Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

 Kedatangan Jepang di Indonesia

Jepang kali pertama mendarat di Indonesia melalui Tarakan, Kalimantan Timur, pada 11 Januari 1942.

Jepang yang sedang terlibat dalam Perang Pasifik, datang ke Tarakan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi dan alumunium.

Kedatangan Jepang kemudian memukul mundur pasukan Hindia Belanda yang kala itu juga pergi ke Tarakan untuk mengeruk sumber daya alam.

Setelah itu, Jepang juga menduduki wilayah-wilayah lain di Indonesia, yakni Pontianak pada 29 Januari 1942, Samarinda pada 3 Februari 1942, dan Banjarmasin pada 10 Februari 1942.

Pendudukan Jepang pun lantas meluas hingga ke Jawa. Jepang berhasil menguasai Batavia dan seluruh Pulau Jawa sehingga kemudian membuat Belanda menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1942.

Belanda menyatakan menyerah kepada Jepang dalam sebuah perundingan yang terjadi di rumah dinas seorang perwira di kawasan Landasan Udara Kalijati, Subang.

Perundingan yang dikenal sebagai Perjanjian Kalijati itu menghasilkan kesepakatan dalam dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang.

Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati, Belanda harus hengkang dan Indonesia resmi menjadi jajahan Jepang.

 

Sambutan rakyat Indonesia kepada Jepang

Pada awal kedatangannya, Jepang mendapatkan sambutan baik dari rakyat Indonesia karena dianggap telah membebaskan Nusantara dari jajahan Belanda.

Jepang juga memberikan janji kemerdekaan bagi Indonesia serta berniat membantu mengusir penjajah Belanda.

Jepang mengambil simpati rakyat dan seolah mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui berbagai cara. Salah satunya dengan memutar lagu Indonesia Raya melalui radio pada awal kedatangannya.

 

Latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia

Perang Dunia II (World War II) terjadi di dua benua. Di Eropa, Nazi Jerman melawan pasukan Sekutu. Di Asia, Jepang melawan Sekutu. Jerman dan Jepang berpaham fasisme ingin menguasai negara-negara di dunia.Perang Dunia II di Asia dikenal dengan Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Jepang berusaha membangun imperium di Asia.

Perang Dunia II di Asia dimulai pada 8 Desember 1941 saat tentara Jepang (Dai Nippon) mendadak menyerang Pearl Harbor di Hawaii, pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat terbesar di Pasifik.Pasukan Jepang dipimpin Laksamana Yamamoto bergerak sangat cepat menuju selatan termasuk ke Indonesia. Setelah Jepang menyerang Pearl Harbor, Gubernur Henderal Hindia Belanda, Alidius Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer mengumumkan perang dengan Jepang.

 

Pendaratan Jepang di Indonesia

Pasukan Jepang sejak awal berusaha menguasai Indonesia sejak pecah perang Pasifik. Alasannya, Angkatan Perang Jepang (Dai Nippon) membutuhkan minyak bumi dan bahan mentah lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan angkatan perangnya.

Pada 10 Januari 1942, tentara Jepang telah mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur kemudian disusul dengan penguasaan daerah Balikpapan, Pontianak dan Banjarmasin.

Daerah-daerah pertambangan minyak di Kalimantan dengan mudah dikuasai Jepang. Tentara Jepang bergerak ke Suamtera, menduduki Palembang pada 14 Februari 1942. Sehingga makin mudah merebut Pulau Jawa.

Tentara Jepang menjalankan siasat perang kilat (Blitz Krieg) untuk mewujudkan Imperium Asia Timur Raya. Dalam menghadapi ekspansi Jepang, Sekutu membentuk ABDACOM (American, British, Dutch, Australian Command) dengan markas di Lembang, Bandung.

Sementara itu Letjend Hein Ter Poorten diangkat sebagai Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL). Namun dalam waktu relatif singkat tentara Jepang dapat menguasai hampir seluruh kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

 

Alasan pendudukan Jepang di Indonesia

Kedatangan tentara Jepang yang mengusir imperialis Belanda bertujuan bukan untuk membebaskan rakyat Indonesia, tetapi ada maksud tertentu.

