Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KERAJAAN_KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Agama Islam merupakan agama yang sudah lama berkembang di Indonesia, dan merupakan agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Indonesia. Dalam proses berkembang nya Islam di Indonesia, telah memberikan kontribusi dalam pengembangan dan perubahan di berbagai bidang di kalangan masyarakat Indonesia.
Islam dipahami sebagai satu bentuk keberagaman yang memiliki karakteriatik dan watak seperti ajarannya yang terbuka (inklusif), dapat menampung dan menerima ajaran agama terdahulu yang masih sesuai dengan ajaran islam(akomodatif), bersifat efaliter, reformatif dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri yang memposisikan semua ajaran sebgai rahmat bagi seluruh alam.
Namun, nyatanya di zaman sekarang, peran agama Islam dalam mendewasakan negara ini seakan terlupakan oleh waktu. Sehingga, mayoritas umat muslim Indonesia tak pernah merasa bangga akan agamanya yang mereka tak pernah tahu bahwa agama mereka telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan negara ini.
              Oleh karena itu, makalah yang kami susun ini akan membahas sejarah Islam di Indonesia terdahulu sampai detik-detik proklamasi secara mendalam, yang berjudul : “Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia”

2.      Rumusan Masalah

1.      Bagaimana latar belakang berdirinya kerajaan-kerajaan/Kesulthanan Islam di Indonesia ?
  1. Apa saja kemajuan yang dicapai Kesulthanan Islam ?
  2. Apa pengaruh Kesulthanan Islam terhadap kehidupan Masyarakat Indonesia ?
  3. Bagaimana perjuangan Kesulthanan Islam pada zaman Penjajahan Belanda, serta bagaimana meleburnya kesulthanan Islam ke dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) ?






