METODE PEMBELAJARAN 2
8. Metode latihan
keterampilan ( Drill method )
Metode latihan
keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat
latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana
cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh
latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan
keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh
kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan
alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh
kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian,
tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk
kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan
keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan
inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian
dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian
secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan
tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah
membosankan.
d. Dapat menimbulkan
verbalisme.
9. Metode mengajar beregu
( Team teaching method )
Metode mengajar beregu
adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang
masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama
teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama
teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode pemecahan
masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu
metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan (
projeck method )
yaitu suatu metode
mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti
sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode
perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola
pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam
memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini,
anak didik dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode
perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku
di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum
menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan
pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan memerlukan
keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih
topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan
memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering
menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
13. Metode Bagian (
Teileren method )
yaitu suatu metode
mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian
disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze
method )
yaitu suatu metode
mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisari dari materi tersebut.
15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar
yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah
metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan
suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan
sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan
lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi
penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat
dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri,
kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan
metode discovery ini lebih dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan
proses belajar mengajar yang memungkinkan.
Metode Discovery menurut
Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai
kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan
komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai
cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah
sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses
belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi
yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193)
mengutip pendapat Sund (1975) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa
mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut
misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah
pelaksanaan metode penemuan menurut Suryosubroto (2002:197) yang mengutip
pendapat Gilstrap (1975) adalah:
(1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar
untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan
penemuan,
(2) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa,
prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang
akan dipelajarai,
(3) Mengatur susunan kelas
sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam
belajar dengan penemuan,
(4) Berkomunikasi dengan
siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan,
(5) menyiapkan suatu
situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan,
(6) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk
merangsang belajar dengan penemuan,
(7) Menambah berbagai alat
peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan,
(8) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan
bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok
dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut,
(9) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan
kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum,
(10) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya,
walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri,
(11) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan
informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya,
(12) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya
sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses,
(13) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang
diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan,
(14) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan
strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul,
(15) Mengajukan pertanyaan
tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana,
(16) Bersikap membantu jawaban
siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara
kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar,
(17) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan
fakta,
(18) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya
seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat
kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya
sendiri,
(19) membantu siswa menulis atau
merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat
dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan,
(20) Mengecek apakah siswa
menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam
situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah
menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah :
(1) identifikasi kebutuhan
siswa,
(2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari,
(3) Seleksi bahan, dan
problema serta tugas-tugas,
(4) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing
siswa,
(5) Mempersiapkan setting
kelas dan alat-alat yang diperlukan,
(6) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan
tugas-tugas siswa,
(7) Memberi kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penemuan,
(8) Membantu siswa dengan
informasi, data, jika diperlukan oleh siswa,
(9) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses,
(10) Merangsang terjadinya
interaksi antar siswa dengan siswa,
(11) memuji dan
membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan,
(12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.
Metode discovery memiliki
kebaikan-kebaikan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu:
(a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan
dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan
terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha
untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu,
(b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan
mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman
dari pengertian retensi dan transfer,
(c) Strategi penemuan
membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah
penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan,
(d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri,
(e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling
sedikit pada suatu proyek penemuan khusus,
(f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan,
(g) Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada
siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang
jawaban nya belum diketahui sebelumnya,
(h) Membantu perkembangan siswa
menuju skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery
Suryosubroto (2002:2001) adalah:
(a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar
ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling
ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya
menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai
mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang
lain,
(b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan
teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
(c) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru
dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara
tradisional,
(d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu
mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap
dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh
pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan,
(e) dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide,
mungkin tidak ada,
(f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir
kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi
terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya.
Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Metode Discovery menurut
Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa
peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka
memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus
dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta
didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.
Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin
pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas
bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode
discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu:
(a) Perumusan masalah
untuk dipecahkan peserta didik,
(b) Penetapan jawaban
sementara atau pengajuan hipotesis,
(c) Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk
menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis,
(d) Menarik kesimpulan
dari jawaban atau generalisasi,
(e) Aplikasi kesimpulan
atau generalisasidalam situasi baru.
Metode Discovery menurut
Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan.
Metode discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep
atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan,
dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau
mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan
instruksi.
Pada metode discovery,
situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning
menjadi situasi student dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan
metode discovery, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan
mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan metode
discovery ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar. Sehingga metode discovery menurut Roestiyah (2001:20)
memiliki keunggulan sebagai berikut:
(a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa,
(b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi /
individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut,
(c) Dapat meningkatkan
kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut
Mulyasa (2005:110) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman
langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses
daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan
metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
(a) Adanya masalah yang
akan dipecahkan,
(b) Sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik,
(c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui
kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas,
(d) harus tersedia alat
dan bahan yang diperlukan,
(e) Sususnan kelas diatur sedemian rupa sehingga memudahkan terlibatnya
arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
(f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data,
(g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dengan data serta
informasi yang diperlukan peserta didik.
14. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah
metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah
didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek
belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234).
Kendatipun metode ini
berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peranan penting
sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta
didik untuk melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik.
Guru berkewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang
kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang
bervariasi.
Inquiry pada dasarnya
adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut
peserta didik berfikir. Metode ini melibatkan mereka dalam kegiatan
intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar
menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian , melalui
metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam
proses inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan
suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk
menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah
menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan
inquiry adalah:
(1) Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi
yang akan diajarkan.
(2) Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang
jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
(3) Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin
membingungkan peserta didik.
(4) Resitasi untuk
menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
(5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut
Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah
ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan
baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan
hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut
yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik
bila mempunyai tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta
meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka
belajar bersama dalam kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat
berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses
mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang
disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa
sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini
memiliki keunggulan yaitu :
(a) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
(b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
(c) mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
(d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif
dan merumuskan hipotesanya sendiri.
(e) Memberi kepuasan yang
bersifat intrinsik.
(f) Situasi pembelajaran
lebih menggairahkan.
(g) Dapat mengembangkan
bakat atau kecakapan individu.
(h) Memberi kebebasan
siswa untuk belajar sendiri.
(i) Menghindarkan diri
dari cara belajar tradisional.
(j) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inquiry menurut
Suryosubroto (2002:192) adalah perluasan proses discovery yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inqury mengandung proses-proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan,
dan sebagainya.
Post a Comment for "METODE PEMBELAJARAN 2"