Faktor-faktor utama kedatangan Jepang ke Indonesia adalah:

Indonesia kaya hasil tambang, sehingga menunjang untuk keperluan perang.

Indonesia terdapat bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri Jepang.

Indonesia memiliki tenaga manusia atau SDM (man power) yang banyak sehingga dapat mendukung usaha Jepang.

Ambisi Jepang untuk mewujudkan Hakko Ichi-u yaitu pembentukan imperium yang meliputi bagian besar dunia yang dipimpin Jepang.

Kepentingan migrasi, maksudnya wilayah Jepang yang sempit sedangkan jumlah penduduk banyak maka dibutuhkan tempat bagi pemerataan penduduk.

 

Pendudukan Jepang di Indonesia

Markas besar Kemaharajaan Jepang membentuk tentara umum selatan, yang meliputi:

 

Tentara ke-14 dipimpin Letjend Honma Masaharu dengan wilayah operasi di Philipina.

Tentara ke-15 dipimpin Letjend Iida Shojiro dengan wilayah operasi di Thailand dan Burma.

Tentara ke-16 dipimpin Letjend Imamura Hitoshi dengan wilayah operasi di Indonesia (Hindia Belanda).

Tentara ke-25 dipimpin Letjend Yamashita Tomoyuki dengan wilayah operasi di Malaya (Malaysia).

Selain itu, terdapat beberapa divisi dalam struktur pasukan tersebut. Pada 1 Maret 1942, tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang yang dipimpin Letjend Hitoshi Imamura telah mendarat di Pulau Jawa di tiga tempat, yaitu:

Di teluk Banten, Jawa Barat

Di Eretan Wetan, Jawa Barat

Di Kragan, Rembang, Jawa Barat

Tentara Jepang dengan mudah merebut kota-kota penting di Jawa seperti Batavia, Bandung dan lain-lain. Pada 8 Maret 1942, Letjend Hein Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda dan atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia menyerah tanpa syarat kepada pasukan Jepang.

Perundingan penyerahan tersebut berlangsung di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Dalam Perundingan Kalijati, dari Jepang diwakili Gubernur Jenderal Imamura, sedangkan dari pihak Belanda diwakili Gubernur Jenderal Tjarda dan Jenderal Ter Poorten. Pada 8 Maret 1942 dimulai zaman pendudukan Jepang di Indonesia.

 

Tujuan Kedatangan Jepang

Dikutip dari buku "Ilmu Pengetahuan Sosial 3" oleh Ratna Sukmayani dkk., kedatangan Jepang ke Indonesia memiliki tujuan antara lain:

- Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil bahan mentah dan bahan bakar untuk kepentingan industri Jepang

- Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang, karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak

- Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.

Sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Jepang melakukan beberapa aksi propaganda sebagai strategi untuk menarik simpati masyarakat Indonesia.

Berikut beberapa propaganda yang dilakukan Jepang antara lain:

- Jepang mengaku sebagai 'saudara tua' bagi bangsa-bangsa di Asia, termasuk Indonesia.

- Jepang berjanji akan membebaskan Asia dari penindasan bangsa Barat. Hal ini yang berhasil menarik simpati masyarakat Indonesia, bahkan kedatangan Jepang disambut baik.

- Jepang memperkenalkan semboyan yang dibuatnya. Semboyan itu disebut dengan

Gerakan 3A, yang berbunyi "Jepang Pemimpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia".

- Jepang menjanjikan kemudahan bagi Indonesia dalam melakukan berbagai kegiatan, seperti janji menunaikan ibadah haji, menjual barang dengan harga murah yang disebut dengan sistem politik dumping.

- Pada awal kedatangannya, Jepang berhasil menarik simpati dan dukungan masyarakat Indonesia karena berjanji akan memperbolehkan Indonesia mengibarkan benderanya bersama dengan bendera Jepang

- Indonesia diperbolehkan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama lagu kebangsaan Jepang, yaitu Kimigayo.

Namun, sederet janji di atas hanya sementara, sebab sikap baik itu berubah setelah sekian waktu Jepang menduduki Indonesia. Sejak awal, Jepang berlaku demikian hanya demi kepentingan pemerintahannya yang pada saat itu sedang menghadapi perang.

