BAB 10 BATUAN BEKU
Urutan
Kristalisasi
Pembentukan batuan beku dapat dilihat
ketika erupsi gunung api, yaitu pada saat pipa kepundan mengeluarkan
lelehan-lelehan silikat yang cair pijar (lava) yang kemudian membeku sebagai
batuan. Jika dilihat susunannya, bagian-bagian batuan beku tidak mempunyai
warna yang sama. Seperti warna kemerah-merahan, kelabu, putih, coklat, hijau,
atau hitam. Hal ini disebabkan karena mineral-mineral yang telah dipijarkan.
Pada umumnya mineral-mineral yang menghablur dalam batuan tidak mempunyai
bentuk yang baik. Tetapi jika mineral tersebut berkembang dengan leluasa, maka
akan terjadi hablur (kristal) yang teratur.
Pada saat proses penghabluran dari
magma, perkembangan mineral-mineral pada batuan sering terganggu. Contohnya
yaitu magma yang menghasilkan batuan granit, yang mempunyai susunan kimia
tertentu. Mineral-mineral yang terbentuk pertama sekali pada umumnya mempunyai
bentuk sendiri, disebut idiomorf. Sedangkan mineral-mineral yang terbentuk
setelahnya tidak lagi dapat menghablur dalam bentuk sendiri akan tetapi satu
bentuk asing yang disebut xenomorf.
Urutan-urutan kristalisasi pada batuan
beku, yaitu mineral-mineral Fe-Mg menghablur terlebih dahulu, setelah itu
Felspar, dan akhirnya Kwarsa, yang mengisi tempat—tempat antara kedua mineral
tadi.
Pembagian
Genetik Batuan Beku
Salah satu pembagian batuan beku yang
umum yaitu didasarkan pada cara terjadinya atau genesis dari batuan beku.
Misalnya:
·
Batu Granit,
yang tergolong batuan dalam, dikarenakan terbentuknya didalam bumi, kira-kira
3-4 km di bawwah permukaan bumi (Von Wolf).
·
Batuan Dalam,
yang disebut juga batuan plutonik (dari pluto, dewa bawah tanah) atau batuan
abisik, yang pada umumnya mempunyai struktur holokristalin
·
Batuan lelehan,
yang pada umumnya mempunyai struktur porfir, atau setengah kristalin.
Berkembang 2/3 generasi.
·
Batuan Obsidian
atau Batukaca, terdapat disekitar gunung api Indonesia. Jika dipanaskan, maka
gas-gas yang ada didalamnya akan keluar, dan terbentuk batuapung.
·
Batuan Gang
(hypo-abisik), batuan peralihan antara struktur holokristalin dan porfit. Jika
didekat dapur magma batuan ini berstruktur holokristalin, tapi jika didekat
permukaan bumi batuan ini berstruktur porfit.
Pembagian Kimia
Batuan Beku
Dengan cara menghitung banyaknya
prosentase tiap-tiap zat. Persentase kimia digabungkan dalam kumpulan-kumpulan
tertentu, seperti alkali, oksida, logam-logam, dsb.
Pembagian Mineralogi
Batuan Beku
Dapat dibagi dalam dua bagian besar,
yaitu: Klasifikasi Kwalita, yaitu klasifikasi berdasarkan susunan mineral,
struktur, umur, geologi, serta posisi geologi dari batuan ini. Sedangkan
Klasifikasi Kwantita, dilakukan dengan cara menghitung susunan modal dari
batuan beku, dan kemudian menyusunbatuan-batuan ini kedalam kelas.
Syenit
Batuan syenit biasanya mempunyai susunan mineralogi
yang hampir sama dengan batuan granit, tetapi tidak mengandung kwarsa. Warnanya
lebih tua dan jarang sekali ditemui. Batuan lelehan syenit disebut porfirsyenit
atau trachyt, yang mengandung mineral sanidin (bentuk seperti gelas dan serupa
es).
Diorit
Batuan Diorit tersebar dalam pegunungan-pegunungan
lipatan. Bertambahnya mineral ferro-magnesium menyebabkan warnanya lebih tua
dibandingkan batuan granit.
Andesit
Batuan ini biasanya berwwarna kelabu dengan
fenokrist hornblenda dalam bentuk jarum panjang. Batuan ini banyak terdapat di
sekitar gunung api, dan tempat penemuan yang terkenal adalah gunung mesigit di
Jawa Barat.
Gabbro
Batuan ini berwwarna hitam, karena sebagian besar
dari mineral yang membentuk batuan ini adalah mineral-mineral piroksin dan juga
olivin. Plagioklas yang terdapat dalam batuan ini tergolong plagioklas basa
dengan kadar anortit yang tinggi. Batuan ini di temukan di daerah Jawa,
disebelah selatan Teluk Tjiletu, Pegunungan Djiwo dan Seraju.
Post a Comment for "BAB 10 BATUAN BEKU"