BAB II
PEMBAHASAN


A.    Latar Belakang Berdirinya Kerajaan-Kerajaan/Kesultanan Islam di Indonesia

·         Aceh
Menjelang abad ke-13 SM, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman Muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Oleh karena itu, diperkirakan proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi
Kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak yang juga merupakan kerajaan Islam pertama di Aceh sebagai bukti utama munculnya pengaruh Islam di Aceh. Disebutkan pada tahun173 H, sebuah kapal layar berlabuh di Banda Perlak membawa angkatan dakwah di bawah pimpinan nahkoda Khalifah.
Prof. Dr. Slamet Muljana menyatakan bahwa pada akhir abad ke-12, di pantai timur Sumatra terdapat negara Islam bernama Perlak. Nama itu kemudian dijadikan Peureulak, didirikan oleh para pedagang asing dari Mesir, Maroko, Persi dan Gujarat, yang menetap di wilayah itu sejak awal abad ke-12. Pendirinya adalah orang Arab suku Quraisy. 
Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di Negeri Perlak telah berdiri sebuah kerajaan yang sederhana yang bernama Kerajaam Perlak. Raja yang berkuasa di kerajaan ini diberi gelar Meurah, kira-kira sama artinya dengan Maharaja. Perkembangan Perlak semakin baik ketika kerajaan Perlak dipimpin oleh Pangeran Salman, seorang pangeran yang memiliki darah Kisra Persia. Keturunan dari Pangeran Salman inilah yang kemudian menikah dengan Muhammad Ja’far Shiddiq dan akhirnya menjadi cikal-bakal dari Kesultanan Perlak
·         Riau
Sejak abad ke-6 pedagang dari Gujarat India mengembangkan agama Budha di Kuntu. Ini dibuktikan dimana di Kota Tinggi (Sungai Sontan Kuntu) terdapat kuburan raja darah Putih (Gagak Jao) dengan batu nisan bertuliskan huruf Kawi yang belum bisa diartikan oleh penduduk setempat, pada masa inilah Permaisuri Raja Putri Lindung Bulan menyebut daerah ini dengan sebutan “Kuntu Turoba” yang berarti aku dari tanah tempatku berpijak.
Pada tahun 670-730 M, terdapat dua kerajaan besar yaitu Cina di timur (beragama budha Mahayana) dan Khalifah Muawiyah di barat (beragama islam) masing-masing hendak memonopoli perdagangan, menanamkan pengaruh ekonomi dan agama. Namun politik Muawiyah lebih berhasil dibanding Cina sehingga abad ke-8 agama islam (syi’ah) masuk dan berkembang di Kuntu.
Dakwah pengembangan islam terhenti selama 4 abad disebabkan Cina merasa terganggu kepentingan ekonomi dan pengembangan agamanya, maka Cina mengutus dua orang sarjana agama Budha yaitu: Wajaro Bodhi dan Amogha Bajra. Sejak saat itu, pedagang dari Arab dan Persi tidak datang lagi ke Kuntu Timur. Pada masa inilah apa yang diistilahkan “Apik Tupai, Panggang Kaluang” dimana pada saat itu penduduk kehilangan pedoman/tuntunan agama.
Pada permulaan abad ke-7 sesudah Rajendra Cola dari India Selatan berhasil melumpuhkan Sriwijaya, maka raja Palembang bernama Aria Darma mengirim surat ke Muawiyah meminta dikirimkan Ulama/mubaligh. Menindak lanjuti permohonan raja Palembang tersebut, maka Khalifah Muawiyah mengutus Syekh Burhanuddin. Yang akhirnya sampai ke Kuntu untuk mengembangkan Islam Mazhaf syafi’i kurang lebih selama 20 tahun.
·         Jawa
Proses Islamisasi sudah berlangsung di Jawa sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas. Hal ini terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082 M).
Kerajaan Islam pertama di Jawa ialah kerajaan Demak. Kerajaan Islam Demak didirikan oleh Sultan Fatah pada tahun 1482 M setelah runtuhnya Kerajaan Syiwo-Buddho Mojopahit di tangan Girindro Wardhono pada tahun 1478 M . Ia merupakan anak dari istri Prabu Brawijaya V, seorang muslimah keturunan Cina yang dihadiahkan kepada Ario Damar sebagai adipati Palembang. Raden Fatah tumbuh dan dibesarkan di Palembang. Penyebab awal berdirinya kerajaan Demak yakni ketika raja Majapahit Prabu Brawijaya mewariskan Demak kepada anaknya Raden Patah hingga berdirinya Kesultanan Demak dan adanya sembilan wali atau walisongo.
Berdirinya kerajaan Demak dan tersebarnya Islam di tanah Jawa diprakarsai oleh para Walisongo di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta. Walisongo bersepakat mengangkat Raden Fatah sebagai raja pertama Kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panataagama.
Sebelumnya, Demak yang merupakan warisan raja Majapahit masih bernama Bintoro. Kemudian, daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali. 