 

Latar Belakang

Jepang adalah salah satu negara yang terlibat dalam Perang Dunia II, yang berlangsung dari tahun 1939 hingga 1945. Jepang berada di pihak Poros, bersama dengan Jerman dan Italia, yang bertentangan dengan Sekutu, yang terdiri dari Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Uni Soviet, dan lain-lain. Dalam rangka memperluas wilayah kekuasaan dan sumber daya alam, Jepang melakukan serangan ke berbagai negara di Asia dan Pasifik, termasuk Indonesia.

Indonesia saat itu masih berada di bawah penjajahan Belanda, yang dikenal dengan nama Hindia Belanda. Belanda juga merupakan salah satu negara Sekutu yang menjadi musuh Jepang. Oleh karena itu, Jepang melancarkan invasi ke Indonesia pada awal tahun 1942. Dalam waktu singkat, Jepang berhasil mengalahkan pasukan Belanda dan menguasai seluruh wilayah Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda menandatangani perjanjian Kalijati, yang menyerahkan kekuasaan Hindia Belanda kepada Jepang secara tanpa syarat1

Tujuan

Jepang memiliki beberapa tujuan dalam menduduki Indonesia. Pertama, Jepang ingin menjadikan Indonesia sebagai basis militer untuk melawan Sekutu di Asia Tenggara dan Pmendukung perangnya melawan Sekutu. Ketiga, Jepang ingin menyebarkan pengaruhnya di Asia dengan menggalang kerjasama dengan bangsa-bangsa Asia yang dijajah oleh Barat. Keempat, Jepang ingin memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan2.

mendukung perangnya melawan Sekutu. Ketiga, Jepang ingin menyebarkan pengaruhnya di Asia dengan menggalang kerjasama dengan bangsa-bangsa Asia yang dijajah oleh Barat. Keempat, Jepang ingin memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan2.

 

Bidang-Bidang Kebijakan

Untuk mencapai tujuan-tujuannya tersebut, Jepang menerapkan berbagai kebijakan di bidang-bidang tertentu selama pendudukannya di Indonesia. Berikut ini adalah beberapa bidang kebijakan yang diterapkan oleh Jepang:

 

Bidang Ekonomi

Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, bank, dan perusahaan milik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat, dan mengendalikan harga untuk mencegah meningkatnya harga barang3. Jepang juga melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia, seperti minyak bumi, karet, timah, tembaga, emas, dan lain-lain. Selain itu, Jepang juga memaksa rakyat Indonesia untuk menanam tanaman ekonomi yang dibutuhkan oleh Jepang, seperti jarak pagar dan kapas4.

 

Bidang Sosial

Jepang menerapkan kebijakan romusha, yaitu kerja paksa bagi rakyat Indonesia untuk membangun proyek-proyek militer dan infrastruktur bagi Jepang. Romusha dilakukan tanpa memperhatikan hak-hak asasi manusia dan kesejahteraan rakyat. Banyak romusha yang meninggal karena penyakit, kelaparan, kelelahan, atau kekerasan4. Selain romusha, Jepang juga merekrut wanita-wanita Indonesia sebagai jugun ianfu atau pelacur tentara Jepang. Jugun ianfu dipaksa untuk melayani nafsu seksual tentara Jepang dengan ancaman atau tipu daya5.

Bidang Politik

Jepang membubarkan semua organisasi politik dan sosial yang ada di Indonesia sebelumnya. Jepang juga melarang segala bentuk pergerakan nasionalisme atau anti-Jepang. Siapa pun yang melawan atau menentang kebijakan Jepang akan ditindak dengan keras. Namun demikian, Jepang juga berusaha mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia dengan mengajak para tokoh nasional untuk bekerja sama dengan Jepang. Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi Indonesia, meskipun hanya sebagai alat propaganda.

 

Bidang Militer

Jepang membentuk beberapa organisasi militer dan semimiliter yang melibatkan rakyat Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Heiho (pasukan bantuan), PETA (Pembela Tanah Air), Giyugun (tentara sukarela), dan Seinendan (barisan pemuda). Organisasi-organisasi ini bertujuan untuk membantu Jepang dalam perang melawan Sekutu, sekaligus untuk mengawasi gerak-gerik rakyat Indonesia. Namun, organisasi-organisasi ini juga memberikan pelatihan dan pengalaman militer bagi rakyat Indonesia, yang nantinya berguna dalam perjuangan kemerdekaan.

 

Bidang Kebudayaan

Jepang menerapkan kebijakan kebudayaan yang bertujuan untuk menghapus pengaruh Barat dan menanamkan nilai-nilai Asia, khususnya Jepang, di Indonesia. Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda dan menggantinya dengan bahasa Jepang. Jepang juga menghapus semua buku-buku dan media massa yang berbau Barat. Jepang mempromosikan budaya Jepang, seperti shintoisme, bushido, dan kesetiaan kepada kaisar. Namun, Jepang juga mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar di sekolah. Jepang juga mendukung perkembangan sastra dan seni Indonesia yang bersifat nasionalis.

 

Dampak

Kebijakan-kebijakan Jepang selama pendudukan di Indonesia memiliki dampak yang beragam bagi rakyat Indonesia. Secara umum, dampak tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dampak negatif dan dampak positif.

 

Dampak Negatif

Dampak negatif dari kebijakan Jepang adalah sebagai berikut:

Rakyat Indonesia mengalami penderitaan dan kesengsaraan akibat eksploitasi dan penindasan oleh Jepang.

Rakyat Indonesia kehilangan hak-hak asasi manusia dan kemerdekaan berpendapat dan berorganisasi.

Rakyat Indonesia mengalami kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan kematian akibat kekurangan pangan, obat-obatan, dan fasilitas kesehatan.

Rakyat Indonesia menjadi korban kekerasan seksual dan pelecehan moral oleh tentara Jepang.

Rakyat Indonesia kehilangan identitas budaya dan nasional akibat asimilasi budaya Jepang.

 

Dampak Positif

Dampak positif dari kebijakan Jepang adalah sebagai berikut:

Rakyat Indonesia mendapatkan peluang untuk belajar bahasa Jepang dan mengenal budaya Asia lainnya.

Rakyat Indonesia mendapatkan pelatihan dan pengalaman militer yang berguna untuk mempersiapkan diri dalam perjuangan kemerdekaan.

Rakyat Indonesia mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh nasional yang bekerja sama dengan Jepang dalam hal politik dan sosial.

Rakyat Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar di sekolah.

Rakyat Indonesia mendapatkan inspirasi untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan anti-kolonialisme melalui sastra dan seni.

 

Sejarah Masuknya Jepang ke Indonesia

Pada tanggal 7 Desember 1941, secara mendadak Jepang menyerang Pearl Harbour yang merupakan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Hawaii.Serangan tersebut merupakan upaya Jepang untuk membangun suatu imperium di Asia dengan

mengobarkan perang di Pasifik. Akibatnya, Amerika menyatakan perang kepada Jepang dan membantu pasukan sekutu Eropa.

Jepang juga menyerbu Indonesia dengan mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur pada 11 Januari 1942. Kedatangan Jepang ini membuat pihak Belanda merasa terancam, karena beberapa daerah Indonesia berhasil Jepang rebut kekuasaannya.

Dikutip dari Modul Sejarah Kelas XI oleh Irma Samrotul, Jepang kemudian berhasil menguasai Kota Balikpapan (24 Januari 1942), Pontianak (29 Januari 1942), Samarinda (3 Februari 1942), Banjarmasin (10 Februari 1942), lalu Ambon (4 Februari 1942), Palembang (16 Februari 1942), Teluk Banten, Eretan Wetan, dan Kragen (28 Februari 1942).

Pada akhirnya pihak Belanda yaitu Gubernur Jenderal A.W.L.Tjarda van Starkenborgh Stachouwer mengaku menyerah tanpa syarat kepada Jepang lewat perjanjian Kalijati pada 8 Maret 1942. Sejak itu Indonesia dikuasai oleh Jepang dan penjajahan Belanda berakhir.

 

Kebijakan Masa Pendudukan Jepang

Selain melakukan propaganda, Jepang juga melakukan aksi nyata dengan membuat beberapa kebijakan bagi masyarakat Indonesia.

Dikutip dari buku Modul Sejarah Kelas XI oleh Irma Samrotul dan buku Pendudukan Jepang di Indonesia oleh Amelia, Jepang membentuk badan kerjasama untuk membujuk rakyat Indonesia, antara lain:

1. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)

Badan ini bertujuan untuk membujuk kaum Nasionalis dan intelektual agar memberi tenaga untuk mengabdi kepada Jepang.

2. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)

Badan ini terdiri dari berbagai macam profesi dokter, pendidik, dan kebaktian wanita pusat dan perusahaan.

Selain itu terdapat pula beberapa kebijakan Jepang pada bidang Sosial dan Ekonomi sebagai berikut.

 

1. Masyarakat Indonesia harus menjalani Romusha, yaitu kerja paksa. Romusha ini bahkan sampai memakan banyak korban jiwa akibat kekejaman Jepang.

2. Pemerintahan Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda dan diganti dengan bahasa Jepang.

3. Melaksanakan Kinrohosi, yaitu penyerahan bahan makanan secara besar-besaran untuk kepentingan militer Jepang. Akibatnya beras dan bahan pangan lainnya dirampas dan banyak rakyat menderita kelaparan.

4. Melakukan Jugun Ianfu, yaitu mempekerjakan para gadis sebagai wanita penghibur untuk pemuas nafsu militer Jepang. Para gadis tersebut ditipu akan disekolahkan, namun hal itu tidak terjadi.

5. Potensi SDA dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang jepang. Mereka juga menyita hasil perkebunan, pabrik, bank, dan perusahaan.

6. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya.

7. Masyarakat Indonesia diwajibkan menanam padi, pohon jarak, dan kapas yang nilai jualnya tinggi untuk kebutuhan Jepang.

8. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki dengan menunjang kegiatan bersifat otoriter yang menyengsarakan rakyat Indonesia.

9. Rakyat Indonesia dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa, dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini membuat rakyat semakin sulit dan hidupnya menderita.

 

Latar Belakang Jepang Datang ke Indonesia

Orang-orang Jepang sebenarnya sudah mulai masuk ke Indonesia sebelum Belanda menyerahkan wilayah tersebut pada tahun 1942.

Pada tahun 1937, dunia mengalami krisis ekonomi yang sangat parah. Namun, Jepang berhasil mengantisipasi dampak buruk dari resesi global tersebut. Menurut Onghokham dalam bukunya “Runtuhnya Hindia Belanda” (1987:30), Jepang adalah salah satu negara yang mampu selamat dari krisis moneter dunia.

Hal ini berbeda dengan Hindia Belanda yang saat itu sedang mengalami masalah ekonomi yang semakin parah. Karena situasi ekonomi yang buruk di Hindia Belanda, Jepang mampu masuk ke wilayah tersebut pada tahun 1938-1939 untuk berinvestasi pada pemerintah Hindia Belanda.

 

Selain itu, Jepang adalah salah satu negara utama yang menjadi tujuan ekspor komoditas dari Hindia Belanda yang didapatkan kekayaan alamnya di Nusantara.

Pada saat itu, Jepang menjadi pesaing negara-negara Eropa dalam perebutan pasar ekonomi, yang membuat mereka mampu masuk ke Indonesia pada tahun 1938-1939 untuk berinvestasi pada pemerintah Hindia Belanda.

Jepang masuk ke Indonesia dimulai pada bulan Oktober tahun 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan jabatan Konoe Fumimaro sebagai Perdana Menteri Jepang.

Meskipun pada akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak ingin melawan beberapa negara sekaligus, namun pada pertengahan tahun 1941 mereka menyadari bahwa untuk menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara, mereka harus menghadapi Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda sekaligus.

Hal ini semakin diperparah dengan embargo minyak bumi yang dilancarkan oleh Amerika yang sangat dibutuhkan oleh industri di Jepang dan keperluan perang.

Laksamana Isoroku Yamamoto, yaitu Panglima dari Angkatan Laut Jepang, membuat sebuah strategi perang yang agresif, yaitu dengan mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar.

Kekuatan pertama, yang terdiri dari 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak, dan lebih dari 1.400 pesawat tempur, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii pada 7 Desember 1941.

 

Sementara itu, kekuatan kedua, yang terdiri dari sisa kekuatan Angkatan Laut Jepang, akan mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina, Malaya dan Singapura, yang kemudian dilanjutkan ke Jawa. Seluruh operasi direncanakan selesai dalam waktu 150 hari dengan Admiral Chuichi Nagumo sebagai pemimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.

Pada 8 Desember tahun 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang pada Jepang. Kemudian  tiga hari setelahnya, Jerman menyatakan perang pada Amerika Serikat.

Hal ini menyebabkan Amerika Serikat bergabung dengan pasukan Sekutu dan terlibat dalam pertempuran di Eropa dan Asia Pasifik. Perang Pasifik ini juga berdampak besar pada perjuangan kemerdekaan negara-negara di Asia Timur, termasuk Indonesia.

Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah untuk mendapatkan sumber daya alam, terutama minyak bumi, untuk mendukung potensi perang dan industri mereka. Pulau Jawa direncanakan sebagai pusat dukungan untuk operasi militer di Asia Tenggara, serta Sumatra sebagai sumber minyak utama.

Jepang kemudian masuk ke Indonesia dan berhasil menduduki Tarakan yang kemudian diikuti pula dengan menguasai beberapa wilayah lain seperti Pontianak, Balipakakn pada 29 Januari dan 24 Januari tahun 1942.

Selanjutnya, pada 3 Februari 1942 dan 10 Februari 1942, Jepang berhasil mengambil alih Samarinda dan Banjarmasin dari Belanda. Setelah menguasai Kalimantan dan Maluku, pasukan Jepang melanjutkan ekspansi ke wilayah Sumatera.

Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang mengerahkan pasukan untuk menduduki Sumatera. Dua hari kemudian, tepatnya pada tanggal 16 Februari 1942, Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki. Keberhasilan ini membuat Jepang semakin bertekad untuk menguasai Jawa.

Jepang menduduki daerah Teluk Banten di Jawa Barat serta wilayah Kragan di Jawa Tengah pada awal bulan Maret tahun 1942. Akhirnya, Batavia (Jakarta) yang menjadi pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda direbut pada tanggal 5 Maret 1942, diikuti dengan keberhasilan mereka mengambil alih Bandung dua hari kemudian.

Pada tanggal 8 Maret 1942, Belanda dan Jepang bertemu di Kalijati, dekat Subang, Jawa Barat untuk melakukan perundingan. Dalam pertemuan tersebut, Belanda setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang.

Pada waktu yang sama, Gubernur Jenderal dari Hindia Belanda yaitu Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dan Letnan Jenderal Heindrik Ter Poorten, yang merupakan Komandan Angkatan Perang Belanda di Jawa, menyerahkan kekuasaannya atas wilayah Indonesia pada Jenderal Hitoshi Imamura sebagai wakil delegasi dari Dai Nippon.

Sejak saat itu, wilayah Indonesia berada di bawah pendudukan militer Jepang sampai Jepang kalah dalam Perang Asia Timur Raya, yang memungkinkan Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

 

Dampak Masa Penjajahan Jepang di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, sehingga beberapa negara seperti Belanda dan Jepang datang untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut. Setelah penjajahan, negara yang pernah menjajah mengaku sebagai saudara dengan orang Indonesia. Misalnya Jepang yang menyebut diri sebagai saudara tua Indonesia (Hakko Ichiu).

Pada 11 Januari 1942, Jepang pertama kali datang ke Indonesia dan memilih Tarakan, Kalimantan Timur sebagai wilayah pertama yang dituju. Hal ini dikarenakan Jepang sangat membutuhkan suplai bahan bakar minyak setelah hubungannya dengan Amerika Serikat terputus dan mencari wilayah yang memiliki sumber bahan bakar minyak, salah satunya Indonesia.

Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur yang pada saat itu dikuasai oleh Belanda. Pada awalnya, kedatangan Jepang ini disambut baik oleh rakyat Indonesia karena Jepang mengaku sebagai saudara tua dan menjanjikan untuk mengusir sekutu.

Rakyat Indonesia pun percaya dengan gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pemimpin Asia, dan Jepang pelindung Asia) yang diharapkan akan menjadi titik awal untuk melepaskan diri dari penjajahan.

Namun, kenyataannya sangat berbeda dari harapan. Gerakan 3A merupakan strategi Jepang untuk menguasai Indonesia dan melakukan eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Selama 3,5 tahun, Jepang berhasil menguasai Indonesia dan meninggalkan sejarah yang kelam karena kekejaman yang dilakukan.

Rakyat Indonesia mengalami penderitaan selama pendudukan Jepang, seperti siksaan fisik, pendetensian tanpa alasan yang jelas, perbudakan seks, kerja paksa yang tidak manusiawi, dan banyak kerugian lainnya.

Karena masa penjajahan Jepang di Indonesia selama 3,5 tahun lamanya meninggalkan beberapa dampak mulai dari bidang ekonomi, sosial hingga politik. Berikut penjelasannya.

 

1. Dampak di Bidang Politik

Pada saat awal pendudukan, Jepang berupaya untuk menghapus pengaruh barat di Indonesia dan mengumpulkan dukungan dari rakyat Indonesia. Salah satu cara yang

dilakukan adalah dengan menghapuskan penggunaan bahasa Belanda.

Selain itu, Jepang juga melakukan beberapa kebijakan politik, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Melakukan restrukturisasi pemerintahan

Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi dua bagian yaitu bagian yang dikuasai oleh angkatan darat (Rikugun) yang menguasai Sumatera dan Malaya dan bagian yang dikuasai oleh angkatan laut (Kaigun) yang menguasai Jawa, Madura, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Papua.

2. Reorganisasi administrasi

Ketika Jepang menguasai Indonesia, Jepang melakukan reorganisasi administrasi dengan mengubah struktur pemerintahan sesuai dengan kaidah Jepang.

Jepang mengganti daerah karesidenan menjadi Syu, kabupaten menjadi Ken, kota praja menjadi Syi, kawedanan menjadi Gun, kecamatan menjadi So, desa menjadi Ku, dan RT dan RW menjadi Tonarigumi. Tujuan dari perubahan ini adalah untuk memata-matai penduduk yang anti Jepang.

3. Propaganda serta akomodasi tokoh penguasa

Dalam upayanya untuk menguasai Indonesia, Jepang melakukan berbagai propaganda. Mereka mengaku sebagai “saudara tua” dan meluncurkan gerakan 3A untuk mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia. Selain itu, Jepang juga membentuk beberapa organisasi propaganda yang dipimpin oleh tokoh-tokoh penting di Indonesia. Tujuannya adalah untuk membuat rakyat Indonesia mendukung Jepang.

Beberapa organisasi propaganda yang dibentuk oleh Jepang antara lain Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang dipimpin oleh Bung Karno dan Bung Hatta, Badan Pertimbangan Pusat (CHUO SANGI IN) yang dipimpin oleh Bung Karno, Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai) yang dipimpin oleh Gunseikan dan Soekarno sebagai penasihat utama.

 

2. Dampak di Bidang Ekonomi

Selama masa pendudukan Jepang, sistem ekonomi di Indonesia berubah menjadi sistem ekonomi perang. Pemerintah militer Jepang mengatur, membatasi, dan

menguasai faktor-faktor produksi.

Segala kegiatan ekonomi yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda diambil alih oleh Jepang. Jepang juga melakukan beberapa kebijakan ekonomi yang memiliki dampak bagi bangsa Indonesia, seperti hal-hal berikut:

1. Asimilasi aset ekonomi

Dalam upaya untuk mengambil alih aset ekonomi, Jepang mengambil aset-aset yang ditinggalkan oleh Belanda, termasuk kebun-kebun, perbankan, pabrik-pabrik dan pertanian. Hal ini menyebabkan rakyat yang hidup di masa pendudukan Jepang mengalami kesulitan ekonomi dan kesengsaraan.

2. Swasembada

Kebijakan swasembada yang dilakukan oleh Jepang selama masa pendudukannya di Indonesia bertujuan untuk mengekang hubungan Indonesia dengan dunia luar.

Rakyat Indonesia dipaksa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga tidak perlu mengimpor dari negara lain. Tujuan Jepang saat itu adalah agar Indonesia hanya menjadi tergantung pada Jepang saja.

3. Setoran wajib

Dalam upaya untuk mengumpulkan dana, Jepang mengimplementasikan kewajiban setoran pada masyarakat Indonesia.

Rakyat Indonesia diwajibkan untuk menyisihkan sebagian pendapatan mereka, yaitu sebesar 30% untuk pemerintah Jepang, 20% untuk lembaga desa, 40% untuk kebutuhan pribadi, dan sisanya untuk koperasi bersama yang dikelola oleh organisasi seperti Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai.

Namun, dalam kenyataannya, pemerintah Jepang juga mengambil sebagian dari bagian 40% yang seharusnya dimiliki oleh rakyat, sehingga banyak dari rakyat Indonesia yang hidup dalam kondisi menderita.

Keberadaan organisasi masyarakat atau ormas sebagai wujud kebebasan berserikat dan berkumpul merupakan elemen penting dalam kehidupan demokrasi. Dalam sejarah Indonesia, ormas memiliki peranan fundamental dalam mendorong perubahan sosial-

politik masyarakat.

 

3. Dampak di Bidang Sosial

Dalam bidang sosial, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan yang memberikan dampak pada kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia. Dampak di bidang sosial yang disebabkan oleh Jepang antara lain adalah sebagai berikut:

 

1. Melarang seluruh kebudayaan Barat

Selama masa pendudukan Jepang, kebudayaan Barat dilarang masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah penggunaan bahasa Belanda yang dilarang digunakan.

Untuk memenangkan simpati dari masyarakat Indonesia, Jepang membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dalam pendidikan. Selain itu, sistem pendidikan yang diterapkan oleh Belanda juga dihapuskan dan diganti dengan sistem pendidikan Jepang yang bercirikan militerisme.

Jadi, selama masa pendudukan, siswa harus menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, meletakkan bendera Jepang dan hormat kepada Kaisar Jepang.

2. Melakukan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia

Masa Pendudukan Jepang merupakan masa yang sangat kelam bagi rakyat Indonesia. Selain melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam, Jepang juga melakukan eksploitasi terhadap rakyat Indonesia dengan kebijakan Romusha dan Jugun Ianfu.

Para laki-laki dipaksa untuk melakukan kerja paksa tanpa imbalan yang berakibat banyak meninggal karena kelelahan. Sementara itu, para perempuan dipekerjakan sebagai perempuan penghibur (Jugun Ianfu) dan dipaksa untuk memuaskan nafsu para tentara Jepang.

Mengupas sejarah Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia sejak 1828, saat masih berstatus sebagai bank sirkulasi milik pemerintah kolonial Belanda dengan nama De Javasche Bank, yang kemudian dinasionalisasi dan diubah dengan nama Bank Indonesia.

Bentuk Propaganda Jepang di Indonesia

Setelah Jepang secara resmi mengendalikan Indonesia pada tanggal 8 Maret 1942, mereka mulai menyusun pemerintahan untuk menjamin pendudukannya di sana. Selain itu, Jepang juga melakukan berbagai aksi propaganda untuk menarik simpati dari rakyat Indonesia.

Salah satu propaganda yang dilakukan oleh Jepang adalah membentuk Gerakan 3A yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Menurut Abdul Salam dalam buku Menudju Kemerdekaan (1964), gerakan ini dibuat oleh Jepang untuk membantu upaya perang mereka melawan Sekutu dalam Perang Dunia Kedua.

Selain Gerakan 3A, pemerintah militer Jepang juga menyebarkan berbagai propaganda lainnya dan membentuk berbagai organisasi yang melibatkan orang-orang Indonesia, seperti Pembela Tanah Air (PETA), Heiho, Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, dan masih banyak lagi.

Selama masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia mengalami banyak kesengsaraan dan kerugian. Jepang mengeksploitasi sumber daya alam dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang kejam seperti kerja paksa Romusha dan Jugun Ianfu.

Selama 4,5 tahun, kehidupan masyarakat Indonesia dan sumber daya alam di Indonesia dikuras demi kepentingan perang Jepang. Namun, pada akhirnya, Jepang mengalami kekalahan dan menyerah kepada Sekutu, yang memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Demikianlah pembahasan mengenai masa penjajahan Jepang di Indonesia, latar belakang masuknya Jepang, dampak yang disebabkan oleh Jepang pada rakyat Indonesia dan macam-macam propaganda yang dibentuk oleh Jepang demi memenangkan hati masyarakat Indonesia.

Post a Comment for "KEPENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA"