Masyarakat dan Kebudayaan Suku Sasak di Pulau Lombok
Masyarakat
dan Kebudayaan Suku Sasak di Pulau Lombok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai sebuah bangsa,
terbentuk dari aneka kultur dan struktur sosial yang berbeda-beda. Berbeda
dengan Jepang ataupun Korea, Indonesia memiliki kultur yang tidak homogen.
Bahkan, untuk wilayah Papua saja terdapat kurang lebih 132 suku bangsa dan
bahasa yang berlainan. Itu belum lagi sistem sosial dan budaya yang terdapat di
pulau-pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan lainnya. Lalu, bagaimana dapat
seseorang memutuskan bahwa ia tengah mengamati atau mempelajari budaya dan
sistem sosial Indonesia?
Tentu saja, Indonesia tadinya
merupakan sebuah konsep abstrak. Indonesia merupakan sebuah ide yang dibentuk
oleh para founding fathers guna mempersatukan wilayah-wilayah nusantara ke
dalam ikatan nasional yang lebih besar secara politik. Tatkala seseorang
mempelajari budaya Sekaten di Keraton Yogyakarta, dapat saja dikatakan bahwa ia
tengah mempelajari budaya Indonesia. Atau, dikala seorang peneliti mempelajari
budaya pemeliharaan tanaman hutan pada Suku Kubu di Jambi, ia juga dikatakan
tengah mempelajari budaya Indonesia. Yogyakarta dan Jambi merupakan dua wilayah
yang terikat ke dalam sebuah naional yang bernama Indonesia.
Begitu juga ketika sesorang mengkaji
suku sasak di pulau Lombok, itu juga termasuk telah mempelajari budaya
Indonesia, karena Lombok merupakan salah satu pulau berpenghuni yang
berada dalam lingkaran ribuan gugusan kepulauan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Berdasarkan uraian di atas, maka
kajian penilitian etnografi ini difokuskan pada masyarakat dan kebudayaan suku
sasak di pulau Lombok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
penyusun dapat merumuskan beberapa rumusan masalah yang berkenaan dengan hal
tersebut, diantaranya adalah:
1. Siapa suku sasak itu?
2. Dimana suku sasak itu berada?
3. Bagaimana sistem sosial masyarakat
suku sasak?
4. Bagaimana kebudayaan suku sasak
tumbuh dan berkembang?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai
dalam penyusunan makalah ini, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami suku
sasak.
2. Untuk mengetahui tempat keberadaan
suku sasak.
3. Untuk mengetahui dan memahami sistem
sosial suku sasak.
4. Untuk mengetahui dan memahami
pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan suku sasak.
D. Manfaat
Sedangkan
mampfaat yang dapat diperoleh melalui penyusunan makalah ini baik mamfaat
secara teoritis dan peraktis adalah:
1. Diharapkan dapat bermanfaat dalam
mengembangkan konsep-konsep baru yang berhubungan dengan penelitian masyarakat
dan kebudayaan suku sasak di pulau Lombok khususnya dalam pendekatan etnografi.
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan
yang berharga dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam
penerapan metode penelitian kualiatatif dengan pendekatan etnografi.
3. Diharapkan dapat di jadikan sebagai
masukan, melengkapi koleksi bahan pustaka serta sebgai informasi dan refrensi
bagi peniliti selanjutnya yang menerapkan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan etnografi.
4. Dapat bermanfaat bagi penyusun dalam
menambah pengalaman dan wawasan berfikir yang lebih luas serta berfikir ilmiah
dalam dunia pendidikan.
5. Khususnya untuk masyarakat pulau
Lombok, dengan kekayaan budaya yang dimilikinya agar dapat di jadikan modal
besar dalam menumbuhkan kembangkan sektor pariwisata yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sekitar.
E. Definisi Operasional
untuk mendekatkan pemahaman dan
menghindarkan bias dalam penulisan hasil penelitian ini, maka dalam bagian
definisi operasional ini akan di jelaskan secara singkat variable-variabel yang
menjadi fokus penelitian, diantaranya adalah:
1. Masyarakat dan kebudayaan yang
dimaksud di sini adalah masyarakat dan kebudayaan suku sasak yang berada di
pulau Lombok.
2. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif pendekatan etnografi.
3. Peneliti menggunakan pendekatan Realist ethnography.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Budaya
1. Pengertian
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku
komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan
sosial manusia.
Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
2. Unsur-unsur Budaya
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai
komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J.
Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
ü Alat-alat
teknologi
ü Sistem
ekonomi
ü Keluarga
ü Kekuasaan
politik
2. Bronislaw
mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
ü sistem norma
sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
ü organisasi
ekonomi
ü alat-alat
dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama)
ü organisasi
kekuatan (politik)
3. Wujud dan Komponen Budaya
a. Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
·
Gagasan (Wujud ideal) adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.
·
Aktivitas (tindakan) adalah
wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
·
Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa
hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
b. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut,
Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi
Cateora, yaitu :
·
Kebudayaan material,
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
·
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau
tarian tradisional.
·
Lembaga sosial
Lembaga
social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu
Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social
masyarakat.
·
Sistem kepercayaan
Bagaimana
masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan
terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam
masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana
memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara
bagaimana berkomunikasi.
·
Estetika
Berhubungan
dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari
–tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.
·
Bahasa
Bahasa
merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, memiliki sifat unik dan komplek,
yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan
kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik
dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
B. Masyarakat
Masyarakat terdiri atas orang yang
saling berinteraksi dan berbagi budaya bersama. Masyarakat mutlak harus ada
bagi tiap individu oleh sebab ia merupakan “pusaran” tempat nilai-nilai,
barang-barang, ataupun peralatan untuk hidup diperoleh. Juga, individu mutlak
harus ada bagi tiap masyarakat oleh sebab lewat aktivitas dan kreasi
individu-lah seluruh nilai material suatu peradaban diperoleh.
C. Etnografi
Etnografi adalah suatu pendekatan
penelitian yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan sistem budaya atau
kelompok sosial tertentu. Dimana Peneliti memeriksa pola-pola perilaku,
kebiasaan, dan cara hidup suatu kelompok masyarakat. Fokus etnografi adalah
keseluruhan budaya suatu kelompok.
Etnografi adalah sebuah desain
kualitatif dimana peneliti mendeskripsikan dan menginterpretasikan, membagi dan
mempelajari pola-pola nilai, tingkah laku, keyakinan/kepercayaan dan bahasa
dari kelompok budaya tertentu (Tearis, 1968). Sedangkang menurut Agar
(1980), etnografi adalah suatu cara mempelajari budaya suatu kelompok sampai
selesai, kemudian menulis hasil penelitian. Proses etnografi menyertai
eksitensi observasi terhadap kelompok dengan pendekatan observasi partisipan,
dimana peneliti ikut bergabung di dalam kehidupan seseorang, mengobservasi dan
mewawancarai kelompok partisipan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa Kajian
etnografi, membahas tentang tingkah laku, bahasa, kepercayaan dan interaksi
antar anggota pada suatu kelompok budaya.
Realist
ethnography
adalah suatu pendekatan tradisional yang memakai antropologi budaya. Critical ethnography adalah tipe
penelitian etnografi dimana penulis menganjurkan kebebasan terhadap kelompok
yang ditersingkirkan dalam masyarakat (Thomas, 1993).
Prosedur-prosedur dalam Etnografi
Adapun langkah-langkah untuk
melaksanakan kajian etnografi sebagai beikut :
1. Menetapkan masalah penelitian.
Penyesuaian etnografi membutuhkan deskripsi mengenai bagaimana budaya kelompok
bekerja dan eksplorasi kepercayaan, bahasa, tingkah laku dan isyu-isyu seperti
kekuatan, resistensi dan dominasi. Dalam kesempata ini yang menjadi fokus
penelitian adalah masyarakat dan kebudayaan suku sasak di pulau Lombok.
2. Identifikasi dan menetapkan kelompok
budaya yang akan dikaji. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada masyarakat
suku sasak di pulau Lombok.
3. Memilih tema budaya yang akan dikaji
dalam kelompok. Dalam hal ini, tema budaya yang akan dikaji adalah
adat-istiadat perkawinan dan seni presean yang terdapat pada suku sasak di
pulau lombok.
4. Untuk mengkaji konsep budaya, tipe
etnografi yang akan dipakai adalah
Realist ethnography.
5. Pengumpulan informasi kelompok itu
hidup dan bekerja adalah di pulau lombok.
6. Mengerjakan pengaturan
ketentuan-ketentuan pola sebagai hasil akhir analisis.
BAB III
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN SUKU SASAK
DI PULAU LOMBOK
A. Pulau
Lombok
Pulau
Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah
timur dari Sumbawa. Pulau ini
kurang lebih berbentuk bulat dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang
panjangnya kurang lebih 70 km. Luas pulau ini mencapai 5.435 km²,
menempatkannya pada peringkat 108 dari daftar pulau berdasarkan luasnya di dunia. Kota utama
di pulau ini adalah Kota Mataram, dengan
jumlah penduduk pada tahun 2001: 2.722.123
jiwa.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya mencapai 3.726
meter di atas permukaan laut dan menjadikannya yang ketiga tertinggi di
Indonesia. Gunung ini terakhir meletus pada bulan Juni-Juli 1994. Pada tahun 1997 kawasan gunung dan danau Segara
Anak ditengahnya dinyatakan dilindungi oleh pemerintah. Daerah selatan pulau
ini sebagian besar terdiri atas tanah subur yang dimanfaatkan untuk pertanian,
komoditas yang biasanya ditanam di daerah ini antara lain jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Lombok
termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau
ini sendiri dibagi menjadi 4 kabupaten dan 1 kotamadya:
B. Sejarah
Era pra
Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
lombok.Suku Sasak temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di
Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah
pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu, dengan demikian perdagangn antar
pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan bersamaan dengan itu saling
mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.
Menurut isi Babad
Lombok,
kerajaan tertua yang pernah berkuasa di pulau ini bernama Kerajaan
Laeq
(dalam bahasa sasak laeq berarti waktu lampau), namun sumber lain yakni Babad
Suwung,
menyatakan bahwa kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan
Suwung
yang dibangun dan dipimpin oleh Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian
surut dan digantikan oleh Kerajaan
Lombok.
Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan
Sasak
yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali yaitu
kerajaan Gel gel. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di pulau Lombok
antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode
yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah
kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit pada tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah
kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir pada tahun 1744 setelah ditaklukkan oleh gabungan
pasukan Kerajaan
Karangasem dari Bali dan Arya
Banjar Getas yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap
Selaparang karena permasalahan dengan raja Selaparang. Pendudukan Bali ini
memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada
tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok
terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda)
yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun
demikian, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara
langsung.
Lombok mirah
sasak adi merupakan salah satu kutipan dari
kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan
pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata Lombok dalam bahasa kawi berarti
lurus atau jujur, kata mirah berarti permata, kata sasak berarti
kenyataan, dan kata adi artinya yang baik atau yang utama maka arti
keseluruhan yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama.
Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah
lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan
dilestariakan oleh anak cucunya.
Dalam kitab
– kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi beberapa
lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat beberapa Versi salah satunya yaitu Kata sasak
secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata sah yang
berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah
leluhur orang sasak ( Lombok ). Dari etimologis ini diduga leluhur orang
sasak adalah orang Jawa, terbukti pula dari tulisan sasak yang oleh penduduk
Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh
kesusastraan sasak.
Bentuk lumbung padi khas Lombok
Etnis Sasak
merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis
utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa
berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku sasak
sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI masehi, Kata sasak pada
prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti
kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi
sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang sasak.
Masuknya Jepang (1942) membuat otomatis Lombok
berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia
Timur,
sebelum kemudian pada tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.
C. Agama
Sebagian besar penduduk pulau Lombok
terutama suku Sasak menganut agama Islam (pulau Lombok
juga dikenal dengan sebutan pulau seribu masjid). Agama kedua terbesar yang dianut
di pulau ini adalah agama Hindu, yang dipeluk oleh para penduduk
keturunan Bali yang berjumlah sekitar 15% dari
seluruh populasi di sana. Penganut Kristen, Buddha dan agama lainnya juga dapat
dijumpai, dan terutama dipeluk oleh para pendatang dari berbagai suku dan etnis
yang bermukim di pulau ini.
Organisasi keagamaan terbesar di
Lombok adalah Nahdlatul Wathan (NW), organisasi ini juga banyak mendirikan
lembaga pendidikan Islam dengan berbagai level dari tingkat terendah hingga
perguruan tinggi.
Di Kabupaten Lombok Utara, tepatnya
di daerah Bayan, terutama di kalangan mereka yang
berusia lanjut, masih dapat dijumpai para penganut aliran Islam Wetu Telu (waktu tiga). Tidak seperti umumnya
penganut ajaran Islam yang melakukan salat lima kali dalam sehari, para
penganut ajaran ini mempraktikan salat wajib hanya pada tiga waktu saja. Konon
hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan Islam secara
bertahap dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan dakwahnya.
Terdapat
juga sebuah kumpulan kecil orang sasak yang disebut Bodha (jumlah: ±
8000 orang) yang menduduki kampung Bentek dan di curam Gunung Rinjani. Agama
mereka tidak mempunyai pengaruh Islam dan amalan utama mereka adalah memuja
dewa-dewa animisme. Ajaran
agama Hindu dan Buddha juga
dimasukkan di dalam upacara agama mereka.
Agama Bodha
mempercayai adanya lima tuhan yang besar, yang paling tinggi dikenali sebagai
Batara Guru. Tuhan yang lain adalah Batara Sakti dan Batara Jeneng bersama
isteri mereka Idadari Sakti dan Idadari Jeneng. Namun kini, penganut agama
Bodha sedang diajarkan mengenai agama Buddha yang ortodoks oleh sami-sami yang
dihantar oleh persatuan besar Buddha terbesar negara Indonesia.
D. Bahasa
Disamping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk
pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak (bahasa asli) sebagai bahasa utama
dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh Lombok sendiri bahasa Sasak dapat
dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda yakni dialek Lombok utara ,
tengah, timur laut dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian
besar berasal dari eks Kerajaan
Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang
menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan
sehari-hari.
E. Mata
Pencaharian
Mata pencaharian penduduk suku Sasak
berasal dari sektor pertanian dengan daerah tersebur diwilayah kabupaten lombok
timur, selain itu juga dalam bidang peternakan dan hanya sebagian kecil bermata
pencahariannya dari Pariwisata.
F. Sistem
Kemasyarakatan Suku Sasak
1.
Pelapisan Sosial
Di daerah lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan
sosial masyarakat :
- Golongan Ningrat
- Golongan Pruangse
- Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa )
Masing -masing lapisan sosial masyarakat di kenal
dengan Kasta yang mempunyai criteria tersendiri :
Ø Golongan
Ningrat ; Golongan ini dapat diketahui dari sebutan kebangsawanannya. Sebutan
keningratan ini merupakan nama depan dari seseorang dari golongan ini. Nama
depan keningratan ini adalah ” lalu ” untuk orang-orang ningrat pria yang belum
menikah. Sedangkan apabila merka telah menikah maka nama keningratannya adalah
” mamiq “. Untuk wanita ningrat nama depannya adalah ” lale”, bagi mereka yang
belum menikah, sedangkan yang telah menikah disebut ” mamiq lale”.
Ø Golongan
Pruangse ; kriteria khusus yang dimiliki oleh golongan ini adalah sebutan
“ bape “, untuk kaum laki-laki pruangse yang telah menikah. Sedangkan
untuk kaum pruangse yang belum menikah tak memiliki sebutan lain kecuali nama
kecil mereka, Misalnya seorang dari golongan ini lahir dengan nama si ” A ”
maka ayah dari golongan pruangse ini disebut/dipanggil ” Bape A “, sedangkan
ibunya dipanggil ” Inaq A “. Disinilah perbedaan golongan ningrat dan pruangse.
Ø Golongan
Bulu Ketujur ; Golongan ini adalah masyarakat biasa yang konon dahulu adalah
hulubalang sang raja yang pernah berkuasa di Lombok. Kriteria khusus golongan
ini adalah sebutan ” amaq ” bagi kaum laki-laki yang telah menikah, sedangkan
perempuan adalah ” inaq “.
Di Lombok,
nama kecil akan hilang atau tidak dipakai sebagai nama panggilan kalau mereka telah
berketurunan. Nama mereka selanjutnya adalah tergantung pada anak sulungnya
mereka. Seperti contoh di atas untuk lebih jelasnya contoh lainnya adalah bila
si B lahir sebagai cucu, maka mamiq A dan Inaq A akan dipanggil Papuk B.
panggilan ini berlaku untuk golongan Pruangse dan Bulu Ketujur. Meraka dari
golongan Ningrat Mamiq A dan Mamiq lale A akan dipanggil Niniq A.
2.
Sistem Kekerabatan
Sistem
kekerabatan di Tolot-tolot khususnya dan lombok selatan pada umumnya adalah berdasarkan
prinsip Bilateral yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui pria dan
wanita. Kelompok terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari Ayah, Ibu,
dan Anak. Pada masyarakat lombok selatan ada beberapa istilah antara lain :
- Inaq adalah panggilan ego kepada ibu.
- Amaq adalah panggilan ego kepada bapak.
- Ari adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau adik laki-laki.
- Kakak adalah panggilan ego kepada saudara sulung laki-laki ataupun perempuan.
- Oaq adalah panggilan ego kepada kakak perempuan atau laki-laki dari ibu dan ayah.
- Saiq adalah panggilan ego kepada adik perempuan atau laki-laki dari ayah atau ibu
- Tuaq adalah panggilan ego kepada adik laki-laki dari ayah atau ibi.
- Pisak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ibu.
- Pusak adalah panggilan ego kepada anak dari adik/kakak dari ayah.
Untuk
masyarakat kaum kerabat di tolot-tolot pada khususnya dan lombok selatan pada
umumnya mencakup 10 generasi ke bawah dan 10 generasi ke atas tersebut
sebagai berikut :
Generasi ke atas :
- Inaq/amaq
- Papuk
- Balok
- Tate
- Toker
- Keletuk
- Keletak
- Embik
- Mbak
- Gantung Siwur
Generasi ke bawah :
- Anak
- Bai
- Balok
- Tate
- Toker
- Keletuk
- Keletak
- Embik
- Ebak
- Gantung Siwur
Sumber : Daliem, Mimbarman, ” Lombok Selatan Dalam
Pelukan Adat Istiadat Sasak” 1981-1982
G. Kebudayaan
1. Adat-Istiadat
Adat istiadat suku sasak dapat di
saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana perempuan apabila mereka mau
dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah
keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan "Merarik" atau "Selarian". Sehari setelah dilarikan
maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga
perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut dengan
"Mesejati" atau semacam
pemberitahuan kepada keluarga perempuan. Setalah selesai makan akan diadakan
yang disebut dengan "Nyelabar"
atau kesepakatan mengenai biaya resepsi.
2. Presean Simbol Kejantanan Taruna (Pemuda) Sasak
Budaya Presean atau bertarung dengan
rotan memang sudah dikenal masyarakat Lombok sejak lama. Namun budaya yang
penuh dengan kekerasan itu berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya bela diri
yang unik dan lucu dari pemainnya.
Presean adalah salah salah satu
kekayaan budaya bumi gogo rancah (lombok). Acara ini berupa pertarungan dua
lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta berperisai kulit
kerbau tebal dan keras (ende). Petarung biasa disebut pepadu. Presean bermula
dari luapan emosi para prajurit jaman kerajaan taun jebot (dahulu kala) sehabis
mengalahkan lawan di medan perang. Acara tarung presean ini juga diadakan untuk
menguji keberanian/nyali lelaki sasak yang wajib jantan dan heroik saat itu.
Uniknya dari pertarungan presean,
pesertanya tidak pernah dipersiapkan secara khusus. Pepadu atau petarung
dicomot (diambil) dari penonton yang mau adu nyali dan ketangguhan
mempermainkan tongkat rotan dan perisai yang disediakan. Penonton/calon peserta
bisa mengajukan diri atau dipilih oleh wasit pinggir (pakembar sedi). Setelah
mendapat lawan, pertarungan akan dimulai dan dimpimpin oleh wasit tengah
(pekembar).
Duel dua pepadu diadakan dalam lima
ronde, pemenangnya ditentukan oleh hasil nilai yang diperoleh atau salah satu
pepadu bocor kepala, bedarah-darah, atau kibar bendera putih.
Uniknya, di sela-sela pertarungan
para pepadu plus para wasit harus menari jika musik dimainkan. Mungkin
maksudnya untuk melepas ketegangan selama jalannya pertandingan. Asik juga
ngeliatnya, sesaat para petarung saling baku hantam, beberapa detik kemudian
mereka menari sembari tertawa dan mencari-cari celah kelemahan lawan, sedetik
kemudian rotan keras menghantam perisai – plak!, lalu mereka menari lagi…
Amazing dan mendebarkan…!!!
Tarian rotan
dari Lombok ini sudah dikenal masyarakat Sasak secara turun temurun.
Awalnya merupakan sebuah bagian dari upacara adat yang menjadi ritual
untuk memohon hujan ketika kemarau panjang. Sebuah tradisi-yang dalam
perkembangan kemudian-sekaligus berfungsi sebagai hiburan yang banyak diminati.
Sebagai salah satu upaya melestarikan budaya daerah, Presean Lombok pun mulai
sering dilombakan. Pertandingan diakhir dengan salam dan pelukan persahabatan
antar petarung. Tanda tiada dendam dan semua hanyalah permainan! Benar-benar
sportif.
Adegan
seperti ini sering di lakukan masyarakat pulau lombok apa bila ada acara adat,
tidak heran masyarakat sangat antusias untuk menonton acara seperti ini,selain
dapat menarik wisatawan mancanegara wisatawan lokal pun berbondong-bondong
menyaksikan acara ini. Dalam adengan presean tidak jarang salah satu dari orang
yang presean mengalami luka yang cukup parah tapi mereka tetap senang dan
bergembira
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang (masyarakat) dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Sedangkan, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Pulau
Lombok adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah
timur dari Sumbawa. samudra indonesaia di sebelah
utara dan samudra hindia disebelah seletan.
Etnis Sasak
merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku sasak merupakan etnis
utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Pemeluk agama islam yang taat,
dengan bahsa sasak sebagai bahasa utama dalam berkomonikasi kehidupan
sehari-hari. Bermata pencaharian sebagai petani.
Di daerah
lombok secara umum terdapat 3 Macam lapisan sosial masyarakat, yaitu Golongan
Ningrat, Golongan Pruangse, dan Golongan Bulu Ketujur ( Masyarakat Biasa ).
Adat istiadat suku sasak dapat di
saksikan pada saat resepsi perkawinan, yang dikenal dengan sebutan "Merarik" atau "Selarian".
Budaya Presean atau bertarung dengan
rotan salah satu kekayaan budaya gumi (bumi) gogo rancah (lombok). Berupa
pertarungan dua lelaki Sasak bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) serta
berperisai kulit kerbau tebal dan keras (ende). Petarung disebut pepadu. Acara
tarung presean ini juga diadakan untuk menguji keberanian/nyali lelaki sasak
yang wajib jantan dan heroik saat itu. Awalnya merupakan sebuah bagian dari
upacara adat yang menjadi ritual untuk memohon hujan ketika kemarau
panjang.
B. Saran
Bagi para peneliti yang tertarik
ingin meneliti masyarakat dan kebudayaan suku sasak dipulau Lombok, masih
banyak budaya-budya lain yang sangat menarik untuk dikaji, misalnya seperti bau
nyale, tari gandrung, nyongkolan, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, Jhon W. 2007. Qualitative
Inquiry and Research Design. Lincoln: University of Nebraska
George Ritzer, ed., Encyclopedia of Sociology, Vol.1&2,
(New York : SAGE Publications, 2005),
Moedzakir, M. Djauzi. 2010. Desain dan Model Penelitian
Kualitatif. Malang: Universitas Negeri Malang (UM)
Kathy S. Stolley, The Basics of Sociology, (Connecticut:
Greenwood Press, 2005).
Khaerul Anwar. “Semangat Seni
Tradisi Di Lombok Bangkit Lagi” http://www.melayuonline.com. diakses pada 22 November 20011
Post a Comment for "Masyarakat dan Kebudayaan Suku Sasak di Pulau Lombok "