·         Banten
Sebelum zaman keislaman di Indonesia, Banten telah menjadi kota yang disorot sejarah, sejak raja-raja Sunda berkuasa. Dalam tulisan Sunda Kuno, cerita Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang yang diduga adalah Banten yakni sebuah kota pelabuhan di ujung Barat pantai Utara Jawa. Pada tahun 1524 atau 1525, Sunan Gunung Jati dari Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama kerajaan Islam serta bagi perdagangan orang-orang Islam disana.
Menurut sumber sejarah, penguasa Pajajaran di Banten menerima Sunan Gunung Jati dengan ramah tamah dan tertarik untuk masuk Islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman di sana. Dengan segera Sunan Gunung Jati menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan tentara Jawa yang memang dimintanya. Namun, dalam beberapa tulisan sejarah, dikatakan penyebaran Islam di Banten tidak melalui jalan damai. Banten, dikatakan justru diserang dengan tiba-tiba.
Langkah selanjutnya yang dilakukan Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan Islam di Jawa Barat adalah dengan menduduki pelabuhan Sunda yang sudah tua, kira-kira tahun 1527. Setelah kembali ke Cirebon, kekuasaannya atas Banten diberika kepada putranya, Hasanuddin. Hasanuddin pun menikah dengan putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten pada tahun 1552. Kemudian, ia melanjutkan perjuangan ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke Lampung dan sekitar Sumatera Selatan.
·         Kalimantan
Sebelum datangnya Islam, daerah ini berada dalam pengaruh kepercayaan Hindu-Budha, ditandai dengan adanya kerajaan Hindu pertama dan tertua yakni Kerajaan Kutai, yang terletak di Muarakaman, tepi sungai Mahakam. Kerajaan Kutai inilah yang memberikan pengaruh kepercayaan Hindu terbesar sehingga dapat menyebar ke wilayah-wilayah lain di Kalimantan. Selain Hindu-Buddha, rakyat Kalimantan juga memiliki kepercayaan leluhur yang disebut dengan Kaharingan, yang dianut oleh suku Dayak sebagai penduduk asli Kalimantan. 
Pada abad ke-15, Islam pertama kali masuk ke Kalimantan dengan dibawa oleh Raja Daha, Raden Sekar Sungsang yang melarikan diri dari ibunya, Putri Kabuwaringin. Raden Sekar Sungsang diasuh oleh Juragan Petinggi yang kemudian akan dinikahkan dengan anak dari juragan tersebut. Lalu, Raden Sekar Sungsang memiliki seorang putra yang bernama Raden Panji Sekar yang kelak akan menjadi murid dari Sunan Giri dan dijadikan menantu olehnya serta mendapatkan gelar Sunan Serabut. Ketika kembali dari perguruannya, Raden Panji Sekar diangkat menjadi raja bertepatan dengan dirinya yang telah menjadi seorang Muslim.
Pada saat itu, Islam juga telah mulai diperkenalkan di Kalimantan oleh para pedagang dan mubaligh Islam yang berasal dari Keling, Gujarat, Melayu, Bugis, dan Biaju. Setelah itu, mulai berdiri dua kesultanan yang mendominasi kekuasaan Islam di Kalimantan, yaitu Kesultanan Banjar dan Kesultanan Kutai.
·         Sulawesi
Awal mula masuknya Islam ke Sulawesi yaitu ketika berdirinya kerajaan Gowa-Tallo, dua kerajaan kembar yang saling berbatasan. Pada awalnya, Kerajaan Gowa  merupakan satu kerajaan yang sangat jaya di Makassar. Namun, pada masa pemerintahan raja Gowa VI yang bernama Tonatangka Lopi, wilayah Gowa dibagikan kepada dua orang putranya, yaitu Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Batara Gowa melanjutkan pemerintahan ayahnya sebagai raja Gowa VII di kerajaan Gowa. Sedangkan, adiknya yang bernama Karaeng Loe ri Sero mendirikan kerajaannya sendiri yang bernama kerajaan Tallo. Sehingga dua kerajaan ini pun dikenal dengan “Kerajaan Kembar”.
Pada awal abad ke-16, kerajaan Gowa dan Tallo dijadikan satu kerajaan pada masa kepemimpinan Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna, sehingga berubah nama menjadi kerajaan Makassar. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Gowa-Tallo atau kerajaan Makassar dapat menjadi pusat perdagangan di Nusantara Bagian Timur.
Ketika Karaeng Tumapa’risi’ Kallonna meninggal dunia, tahta kerajaan digantikan oleh raja Gowa X, I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga, dan pada saat pemerintahannya sudah banyak para pedagang Islam Nusantara yang menetap di Makassar.
Setelah I Mariogau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga meninggal dunia dan setelah pergantian raja beberapa kali akibat permasalahan-permasalahan internal, maka diangkatlah I Mangarangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin sebagai raja Gowa XIV. Sultan Alauddin merupakan raja Makassar yang pertama masuk Islam.
Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri. Pada saat itu, Sultan Baabullah dari pihak Ternate, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo sekaligus menjadi kali pertama raja Ternate mengajak raja Gowa-Tallo untuk menganut Islam, tetapi gagal. Baru setelah Datu’Ri Bandang datang ke kerajaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai masuk kerajaan ini.


·         Maluku
Maluku adalah daerah yang dikenal dengan julukan Negeri Seribu Pulau. Pada awalnya, Maluku lebih dikenal dengan nama Ternate, Tidore, Makian, dan Moti. Secara keseluruhan disebut “Moloku Kie Raha”, artinya “Persatuan Empat Kolano” (kerajaan).
Menurut sejarawan Islam, M. Saleh Putuhena, pedagang yang datang pertama kali di Maluku adalah para pedagang Melayu dan Jawa. Sehingga, membuka peluang bagi para pedagang Arab, India, Persia, dan China.
Pada masa itu, gelombang perdagangan Muslim terus meningkat, sehingga raja menyerah kepada tekanan para pedagang Muslim itu dan memutuskan belajar tentang Islam pada madrasah Giri. Kemudian, ia dikenal dengan nama Raja Bulawa atau raja Cengkeh, mungkin karena ia membawa cengkeh sebagai hadiah. Ketika kembali dari Jawa, ia mengajak Tuhubahahul ke daerahnya. Lalu, ia pun dikenal juga sebagai penyebar utama Islam di kepulauan Maluku.
B.     Berbagai kemajuan yang dicapai kesulthanan Islam di Indonesia
1.      Daerah Sumatera
a.       Kerajaan Samudera Pasai
Kemajuan yang dicapai diantaranya:
-          Kerajaan berbasis ekonomi perdagangan dan pelayaran, maka penghasilan pajak besar
-          Kerajaan makmur, dibuktikan dengan adanya mata uang Dirham yang bertuliskan nama-nama sultan yang pernah berkuasa di Samudera Pasai. 

b.      Kerajaan Aceh
Kemajuan yang dicapai diantaranya:
-          Kemajuan di bidang ekonomi dalam bentuk perdagangan, hal ini disebabkan karena pindahnya para saudagar yang berasal dari Malaka ke Aceh setelah Malaka dikuasai oleh Portugis.
-          Dibangunnya angkatan perang atas bantuan Turki Usmani
-          Dikuasainya seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat Sumatera
-          Pada abad 16 dan 17 muncul beberapa ahli tasawuf yang terkenal, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Samatrani, Nuruddin ar-Raniri, Syeikh Abdurrauf yang menghasilkan banyak karya dalam bentuk prosa dan puisi, baik dalam bahasa Melayu ataupun dalam bahasa Arab.

2.      Daerah Jawa
a.       Kerajaan Demak
Kemajuan yang dicapai diantaranya:
-          Perluasan Islam ke seluruh tanah Jawa, bahkan hingga mencapai Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa
-          Penaklukan Sunda Kelapa dibawah pimpinan Fadhilah Khan pada tahun 1527 dibantu oleh kerajaan Demak dan Cirebon
-          Ditaklukannya Majapahit dan Tuban pada tahun 1527
-          Penundukan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1541-1542), Lamongan, Blitar, Wirasaban, Kediri (1544)
-          Berkat bantuan para pemuka Islam di Jawa Tengah, daerah bagian selatan sekitar gunung Merapi berhasil dikuasai (masa pemerintahan Sultan Trenggono)



b.      Kerajaan Cirebon
Kemajuan yang dicapai diantaranya:
-          Pada tahun 1619, seluruh wilayah di Jawa Timur berhasil dikuasai (masa pemerintahan Sultan Agung)
-          Penyebaran islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), dan Sunda Kelapa

c.       Kerajaan Banten
Kemajuan yang dicapai diantaranya:
-          Penaklukan pelabuhan Sunda (1527) dan perluasan kota-kota pelabuhan di Jawa Barat yang semula termasuk daerah Pajajaran oleh Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah
-          Penaklukan Pakuan yang saat itu belum memeluk agama islam oleh Sultan Yusuf

3.      Daerah Kalimantan
a.       Banjar (Kalimantan Selatan) 
Kemajuan yang dicapai diantaranya adalah dikuasainya Muara Bahan, sebuah pelabuhan strategis yang sering dikunjungi para pedagang luar, contohnya yang berasal dari pesisir utara pulau Jawa, Gujarat, dan Malaka.

b.      Kutai
Pada masa pemerintahan Raja Mahkota, kemajuan yang dicapai diantaranya adalah penyebaran Islam lebih jauh ke daerah-daerah pedalaman di Kutai pada tahun 1575.



C.     Pengaruh Kesultanan Islam dalam Perkembangan Masyarakat Indonesia
Berikut pengaruh Kesultanan Islam daam beberapa bidang:
a.       Bidang Politik
Kehadiran Islam di beberapa tempat mendorong terjadinya perubahan pola kekuasaan dan melahirkan kesatuan-kesatuan politik Islam dalam bentuk kesultanan. Agama Islam juga membawa berbagai pandangan baru yang revolusioner untuk masa itu.  Dalam kancah politik Islam memiliki doktrin bahwa rasa nasionalisme terhadap tanah air menjadi ciri mendasar ajaran Islam itu sendiri. Doktrin yang dimiliki Agma Islam tersebut yang akhirnya mengugah rasa nasionalisme yang kuat terhadap hati mayoritas masyarakat.muslim di Indonesia. Untuk berjuang memepertahankan bumi pertiwi. Nasionalisme dibuktikan secara langsung (fisik) maupun dengan cara diplomasi. Perjuangan melalui jalur diplomatik seperti yang pernah dilakukan para pahlawan seperti Haji Agus Salim dan Abdoel Moeis sebagai tokoh sentral Sarekat Islam (1915), KH Ahmad Dahlan (1869-1923 M) yang kemudian mendirikan organisasi beeraliran modernis Muhammadiyah (1912 M), KH. Hasyim Asy’ari mendirikan organisasi tradisionalis Nahdatul Ulama (1926 M), dan para pahlawan islam lain yang mencoba melakukan serangkaian usaha demi memajukan bangsa Indonesia. Sebagian besar dari tokoh tersebut juga dicatat sebagai tokoh yang pernah mengonsep Piagam Jakarta yang kemudian dijadikan sebagai dasar pembentukan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila.

b.      Bidang Pendidikan
Dalam konteks pekembangan pendidikan di Indonesia, umat Islam juga memliki peran yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan upaya yang dilakukan oleh para tokoh muslim, sebut saja KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari dalam merespon pendidikan yang diterapkan penjajah Belandayang cukup sekuler, tidak berihak pada rakyat kecil, dan mendikotomikan ilmu pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum, dengan lembaga pendidikan yang bisa merespon kegiatan masyarakat Indonesia secara luaas, yakni pendidikan pesanrendan madrasah. Melalui lembaga pendidikan ini masyarakat Indonesia dapat belajar ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum secara imbang. Melalui lembaga pendidika tersebut sangat diharapkan bangsa Indonesia dapat melahirkan dan mencetak generasi yang mempunyai kualitas keilmuan yang memadai serta memiliki akhlak yang luhur sesuai norma yang berlaku.

c.       Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi sosial juga Islam telah membuka masyarakat untuk senantiasa belaku adil dalam makukan transaksi,  tida berbuat curang dalam timbangan, harus ada kesepakatan antara penjual dan pembeli sera bagaimana konsep keseimbangan, tidak boros dan tidak berlebihan seperti yang dianjurkan dalam al-Qur’an juga mampu menciptakan suasana kehidupan yang damai dan sejahtera.

d.      Bidang Kebudayaan
Islam di Indonesia hadir pada abad ke-11, dimana saat itu Indonesia masih dikuasai olehkerajaan-kerajaan Hindu dan Budha. Salahsatu penyebar Islam terbesar di pulau Jawa adalahWali Songo yang menggunakan kebudayaanyang sudah ada di Jawa untuk menyebarkanagama Islam. Salah satu contohnya adalah wayang. Wayang  merupakan teknik bercerita yangsudah ada di Indonesia sejak zaman dahulu.Salah satu teknik wayang yang digunakanuntuk menyebarkan agama Islam adalahwayang golek.Teknik ini digunakan untuk menyebarkanagama Islam dengan menceritakan kisah dariAmir Hamza, paman dari Muhammad.Menurut cerita, pencipta wayang golekadalah Sunan Kudus, salah satu Wali Songo.

D.     Kesulthanan Islam pada zaman Penjajahan Belanda, serta meleburnya kesulthanan Islam ke dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

·         Kesultanan Islam pada zaman belanda
Umat Islam Indonesia hidup dalam aneka ragam situasi dan kondisi dari sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Tahun 1956 adalah awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Pada saat Belanda memasuki Indonesia (1596 ) sudah mulai terasa kesulitan menghadapi masyarakat islam tersebut mereka hadapi saat sedang berusaha menancapkan kekuasaannya di Indonesia. Kolonial belanda selalu menghadapi perlawanan gencar dari masyarakat yang menganut agama Islam seperti pertempuran di Banten , Hasanudin di Uung Pandang , perang Diponogoro , perang Padri , perang Aceh dan sebagainya.Untuk melemahkan kepribadian orang – orang Islam di Indonesia , belanda sengaja mengembangkan pendidikan–pendidikan ala barat yang di anggap dapat lebih membimbing masyarakat ke taraf hidup yang lebih baik , yang dijadikan kedok oleh kolonial Belanda untuk melancarkan politik penjajahannya. Di tiap – tiap lembaga pendidikan disebarkan perbedaan-perbedaan itu yang intinya , orang Belanda itu rasional dan orang –orang Timur itu emosional  , dan  perbedaan dalam proses pengembangan Islam di kerajaan–kerajaan . Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Belanda datang ke Indonesia pada akhir abad ke XVI. Pada masa abad XVI ini telah menjadi saksi munculnya kerajaan-kerajaan baru di medan sejarah, terutama di Jawa. Sebagian besar kerajaan-kerajaan itu lazimdisebut kerajaan Islam, sedangkan beberapa daerah di pedalaman maih bersifat Hindu. Perkembangan kerajaan Islam di Maluku, Sulawesi Selatan, dan di daerah lain mulai juga tampak pada abad XVI. Sementara itu masih terdapat kerajaan-kerajaan yang terus eksis dengan memakai sistem tradisional pra Islam , seperti kerajaan Mataram di Jawa.
Pada periode tersebut, proses pergantian masa telah berjalan selama satu abad lebih di wilayah Malaka dan kira- kira setengah abad di Jawa.. Kerajaan- kerajaan Islam umumnya berdiri setelah kerajaan lama yang bercorak Budha atau Hindu mengalami kemunduran.Wilayah kerajaan itu pada Umumnya terbatas: Samudra Pasai, Aceh, Malaka, dan beberapa kerajaan. Namun, dalam abad XVI berlangsunglah proses konsentrasi kekuasaan dengan perjuangan kekuasaan, seperti perebutan hegemoni kekuasaan yang semakin kompleks dengan terlibatnya Portugis.
Samudra Pasai selanjutnya merupakan bagian dari wilayah kerajaan Aceh. Aceh sendiri menerima pengislaman dari Pasai pada pertengahan abad XVI.1 Ketika Malaka jatuh jatuh ke tangan Portugis , Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidea. Kejatuhan Malaka atas Portugis telah membawa berkah tersendiri bagi pertumbuhan Aceh.  Kesultanan Aceh menguasai pesisir barat Sumatra hingga Bengkulu. Pasai direbut dari tangan Portugis oleh penguasa besar pertama Aceh , Ali Mughayat Syah , pada 930 H / 1524 M. Daerah tersebut merupakan pemberian Sultan Minangkabau.[37]Daerah kesultanan dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang disebut mukim, yang berjumlah 190 mukim.Menjelang pada abad ke 18 kesultanan Aceh mulai kacau balau, dan tanpa kepemimpinan . Maka pada abad XIX Aceh jatuh ke tangan pemerintah Hindia Belanda.
Di Jawa , kerajaan Demak ( 1518-1550) dipandang sebagai kerajaan islam pertama dan terbesar di Jawa. Pusat kerajaan Islam kemudian berpindah dari Demak ke  Pajang kemudian ke Mataram. Berpindahnya pusat pemerintahan itu membawa pengaruh besar yang sangat menentukan perkembangan sejarah islam di Jawa yaitu : Kekuasaan dan sistem politik didasarkan atas basis agraris, mulai mundurnya peranan daerah pesisir dalam perdagangan dan pelayaran , demikian pula Jawa, dan terjadi pergeseran pusat – pusat perdagangan dalam abad ke-17 dengan segala akibatnya.
Pada tahun 1916 , seluruh Jawa Timur praktis sudah di dalam kekuasaan Mataram , yang ketika itu di bawah pimpinan Sultan Agung. Pada masa pemerintahan inilah kontak-kontak bersenjata atar kerajaan Mataram dan VOC mulai terjadi.
Sementara itu , berdirinya juga kerajaan Islam di wilayah Indonesia sebelah timur, seperti Maluku , Makasar, Banjarmasin dan sebagainya. Raja-raja tertua dari Maluku adalah raja –raja dari Jailolo.Namun, mengingat penduduk Jailolo lebih kecil didanding Ternate , Tidore , dan Bacan. Ketiga penguasa yang disebut belakangan ini lebih menonjol.
 Raja pertama yaitu Zainal Abidin.Pada perundingan yang dilakukan di Pulau Motir bahwa Raja Jailolo menjadi raja kedua , raja Tidore menjadi raja ketiga , dan Bacan menjadi raja keempat. Namun , perjanjian itu tidak berlangsung lama , karena pada abad XV urutan berubah . Sultan Ternate  kemudian menempatkan diri lagi menjadi raja utama di Maluku.
Pada masa itu terjadi perselisihan antara Ternate dan Tidore. Ternate dibantu oleh orang-orang Spanyol dan Tidore dibantu oleh orang-orang Portugis. Tindakan Portugis yang terlalu kasar menyinggung perasaan orang-orang Ternate. Hal ini menimbulkan pemberontakan . Akibatnya , serangan-serangan Portugis di lancarkan ke benteng-benteng kedudukannya  pada tahun 1565 , di bawah pimpinan sultan Khairun .kemarahan rakyat Ternate memuncak ketika Sultan Khairun dibunuh secara diam-diampada tahun 1570 di benteng Musquita dengan dalih perundingan. Babullah Daud Syah naik tahta sultan IV .pada 1575 ,benteng portugis di ternate direbut oleh Baabullah. Akhirnya Ternate berhasil mengusir Portugis pada 28 Desember 1577.
·         Meleburnya Kesultanan Islam dalam NKRI
NKRI adalah negara berdaulat yang telah mendapatkan pengakuan dari luar dunia Internasional. NKRI didirikan berdasarkan UUD 1945 yang mengatur tentang kewajiban negara terhadap warganya dan hak serta kewajiban warga negara terhadap negaranya dalam suatu sistem kenegaraan. NKRI yang diagung-agungkan selama ini sama sekali tidak berakar seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Ngurah Rai, Kerajaan Kutai dan sebagainya. Baik secara resmi atau tidak ia merupakan kumpulan wilayah-wilayah kerajaan tersebut kemudian diberi nama Indonesia oleh penguasa di awal kemerdekaannya.
Pada abad ke-19 dalam sejarahnya , terjadi pertumbuhan kesadaran berbangsa serta gerakan nasionalis di beberapa negara untuk untuk memperjuangkam kemerdekaan bangsanya masing-masing.Peta pemikiran  dan pergerakan nasionalisme maupun Islam bisa dilihat dari kebangkitan nasionalisme dan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 ini.Salah satu institusi sosial-politik yang pertama kali muncul dalam awal kemerdekaan adalah terbentuknya Kementrian Agama. Adanya Kementrian Agama ini bertitik tolak dari kantor urusan Agama masa jepang. usulan pembentukan kementrian ini pernah ditolak pada 19 Agustus 1945. Keputusan ini mengecewakan umat islam yang sebelumnya juga telah dikecewakan oleh keputusan yang berkenan dengan dasar negara , Pancasila , dan bukannya Islam atau Piagam Jakarta.
Adanya pembentukan Kementrian Agama tersebut menimbulkan kontroversi, baik dari kalangan non-Muslim , kelompok nasionalisme sekuler maupun kalangan Islam sendiri.
Terlepas dari sikap pro kontra ini, tampaknya pembentukan Kementrian Agama lebih didasarkan pada pertimbangan politis daripada urgensi peran yang diperlukan dalam sebuah sitem tata pemerintahan yang baru. Kementrian Agama dibentuk antara lain hanya sebagai penawar kekecewaan sebagai tokoh politik islam yang telah gagal menggolkan Islam untuk dijadikan sebagai dasar negara. Kerenanya pembentukan Kementrian Agama ini selalu dipermasalahkan pada masa-masa selanjutnya.
Kementrian agama baru berfungsi sebagai kementrian yang utuh , bukan sekedar bagian dari perjuangan bangsa, setelah kedaulatan negara mendapat pengakuan. Pada tahun 1950, Wahid Hasyim menjadi menteri Agama dalam kabinet pertama Republik Indonesia Serikat (RIS) .
Proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945 memberikan kesempatan yang sama bagi rakyatnya untuk berpatisipasi dalam politik. Berbagai aliran politik dapat dengan bebas membentuk partai-partai politik di Indonesia sebagai saran demokrasi seperti yang dinyatakan oleh pasal 28 UUD1945. Umat islam juga berpatisipasi dalam hal ini . Pada 7 dan 8 november 1945 , melalui sebuah kongres umat islam di Yogyakarta , lahirlah dua keputusan:
1.      Pembentukan sebuah partai politik dengan nama masyumi
2.      Umat islam tidak mempunyai partai lain kecuali masyumi
Maka masyumi adalah partai pertama Islam yang ada di Indonesia .





BAB III
PENUTUP

            Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang Muslim dari Arab, India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan penuh dengan ramah tamah menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik pada orang-orang Muslim terlebih agama yang mereka anut. Begitu banyak pula para penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi akhlak mereka sehingga pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang menjadi faktor utama berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya hingga zaman imperialism barat berkuasa.
            Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak hanya diam. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama berperang mengusir penjajah. Bahkan, sampai detik-detik proklamasi pun umat Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena itu, lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat Muslim di Nusantara.









DAFTAR PUSTAKA

            Abdullah, Rachmad. 2005. Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi Islam di Tanah Jawa (1518-1549). Sukoharjo: Al-Wafi.

            Amin, Samsul Munir. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
            Anonim. “Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di Riau”. Diakses pada 19 Maret 2016 pukul 10.51 dari http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpntanjungpinang/2014/06/08/kuntudarussalam-kerajaan-islam-pertama-di-riau/.
            Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Bandung: Penerbit Mizan.
            Boland , E. J.. 1985. Pergumulan Islam di Indonesia : 1945-1972. Jakarta: Grafiti Pers
            Darmawijaya. 2010. Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
            Gholib, Achmad. 2005. Study Islam. Jakarta: Faza Media.
            Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional , Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme jilid 2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

            Marsden, William. 1999. Sejarah Sumatera. Bandung: Remaja Rosdakarya.
            Pusponegoro, Marwati Djoned dan Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

                Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



[1] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 196.
[2] Rachmad Abdullah, S. Si., M.Pd., Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi Islam di Tanah Jawa (1518-1549), (Sukoharjo : Al-Wafi, 2015, cetakan I)
[3] Ibid.
[4] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, (Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 2010), 30.
[5] Anonim, “Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di Riau”, http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbtanjungpinang/2014/06/08/kuntu-darussalam-kerajaan-islam-pertama-di-riau/, pada tanggal 19 Maret 2016 pukul 10.51
[6] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 197
[7] Drs. Samsul Munir Amin, M. A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2013, cetakan ke-III)
[8] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 64
[9] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah. Op. cit., hlm. 211
[10] Ibid., hlm. 212
[11] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 217
[12] Ibid., hlm. 218
[13] Ibid.
[14] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 157
[15] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 158
[16] Ibid.
[17] Ibid., hlm. 94
[18] Ibid., hlm. 95
[19] Ibid.
[20] Ibid., hlm. 96
[21] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 223
[22] Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Loc. cit., hlm. 115
[23] Ibid.
[24] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 222
[25] Ibid., hlm. 207
[26] Ibid., hlm. 209
[27] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 211
[28] Ibid., hlm. 217
[29] Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam, Loc. cit., hlm. 217
[30] Ibid., hlm. 220
[31] ibid., hlm. 221
[32] Achmad Gholib, Study Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006), hlm. 246
[33] Azyumardi Azra, Islam Nusantara, hlm. 63
[34] Ibid., hlm 64
[35]Ibid., hlm. 65
[36] .William Marsden , Sejarah Sumatera , terj.A.S.Nasution dan Mahyuddin Mendium (Bandung : Remaja    Rosdakarya , 1999 ) , hlm 245
[37]William Marsden , Sejarah Sumatera, Loc. cit., hlm.234
[38] Azyumardi Azra, Islam.. Loc. cit., hlm. 66
[39] Marwati Djoned Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto ,Sejarah Nasional Indonesia , Jilid III , hlm. 36
[40]  Ibid.
[41] Azyumardi Azra, Islam.. Loc. cit., hlm. 73
[42] Ibid., hlm. 122
[43]  Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional , Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme ,Jilid 2 ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 1992 ), hlm. ix
[44] E. J. Boland , Pergumulan Islam di Indonesia : 1945-1972 , terj. Saafroedin Bahar (Jakarta : Grafiti Pers, 1985 ), hlm.110
[45] Azyumardi Azra, Islam... Op. cit., hlm. 124
[46] Ibid., hlm 125
[47] Azyumardi Azra, Islam.. Loc. cit., hlm. 126


Post a Comment for "KERAJAAN_KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA"