tanahmilik pemerintah / penduduk. Hal
ini memicu munculnya para anti-PKI.Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) sebagai
pendukung PKI di bidangkebudayaan mulai memunculkan anti-Lekra. Hingga pada
akhirnya pada 17Agustus 1963 sebuah pernyataan dikeluarkan & dikenal
sebagai ManifestoKebuyaan (Manikebu).Lalu segala hal semakin berlarut-larut
dimulai dari, pelarangan Manikebu, penyusupan PKI di dalam TNI &
kepolisian, hingga pelarangan organisasiantikomunis. Hingga pada 14 Januari
1965, meminta pemerintah untuk mempersenjatai buruh & petani. Meski gagal
direalisasikan namun keberanianPKI melatih warga sipil dengan alasan sebagai
pasukan dwikora mulai mebuatcuriga para antikomunis.Hingga muncul surat kaleng
yang mengatasnamakan Gilchrist(duta besar Inggris) pada Dr. Subandrio, Wakil
Perdana Menteri I pada 15 Mei 1965,membuat keadaan semakin memburuk. Ditambah
lagi desas-desus kesehatanSoekarno yang tidak baik.
Pelaksanaan G 30 S/PKI
Pasukan dibawah Letkol
Untung Sutopo melakukan aksi bersenjata padatengah malam penghujung 30
September atau awal 1 Oktober 1965. Aksinyayaitu menculik & membunuh para
perwira angkatan darat, & mereka berhasilmenangkap sebanyak 6 orang, yaitu,
Letjen Ahmad Yani,
Mayjen R Suprapto,Mayjen Harsjo Mas Tirtodarmo, Mayjen Suwondo Parman, Brigjen
DonaldIzacus Panjaitan & Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
. Selain itu masih ada
beberapa orang yang menjadi korban kejadian itu (Seperti Putri Jendral
Nasution).Pada 1 Oktober 1965, melalui RRI Letkol Untung Sutopo menyebarkan
berita tenatang G 30 S/PKI & berhasil menggagalkannya. Dan mulailah
dibentuk dewan revolusi, penghapusan cabinet, dsb.
Penumpasan G 30 S/PKI
Panglima Komando
Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad)Mayjen Soeharto segera mengisi
kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan olehJendral Ahmad Yani & memulai
menumpas G 30 S/PKI.Pada 2 Oktober 1965, Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD)segera berhasil menguasai markas pemberontak di Jakarta, disusul yang
lainnya& mulai menemukan jejak-jejak mayat para perwira TNI.
Ancaman Disintegrasi
Bangsa Pasca
Reformasi Ancaman
disintegrasi bangsa pasca kemerdekaan terutama pasca Reformasi terjadi dalam
berbagai bentuk tindakan yang anarkhis dan terjadi di berbagai tempat yang
dalam bingkai NKRI. Citra NKRI sebagai negara yang ramah dan berbudaya serta
penuh dengan santun sudah mulai luntur ditelan oleh derasnya gelombang arus
reformasi itu sendiri. Kemunculan konflik yang berbasis primordial dengan
sebab-sebab yang tidak terduga telah memberikan wajah baru pada NKRI Salah satu
penyebab konflik itu sendiri kadang-kadang terjadi karena adanya pandangan
bahwa pluralitas, suku, agama, ras, dan antar golongan lah yang
dianggap sebagai
penyebab utama konflik.Memang secara sadar kita harus mengakui
bahwa pasca Reformasi
telah terjadi ancaman disintegrasi bangsa yang
mencakup lima wilayah.
Pertama, kekerasan memisahkan diri di Timor-Timur
setelah jajak pendapat
tahun 1999 yang pada akhirnya lepas dari cengkraman NKRI.
Kedua, kekerasan
komunal berskala besar, baik antar agama, intra agama, dan antar
etnis yang terjadi di
beberapa wilayah seperti Kalimantan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan
Kalimantan tengah. Ketiga, kekerasan yang terjadi dalam skala
kota dan berlangsung
beberapa hari seperti Peristiwa Mei 1998. Keempat,
kekerasan sosial akibat
main hakim sendiri seperti pertikaian antar desa dan lain
sebagainya. Kelima,
kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti di Bali dan
Jakarta.Dengan latar
belakang seperti di atas, maka pemerintah harus pandai dalam melakukan analisa
terhadap pengaruh lingkungan strategi. Setidaknya ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu Pertama, dalam mengatasi separatisme, gerombolan bersenjata,
radikal kiri dan kanan seperti RMS, PKI dan lain sebagainya yang merupakan
ancaman serius bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu pemerintah harus tanggap
dan cepat bertindak dalam menghadapi
permasalahan tersebut,
untuk itu pemerintah harus bertindak tegas dalam menyelasaikan masalah
separatis maupun sejenisnya demi keutuhan bangsa dan
negara serta tidak membiarkan
kondisi ini terus berlarutlarut. Kedua, sebagai bangsa
yang heterogen
Indonesia memiliki bermacammacam suku, budaya, agama dan adat istiadat
berpeluang besarUsaha-usaha Penyelesaian masalah Disintegrasi Bangsa Pasca
KemerdekaanIndonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro
dan kontra yang disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi
sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan rakyat
kecil sudah mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih baik bil dibandingkan
dengan saat ini. Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari
sudut pandang harga kebutuhan pokok
sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya satu hal tersebut yang ada di
benak mereka. Kemudian ada kelompok masyarakat yang selalu menuntut kebebasan,
dan oleh kelompok yang lain dikatakan sudah keblabasan.
Kemudian timbul kembali
pertanyaan apa itu Reformasi? Yang jelas bangsa Indonesia semua menginginkan
kehidupan yang lebih baik melalui reformasi setelah hidup di era Orde Baru.
Dengan demikian bangsa ini sudah mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki
pegangan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini
dalam upaya untuk bangkit kembali, yaitu:
• Pancasila dan UUD
1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat
yang paling bawah,
dalam rangka pemahaman dan penghayatan.
• GBHN yang pernah ada
yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam membangun bangsa dan negara
perlu dihidupkan
kembali
• Para tokoh dan elite
bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi contoh rakyat,jangan selalu
berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok atau partai
politiknya.
• Budaya bangsa yang
adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan dilaksanakan oleh bangsa ini
yaitu budaya saling hormatmenghormati.Selain beberapa hal di atas pencegahan
disintegrasi bangsa juga sangat berkaitan dengan kondisi moral sosial
masyarakat. Pada hakikatnya penanaman moral melalui berbagai cara sudah sering dilakukan
setiap hari, baik melalui seruan agama oleh para kyai, ustad, pemuka agama di
masyarakat dan lain-lain. Akan tetapi usaha dalam membuka kembali fakta sejarah
mengenai sejarah berdirinya bangsa dan negara Indonesia masih sering terabaikan.
Padahal pengalaman nenek moyang serta para pejuang bangsa
merupakan pelajaran
yang tidak kalah besar perananya dalam pembentukan
moral, watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Grosby, S. (2011).
Sejarah Nasionalisme, Asal-usul Bangsa dan Tanah Air. Yogyakarta. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Muljana, S. (2008). Kesadaran Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan.
Yogyakarta: LKiS
Pelangi Aksara. Yoman, D. S. S. (2011). Integrasi Belum Selesai, Komentar
Kritis atas
Papua Road Map.
Jakarta: Endrawasih Press. Undang-undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Otonomi
daerah
Sumber
id.wikipedia.orgSupriatna,
Nana. 2007. Sejarah kelas XII SMA IPS. Jakarta: Grafindo
Post a Comment for "DISINTREGASI BANGSA INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN"